Ketahuilah apa yang dikatakan, tapi jangan
katakan apa yang telah anda ketahui.
Menurut
Pengadilan Agama, dua dari tiga pasangan suami istri bercerai akibat selingkuh. Menurut Klinik Pasutri yang dipimpin oleh dr. Boyke,
90 prosen perselingkuhan terjadi akibat komunikasi antar pasangan suami
istri yang tidak terjalin dengan baik. Rutinitas
kehidupan yang monoton sehari-hari dan sulitnya
berkomunikasi dengan pasangan, mengakibatkan mereka mencari teman curhat yang bukan pasangan
resminya. Inilah cikal bakal tumbuhnya
perasaan lain di hati dan menyuburkan
benih-benih perselingkuhan. Jadi begitu pentingkah komunikasi itu ?.
Jawabannya
adalah V3U (very, very, very urgent).
Penting banget gitu loh !. Ga
percaya ?. Saya akan
mencoba menjabarkan sedikit wajah komunikasi yang tanpa kita sadari kadang membuat darah kita mendidih, baik oleh
anak, istri, teman, keluarga dan
tetangga. Mudah-mudahan dapat
menyadarkan kita, mungkin yang telah kita katakan ternyata menimbulkan suatu
masalah bagi orang lain tanpa kita sadari.
Pertama
: Komunikasi yang tidak lancar antara
suami istri dapat menjadi bencana rumah tangga, berupa perselingkuhan yang
dialami oleh suami atau istri. Karena perselingkuhan tidak saja dimonopoli oleh
kaum suami tetapi tidak sedikit yang dilakukan oleh kaum istri. Prosentasinya berimbang
antara suami dan istri, kira-kira 50 :
50. Begitu data yang dikeluarkan Pengadilan Agama, seperti yang sudah saya
jabarkan di awal tulisan ini.
Kedua
: Anak yang kita kenal begitu baik
di rumah dan penurut, ternyata di luar
rumah begitu liar dan diluar control kita sebagai orang tua. Kenapa
hal ini bisa terjadi ?. Mungkin komunikasi yang kita terapkan hanya satu arah,
dari orang tua saja dan anak hanya sebagai penerima tanpa diberi kesempatan
untuk mengeluarkan pendapatnya. “Pokoknya kamu harus begini, ga boleh begitu, karena ibu/bapak mau kamu begini
titik !” Begitu kira-kira perkataan yang
sering diucapkan orang tua kepada anaknya, tanpa menyadarinya. Memang anak harus
menuruti perkataan orang tuanya, tapi
ingatkah kita bahwa anak adalah juga seorang individu seperti orang tua yang
minta dihargai pendapatnya dan diakui
keberadaannya. Jaman saat ini mungkin
sebaiknya kita menganggap anak kita sebagai teman yang dapat saling berbagi
cerita, tentunya tetap sesuai norma-norma. Untuk point pertama dan kedua,
komunikasi dua arah sangat perlu diperhatikan dan dipelihara dengan baik untuk
menjaga kestabilan hubungan.
Ketiga
: Hubungan komunikasi antara kakak dan adik dalam keluarga tidak selalu terbina dengan baik, hal ini memang terdengar aneh. Karena kita tumbuh bersama dari kecil sampai besar,
tapi karena tumbuh itulah setiap
individu masing-masing mempunyai
pendapat berbeda-beda, walau mereka sekandung. Tapi mereka telah mengetahui
sifat dan kebiasaan masing-masing, namun setelah mereka masing-masing
berkeluarga, yang berarti bertambah dengan orang lain yang menjadi pasangan
masing-masing. Tentunya perbedaan
pendapat diantara mereka semakin kompleks,
itu hal biasa
dan pasti dapat diatasi asal komunikasi
yang baik tetap terjalin. Hal yang paling penting untuk menjaga komunikasi adalah tetap harus saling menghargai pendapat
masing-masing dan mencari pemahaman yang
sesuai agar hubungan harmonis tetap terjaga.
