Setiap awal bulan aku selalu berkeliling dari rumah ke rumah dilingkungan
RT tempat tinggal. Ada tugas untuk
mengantarkan kartu iuran sampah warga, maklum bendahara RT. Biasanya pagi hari setelah anakku berangkat ke
kantor. Aku yang selama ini jarang keluar
rumah, karena sibuk bekerja tapi setelah pensiun mendapat amanah untuk menjadi
salah satu pengurus RT. Ya wis, apalagi ketua & sekretaris RT semua
perempuan. Jadilah kita srikandi RT yang berjibaku membereskan lingkungan,
bersama warga.
Awal bulan ini saat aku
mengantarkan kartu iuran tersebut, seorang ibu mempersilakan masuk dan
meluncurlah curhat tentang suaminya yang katanya, semakin tua kok makin cerewet
& bikin kesal. Setelah cukup lama
mendengarkan curhatnya, aku pamit & dia minta maaf karena telah curhat.
Dengan senyum dan mencoba menyalurkan kekuatan bersabar, aku pamit sambal bilang:
“Sabar ya Bu” sambil merangkulnya.
Aku melangkah kembali ke rumah yang
lain, “Masuk dulu Bu” terdengar suara
sahutan dari dalam, setelah mendengar salamku. Aku melangkah masuk & duduk
di kursi teras, sambal menunggunya keluar.
“Maaf ya Bu, kelamaan nunggu. Lagi kesel nih sama suami yang egoisnya minta ampun, makin tua makin parah” Cerocosnya
begitu nongol dari pintu rumah.
Ada enam orang ibu yang curhat
pagi itu, seharusnya paling lama 1 jam tugas itu selesai. Ini dari jam 8 pagi,
baru kembali waktu adzan dzuhur. Pada dasarkan aku sangat paham dengan apa yang
dirasakan para ibu tetangga yang rata-rata suaminya sudah memasuki pensiun. Inti
curhatnyapun sama, bahwa suami yang telah pensiun dan ngga ada kegiatan setelah
itu tebih cerewet, egois makin tinggi, ngeyel luar biasa & mudah ngambek.
Ada apa sih ini sebenarnya?
Menurut pengamatan, analisa dan pengalamanku nih…. Awal mengakhiri masa
tugasnya, suami memang masih merasa biasa dan lebih banyak waktu yang
dimanfaatkan dengan beribadah, juga menyalurkan hobbi. Semua beban tugas lepas dan pikiran lebih
tenang, tanpa memikirkan kesibukan pekerjaan yang bertumpuk dan berkejaran
dengan waktu. Sementara urusan kehidupan selanjutnya diserahkan kepada istri
untuk mengaturnya.
Meman masa pensiun adalah masa
yang dinantikan semua orang, karena akhirnya mereka bisa menghabiskan waktu
bersama lebih lama. Namun kenyataannya tidak semudah itu! Karena saat pensiun tiba, tapi anak-anak masih ada yang sekolah atau kuliah. Sementara setiap bulan tidak mendapatkan uang pensiun
bulanan. Tidak mempunyai penghasilan yang dapat menopang setelah
pensiun, akhirnya uang pensiun yang diterima sekaligus, habis tak berbekas.
Bahkan tidak sedikit yang ludes kena tipu, karena mau mencoba usaha dadakan
yang beluj jelas kebenarannya.
Kalau kejadiannya seperti itu,
apa yang akan terjadi? Semua jadi kacau
dan masalah baru timbul. Kebanyakan suami
(sesuai curhat yang sering aku dengar) setelah pensiun, menyerahkan
semua tanggungjawab keuangan kepada istri. “Terserah, pokoknya urusan istri
yang ngatur, tugasku sudah selesai”
Begitu kesan yang aku dapat dari
pengamatan. Kalau suami butuh
apa-apa, dia tinggal bilang ke istri, “belikan aku ini, belikan aku itu” dengan enteng tanpa mau ikut campur lagi
urusan nafkah keluarga lagi. Tentunya uang yang digunakan akan habis dan dari
mana istri mencari untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari?
