Dug…dug..dug….sahur…sahur……sahuuuurr………suara anak-anak
menabuh bedug yang diletakan dalam gerobag dan di dorong beramai-ramai, sambil meteriakan sahur
memecah keheningan pagi.
Rombongan ini mengelilingi komplek untuk
membangunkan penduduk, sementara aku telah duduk didalam mobil yang akan
membawaku bertugas. Aku telah
menyiapkan hidangan sahur untuk suami dan anak-anak sejak jam satu pagi,
aku telah mendahului mereka sahur.
”Bangunkan anak-anak untuk sahur nanti
jam empat saja,” pesanku pada suami sebelum
pergi.”
Ini mungkin hal biasa bagi keluarga
kecilku, di saat ramadhan tiba sahur atau buka tidak selalu dapat dijalani
bersama. Hal ini membuatku terasa berat menjalankan tugas, dimana
seharusnya aku menemani suami dan
anak-anak sahur atau berbuka, tapi kadang aku entah berada dimana. Kadang hatiku berontak dan bertanya, kenapa aku mendapat
schedule sepagi ini?. Adakalanya anak-anak protes,
karena terlalu sering tidak di temani. Sering kali
si bungsu suka merengek,
minta ditemani sholat tarawih, karena dapat tugas dari sekolah untuk
mencatat kultum ramadhan. Aku hanya
bisa membujuknya dan berjanji akan menemaninya taraweh, kalau aku libur atau pulang tugas sore hari.
Bertahun-tahun kondisi ini kujalani,
kadang sahur di dalam mobil jemputan, apabila
sebelum waktu sahur aku harus berangkat
tugas. Di lain waktu aku sahur
di kota lain bersama
teman-teman dan begitu pula pada
saat berbuka. Aku suka iri meilhat orang lain yang dapat sahur dan berbuka puasa berkumpul bersama keluarga. Tapi itulah jalan karir yang selama ini aku rintis, sebagai seorang awak pesawat,
apalagi saat ramadhan sampai Hari Raya Idhul Fitri, schedule tugas sangat ketat dan akan kena sanksi apabila mangkir. Sebagai
seorang ibu dan istri saat -saat itu memang
saat yang serba tidak nyaman bertugas. Aku selalu menguatkan hati menjalaninya dengan ikhlas, karena itu resiko tugas. Dari semua itu ada
satu yang paling menyedihkan aku, pada saat harus memenuhi kewajibanku kepada Allah, karena terbatas waktu untuk
menjalankan shalat dan dalam kondisi ala kadarnya.
Aku hanya yakin Allah pasti
mengerti dan Maha Mengetahui, dalam keterbatasan waktu dan ruang, aku tetap
berusaha memenuhi kewajibanku kepadaNya.
“Enak sekarang sahurnya ada mama terus, sholat subuhnya bisa di masjid,” celoteh anak bungsuku senang. Wajahnya sumringah,
menggambarkan kebahagiaan yang baru aku lihat. Kakaknya menatap lekat ke wajahku seakan
mencari jawaban, kenapa mamanya sudah seminggu ini di rumah
dan menemaninya disaat sahur dan buka.
Aku balas tatapannya dan menjawab keingintahuannya.
“Mama sudah pensiun Kak,
jadi setiap hari bisa bersama-sama
anak-anak mama,” jawabku menjawab
keingintahuannya. “Asyiiikk……” teriak
kedua anakku sambil memelukku erat.
Memang ramadhan tahun ini merupakan awal selesainya aku menjalankan tugas, karena usia dan mulai tahun ini, aku
akan selalu bersama menemani sahur, buka dan sholat taraweh. Aku akan membayar semua yang hilang selama ini, dalam
menjalankan ibadah puasa.
Aku bersama anak-anak mencoba
menyusun jadwal kegiatan selama bulan ramadhan, bahkan sampai menu apa
yang anak-anak inginkan untuk beberapa hari ke depan. Diawali sahur bersama, sholat subuh bersama,
dilanjutkan dengan tadarus sampai anak-anak
menyerah karena sudah tidak tahan lagi menahan kantuk. Anak-anak juga memaksa ikut membantu memasak dan menyiapkan
hidangan berbuka. Bahagia rasanya
melihat anak-anak begitu senang melalui semua kegiatan ramadhan ini bersama, yaa Allah indahnya kebersamaan ini.
Sesekali aku mengantarkan anak-anak ke sekolah atau menjemputnya, bahagia merebak di relung hatiku, disaat melihat senyumnya merekah ketika aku jemput. Rasa berdosa kadang menyelinap
disalah satu ruang hatiku yang terdalam, berapa ramadhan telah kulewati tidak menemani anak-anakku dan membuat mereka sedih, karena ku tinggal
bertugas.
Inilah Ramadhan terindah yang aku rasakan selama hidupku bersama keluarga kecilku. Dimana aku dapat sepenuhnya menemani anak-anak melalui ramadhan yang penuh berkah ini, " yaa…Allah, terima kasih atas nikmat yang tiada tara ini. Subhanallah aku masih diberi kesempatan menjalankannya bersama anak-anak." Ucapku dalam hati.
“Semua itu ada waktunya, ma. Aku juga jadi lebih senang dan tenang karena kamu sekarang ada di rumah terus,” ucap suamiku
melihat kegiatan ku dan anak-anak di ramadhan tahun ini.
Selamat menunaikan ibadah puasa ya mbak :)
BalasHapusGood Artikel and sangat menyentuh :) happy fasting mom smoga Allah SWT terus memberikanmu kebahagiaan and kesehatan...
BalasHapusAaamiin YRA
BalasHapus