Keempat : Hubungan dengan teman dan tetangga tetap
membutuhkan komunikasi yang baik, karena kita hidup tetap membutuhkan orang
lain selama kita ada di dunia ini. Komunikasi disini tidak selalu harus dua
arah, adakalanya kita hanya perlu menyediakan rasa empati dan telinga kita
untuk membuka hati mendengarkan cerita
atau keluh kesah orang lain. Kalau saya ibaratkan disini, anggaplah diri kita
sebagai tempat sampah yang menerima buangan sampah dari orang. Lalu apakah
sampah tersebut akan kita berikan kepada orang lain lagi ?. Tentunya tidak
bukan !. Ya, sudah kita buang sampah
tersebut ke pembuangan sampah terakhir dan
terkubur disana. Agar bau busuk sampah tidak mengganggu orang lain dan
orang itu sendiri. Maksud dari perumpaan ini adalah, jika ada teman siapapun
dia yang percaya kepada kita dan ingin berbagi rasa. Usahakan cerita tersebut tidak diceritakan kembali ke
orang lain, cukup ditelan sendiri saja. Agar
tidak menimbulkan masalah dikemudian hari, atau bahkan keributan yang dapat
mengganggu hubungan baik kita dengan teman atau tetangga.
Karena setiap informasi yang disampaikan secara
getok tular atau dari mulut ke mulut,
semakin banyak orang yang menyampaikan
akan semakin jauh dari aslinya. Dikhawatirkan informasi tersebut
akan ditambahi atau mungkin ada pula yang berkurang, kecuali informasi
itu dalam bentuk tertulis dijamin tidak akan ada perubahan walau ribuan orang yang menyampaikannya. Ga
percaya ?.
Silakan anda
coba dengan lima orang saja. Caranya bisikan satu orang yang dekat dengan anda dengan satu kalimat saja dan biarkan orang
tersebut menyampaikan bisikan anda kepada orang yang dekat dengannya dan begitu
seterusnya sampai orang kelima. Setelah
itu, tanya satu-satu dari lima
orang tersebut apa yang dia dengar. Dijamin, tidak semua mengatakan sesuai
dengan kalimat yang dimaksud.
Dapat
dibayangkan apa yang akan terjadi seandainya cerita yang sebenarnya, berubah setelah
ada pengurangan atau penambahan !. Informasi itu akan bertambah keruh jika
diterima oleh orang yang bersifat
temperamental ( mudah marah). Maka akan
terjadi kesalahpahaman dan terjadilah keributan. Mungkin kalimat ini perlu Anda cerna
baik-baik maknanya : “Ketahuilah apa yang dikatakan lawan bicara
Anda, tapi jangan katakan apa yang Anda
ketahui. Apalagi kepada orang yang tidak tepat”
Jadi komunikasi
itu memang sangat penting bagi hubungan dengan sesama manusia dan dengan Sang
Pencipta, hal itu tertulis dalam Al Quran yang berbunyi : Hablum minannas dan
Hablum minallah. Bagaimana kita menjaga hubungan dengan sesama mahluk Allah dan menjaga
hubungan dengan Allah SWT melalui komunikasi yang berbeda tata caranya. Ada beberapa hal penting
yang perlu diperhatikan saat berkomunikasi dan menjalin hubungan. Ketahui siapa
lawan bicara kita, tingkat pendidikannya
dan latar belakang dirinya. Akan lebih baik kalau kita juga mengetahui sifat
dan karekternya. Tetap menjaga tata krama berkomunikasi dan usahakan
tidak mengambil topik diri orang lain dalam berkomunikasi.
Sekali lagi perlu
Anda ingat, ketahuilah apa yang dikatakan kepada Anda dan
pikirkan beribu kali, apakah Anda
perlu mengatakan apa yang Anda ketahui kepada orang lain.
Setuju mbak, komunikasi emang penting.
BalasHapussalam kenal mbak...:)
Terima kasih sudah mampir, salam kenal kembali
BalasHapus