Kebanyak kaum istri memang lebih
luwes mencari peluang dan biasanya mengandalkan kemampuan bakatnya dengan
menjual makanan matang dan lainnya. Syukur-syukur berhasil untuk menutup biaya
sehari-hari, kalau ngga? Pastinya akan timbul
masalah baru & masa pensiun pun menjadi hal yang menyedihkan.
Percaya ngga percaya di Indonesia
kondisi pensiunan masih sangat menyedihkan, memang aku ngga punya datanya.
Namun melihat, mendengar dan mengalami sendiri membuat aku memberikan
pelajaran kepada anak-anak untuk memikirkan masa tua sejak sekarang. Pensiun itu juga ada dua macam, ada yang
memang sudah usia pensiun atau pensiun dini karena kondisi perusahaan yang
memburuk. Sementara usia sudah senja dan tidak memiliki keakhlian atau usaha
sampingan.
Sementara kondisi keluarga,
anak-anak masih butuh biaya pendidikan dan biaya hidup harus terus
dipenuhi. Siapa yang paling stress kalau
keadaan seperti ini? Istri..ya istri, karena para suami merasa sudah selesai tugasnya. Memang ngga
semua suami seperti itu, tapi kebanyakan di Indonesia seperti itu. Andai sang istri menyampaikan semua kemelut ini,
apa tanggapannya? “ Urus aja lah, kan
uang sudah aku serahkan kepada kamu semua. Aku pusing” tuh…jawaban yang paling enak keluar dari
mulut para suami. Aku sedih mendengar
kenyataan ini dan menyarankan untuk mengatakan kepada suaminya untuk mencoba
mencari kerja lagi.
You know what the answer is ? “Di mana yang mau menerima orang tua kerja?” Memang benar jawabannya, mbok yo dulu
dipikirin rencana untuk keluarganya dunk
Pak!..hehehehe
Menurut sebuah penelitian terbaru mengungkapkan, bahwa pensiun ternyata bisa memicu stress dan depresi
pada istri. Penelitian ini mengungkap, ketika
seorang suami pensiun, istri mereka akan memiliki risiko lebih tinggi terkena
depresi. Istilah ini disebut “retired
husband syndrome”. Peneliti menemukan bahwa hampir setengah wanita
mengalami peningkatan stres, depresi, dan kurang tidur ketika suami mereka
pensiun. Peneliti Italia juga menemukan,
semakin lama waktu pensiun suami maka semakin buruk pula depresi dan
stres yang dialami istri.
Apa sih penyebabnya?
Menurut peneliti penyebabnya karena
wanita dihadapkan dengan tekanan tanggung jawab rumah tangga yang lebih besar
ketika suami mereka pensiun. Mereka juga harus memikirkan penghasilan yang
menurun.
Hasil merupakan penelitian Dr
Marco Bertoni dan Dr Giorgio Brunello dari University of Padova setelah
menganalisis 840 wanita Jepang, pada tahun 2008 dan 2013. Jepang dipilih karena negara ini memiliki peran gender yang
kuat, namun hasil penelitian ini bisa diterapkan di semua negara.
Peneliti memberikan skor stres
dan depresi pada wanita yang suaminya pensiun. Mereka menemukan semakin
lama suami pensiun, maka tingkat stres naik
enam sampai 14 persen.
Mereka menemukan bahwa 47 persen
wanita, melaporkan masalah emosi ketika
suami mereka pensiun. Sementara 41 persen wanita merasa stres, 23 persen lagi
merasa depresi, dan 16 persen mengalami masalah susah tidur. Namun laki-laki juga mengalami peningkatan stres
dan penurunan kesehatan mental setelah pensiun, hal ini ternyata berdampak
lebih besar pada pihak istri.
Hal yang terjadi pada Pria
Diawal sudah saya singgung tentang para suami diusia senja
mulai rewel dan sering marah-marah. Jika
diamati secara rinci, hal ini biasanya terjadi ketika pria menginjak usia 60-an,
tapi bukan stereotype. Menurut Dr. Ridwan Shabsigh, kepala
International Society of Men's Health dan seorang pakar urologi di New York
City, “kadar hormon testosterone pria akan terus menurun sesuai dengan
pertambahan usianya. Dan penurunan hormon ini diketahui dapat mengurangi mood
pria." Bahkan mudah marah (grumpiness) juga digunakan sebagai salah satu
deskripsi mood dalam kuesioner untuk mengecek kondisi seseorang terkait
rendahnya testosterone yang dialaminya.
"Pasien dengan testosterone
rendah mengatakan, bahwa mereka merasa kurang mampu berkonsentrasi, mentoleransi kehidupan sehari-hari, mulai
dari keluarga, teman-teman dan rekan-rekan kerja, " terang Shabsigh
seperti dilansir dari MSNBC. “Kemampuan untuk mentoleransi atau menghadapi
situasi semacam ini akan berkurang ketika kadar testosterone seorang pria
rendah," tambahnya.
Terkadang hormon atau isu fisik bukan masalah semata saja. Pria tidak suka
berbagi tentang kekhawatirannya terhadap proses penuaan, sehingga membuatnya rentan melampiaskan kekesalannya pada orang
lain. Sifat mudah marahnya pada pria tua
juga dapat diakibatkan oleh perubahan hidup yang besar seperti pensiun.
"Wanita punya banyak teman.
Jadi ketika mengalami masalah, mereka bisa membicarakannya dengan teman-teman
lalu dengan begitu terdorong mengonsumsi obat-obatan untuk mengatasinya. Tapi
bagi pria, hal-hal seperti ini mereka simpan sendiri," ujar Carol Wyer,
penulis buku How Not To Murder Your Grumpy.
Masalah pensiun, suka tidak suka
semua orang yang bekerja pasti mengalaminya.
Untuk itu rencanakan masa senja Anda dengan baik, sehingga tidak merepotkan anak-anak. Ngga enak loh bersandar hidup kepada anak-anak, apalagi bagi ibu yang bekerja. Ada rasa malu yang luar biasa, apalagi dengan pasangan hidup anak-anak. Untuk itu persiapkan masa pensiun Anda dengan baik. Apa saja yang perlu dilakukan dalam
mepersiapkan masa pensiun:
1.
Rencanakan Pensiun dengan Matang
Sejak membentuk rumah tangga,
rencana masa depan bagi anak-anak
dan diri sendiri saat pensiun agar tidak
merepotkan anak-anak dengan menyisihkan beberapa persen dari penghasilan atau
dapat mengikuti asuransi pensiun.
2. Bila mendapat Pensiun Bulanan atau Pensiun Putus
Apabila perusahaan Anda memberikan uang pensiun bulanan,
tentu tinggal menghitung apakah uang tersebut cukup untuk hidup sehari-hari. Dan perlu juga memperhitungkan apakah saat
pensiun masih ada anak yang sekolah atau
kuliah.
Bila Anda mendapatkan pensiun putus, sebaiknya minimal 2 tahun sebelum pensiun telah mulai
merintis usaha untuk bisa bertahan menikmati masa pensiun. Hati-hati penipuan, karena banyak orang yang menerima
uang pensiun putus amblas kena bujuk
rayu para penipu. Dengan memulai usaha 2 tahun sebelumnya diharapkan, pada saat
Anda pensiun usaha tersebut sudah menghasilkan dan dapat diperbesar dengan
tambahan modal dari uang pensiun yang
diterima.
3. Jika ada kesempatan atau penawaran untuk bekerja
kembali walau dengan sistim kontrak, sebaiknya diterima. Kata terus terang
kalau Anda perlu waktu untuk istirahat sebelum
menerima pekerjaan itu kembali. Usahakan untuk membicarakan dengan
istri dan jangan diputuskan sendiri.
Masa pensiun sebenarnya masa
istirahat, tapi usia pensiun masih bisa
produktif dan manfaatkn dengan baik apabila masih dibutuhkan perusahaan. Apalagi jika Anda tidak memiliki tabungan
untuk dapat menikmati masa pensiun yang menyenangkan.
Bagi seorang istri, pensiunnya
seorang suami adalah kendala tersendiri. Hal ini dapat membuat seorang istri stress,
karena harus menanggung urusan rumah tangga dan biayanya hidup sehari-hari
sendiri. Ada tips yang dapat digunakan, agar istri tidak stress saat Anda pensiun.
4 Tips untuk Istri
saat Menghadapi Masa Pensiun Suami
1. Rencanakan Pensiun dengan
Matang
Ajak suami
untuk membuat rencana masa pensiun,
karena dengan rencana yang baik akan menolong
Anda di kemudian hari. Sebagai seorang istri ada baiknya turut ambil
bagian merencanakan banyak hal pasca pensiun. Rencana tersebut meliputi:
rencana wisata, berwirausaha, aktif dalam kegiatan sosial dan beragam hal
positif yang lain apabila dana memungkinkan.
2. Kelola Aset dengan Baik
Masa pensiun artinya pendapatan
tidak lagi sebesar masa bekerja. Sebaiknya sejak awal perlu melakukan investasi, sehingga memasuki masa pensiun investasi
tersebut dapat dinikmati.
Aset itu sangat penting, apabila saat pensiun masih membutuhkan biaya
pendidikan anak-anak. Bisa dalam bentu logam mulia yang dapat dibeli dalam
berat terkecil.
3. Jaga Kesehatan
Kesehatan adalah harta yang tidak
ternilai harganya. Kontrol rutin kesehatan, agar terjaga sampai sampai tua. Hal itu sangat perlu bukan hanya membawa manfaat untuk diri
sendiri, namun juga bagi anak-anak dan orang lain. Senantiasa lakukan olahraga
rutin dan jaga pola makan akan menjadi aset penting kesehatan. Istri sudah
pasti memegang peran penting di bidang ini.
4. Pelihara Hubungan dengan Teman-teman
Ada baiknya setelah pensiun, kita tidak hilang kontak dengan teman-teman. Aktifkan diri dalam suatu komunitas dan
dorong suami untuk turut aktif pula. Saat pensiun, seseorang cenderung hidup sendiri. Hal
ini tidak baik bagi kesehatan mental, usahakan sering berhubungan dengan banyak
orang karena akan terus memberikan energy
positif.
Siapkan masa pensiun Anda dengan matang dan
perhitungkan dengan baik, tapi jangan lupa berdoa. Sebagus apapun pun rencana kita,
tetap saja sang penentu hanya Allah. Karena
kita tidak akan pernah mengetahui
apa yang akan terjadi di depan, agar istri tidak stress dan depresi.
Semoga bermanfaat
#Day3 ODOP
Betul banget ini mba, Ayah saya udah pensiun tapi karena udah sering kerja kadang rewel kalo gerak hihi. Akhirnya suka bersih2 rumah dan kos2an biar gak selalu gerak. Malah itu yg bikin beliau tambah sehat.
BalasHapusGitu ya Mba Steffi...saya mengalami sendiri, tp begitu ibu banyak yg curhat jd agak tenang. Ternyata banyak temannya..hehhe
HapusYang selalu lupa dipikirkan adalah perencanaan.
BalasHapusBanyak yang hanya mengandalkan uang pensiun yang pastinya jumlahnya lebih sedikit dari gaji...Akhirnya kaget dan kelabakan sendiri.
Alangkah baiknya saat produktif sudah memiliki aset dan punya rencana pasca pensiun..
Ulasan yang menarik ini Mbak Srie..mengingatkan saya untuk mempersiapkan masa pensiun suami yang 12 tahun lagi :)
Hayoo Mba..mulai dipersiapkan dr sekarang. Saya sdh buat plan A & B. Semua sudah sempurnahlah menurut saya, ternyata Allah berkehendak lain. Saya harus pensiun dini krn perusahaan collaps, si Ade belum lulus SMA & akhirnya uang pensiun saya tersedot biaya kuliah dia.
HapusAlhamdulillah saya ditarik petinggi citi bank untuk bekerja diperusahaannya. Akhirnya sedikit bergeser & uang pensiun suami saya jadikan konrrakan sebagai biaya hidup sehari-hari.
Aset rumah & tanah bisa saya jual andai ada kebutuhan lain...
Ayo Mba Dian, jangan ditunda untuk persiapkan untuk masa pensiun ya.
Eh mbak aku kogh jadi deg baca tulisan ini. Benar lagu raihan, ingat 5 perkara sebelum 5 perkara. Muda sebelum tua, kaya sebelum sempit. Tua itu pasti, tapi sejauh apa persiapan di hari tua esok. Makasih bu Sri, secara gak langsung mengingatkan. Apalagi saya hanya ibu dirumah,
BalasHapusBetul Mba, saya adh mengalami sendiri. Ga masalah walau hanya irt, yg pentong pandai2 mengatur untuk masa depan. Mendidik anak dg baik & benar, krn mau ga mau. Suka ga suka kita akan bersandar kepada anak2 Mba. Salam untuk.keluarga
HapusWah, dezig banget Bun, bacanya. Kenapa? Ya gitu deh, situasi ini terjadi di rumahku. Rasanya tak enaaak. Semoga Allah lancarkan nih jalanku buat bisnis dan menghasilkan passive income sampai tua nanti. Alasannya sama, supaya anak-anak nggak repot memikirkan orangtuanya nanti. Syukur-syukur malah bisa ajak jalan-jalan dan jajan kalau nanti punya cucu. Oalah, cucu ... Anakku aja baru umur 6 dan 8 tahun hihihi ...
BalasHapusAamiin yra. Mba Melina semua RT akan melalui masa itu, menyiapkan masa depan bukan hanya untuk anak2 saja, tp untuk diri kita juga ya Mba.
HapusIn shaa Allah diberi kelancaran dlm usahanya nanti. Sabar & tetap semangat
Catatan pengingat yang baik nih mbak, buat sangu dan memahami orangtua, diri sendiri dan pasangan kelak. Saya sendiri sdh pernah tahu rasanya saat suami pensiun dini dari pekerjaannya alias resign lalu beralih ke wiraswasta, wuih gejolaknya mirip cerita mbak disini😀 Alhamdulillah sekarang udah makin kompak dan terselesikan.. Thanks sharingnya ya mbak, pengingat diri agar terus berkarya😊🙏
BalasHapusAlhamdulillah...semoga lancar & sukses usahanya ya Mba. Selamat berjuang & pantang menyerah.
HapusJika masih ada umur, suami saya akan pensiun 18 th lagi. Insya Allah. Kami sempat bikin planing sederhana, sih. Termasuk saya yg mulai sekarang cari kesibukan di dunia menulis. Maunya nanti tetap produktif menulis spt Bu Srie :) Keren tips-nya. Keren juga 3 srikandi RT di atas :)
BalasHapusYg perlu diingat bahwa waktu terus berjalan & waktu 18 th bukan waktu yg lama. Mulai persiapakan dg matang masa depan anak2 & diri swndiri ya Mba. Semoga sukses menulisnya & salam buat keluarga
HapusSetuju banget, Mbak. Ayah saya udah pensiun, awal2 ya daoat curhatan dari ibu tentang kondisi keuangan.
BalasHapusEven ayah punya hobi sampingan, tapi tetep aja beda dari waktu ayah kerja dulu.
Iya Mba, perubahan itu memang membuat orangtua shock tp pelan2 akan bisa menyesuaikan. Syukur2 klo anak2 sdh selesai pendidikan semua. Salam hangat buat ibu & bpk ya Mba
HapusBetul banget mba. Jadi pelajaran juga buat kami yang muda-muda. Jangan lengah dan terlena ya semua harus dipersiapkan dengan matang, bekal masa tua apalagi bekal di akhirat.
BalasHapusIya Mba Dwi, harus dilalukan secepatnya agar kita ga keteteran di masa pensiun. Selamat berjuang & sukses ya Mba.
HapusSaya juga sudah mulai memikirkan persiapan jangka pendek, menengah dan panjang. Biar kata orang swasta juga kudu mempersiapkan segala kemungkinan yang terbaik buat keluarga. Mkasih mba infonya padat dan bermanfaat... 😊🙏👍
BalasHapusBetul Mba, lakukan persiapan secepatnya demi untuk masa depan kita sendiri, diluar anak2
HapusAlhamdulillah bapak dan ibu memasuki masa pensiun dengan menyenangkan. Enggak ada hal yang membuat gimana gitu bunda. Kedua orang tua keduanya PNS memasuki masa pensiun sudah siap dengan aktivitas lain. Mereka memilih mengisi waktu bertani, meskipun enggak dikerjakan sendiri tapi berkunjung ke sawah bikin suasana damai kata mereka.
BalasHapusSemoga kelak enggak sampai mengalami galau menjalani masa pensiun deh. Makasih ya bunda infonya bikin kita bersiap untuk masa tua
Alhamdulillah...memang tidak semua mengalami Mba, & senangnya bisa menikmati masa pensiun seperti ituu. salam hangat buat Ibu & Bpk.
HapusWah masa pensiun memang butuh perhatian ekstra ya Bun, harus saling mengerti, memahami dan mendukung. Syukurlah kalo sekarang sudah happy lagi. Salam untuk keluarga ya Bunda..
BalasHapusNamanya hidup Mba, kalau ga ada warnanya ga seru..hehehe
HapusTerima kasih salamnya. salam kembali untuk kelurg Mba bety
Halo mbak Sri,
BalasHapusBeberapa tahun terakhir ini, suami sering mengingatkan begini, "Nanti kita nggak bisa hidup kayak gini loh, kalau aku sudah pensiun." Meski sambil bercanda, tapi bener juga kan, kalau masa pensiun tetap harus dipersiapkan. Saya mendukung suami untuk memiliki investasi karena ketika tiba masa pensiun, si bungsu masih belum kelar pendidikannya.
Makasih sharingnya.
Senangnya punya suami yang mengerti untuk persiapan masa tua. Hati2 dg investasi ya Mba, pilih yg benar-benar sudah kita ketahui agar tidak tertipu. salam buat keluarga
HapusPerencanaan itu penting banget ya mbak. Alhamdulillah sekarang beberapa perusahaan sudah memberikan pelatihan pra pensiun untuk pegawai yg hampir habis masa baktinya.
BalasHapusSebanyak apapun uang pensiun yang diterima kalau tidak dikelola dan dikembangkan dengan baik ya akan habis juga. Paling tidak harus punya aset produktif yang bisa jadi investasi dan penyambung kehidupan selepas pensiun.
Bermanfaat sekali tulisan ini. Makasih sharingnya ya mbak
Betul Mba, tapi pelatihannya terlalu mepet dg masa pensiun kita. kadang ga sedikit yang malah uangnya ambls, karena baru mulai coba2. Betul inves yang paling aman adalah tanah, LM & rumah...hehehe..sama2 Mba
Hapus