Senin, 15 Oktober 2018

Suami Pensiun bisa Bikin Istri Stres dan Depresi!



Setiap awal bulan aku selalu  berkeliling dari rumah ke rumah dilingkungan RT tempat tinggal.  Ada tugas untuk mengantarkan kartu iuran sampah warga,  maklum bendahara RT. Biasanya  pagi hari setelah anakku berangkat ke kantor.  Aku yang selama ini jarang keluar rumah, karena sibuk bekerja tapi setelah pensiun mendapat amanah untuk menjadi salah satu pengurus RT. Ya wis, apalagi ketua & sekretaris RT semua perempuan. Jadilah kita srikandi RT yang berjibaku membereskan lingkungan, bersama warga.

Awal bulan ini saat aku mengantarkan kartu iuran tersebut, seorang ibu mempersilakan masuk dan meluncurlah curhat tentang suaminya yang katanya, semakin tua kok makin cerewet & bikin kesal.  Setelah cukup lama mendengarkan curhatnya, aku pamit & dia minta maaf karena telah curhat. Dengan senyum dan mencoba menyalurkan kekuatan bersabar, aku pamit sambal bilang: “Sabar ya Bu” sambil merangkulnya.

Aku melangkah kembali ke rumah yang lain, “Masuk dulu Bu”  terdengar suara sahutan dari dalam, setelah mendengar salamku. Aku melangkah masuk & duduk di kursi teras, sambal menunggunya keluar.  “Maaf ya Bu, kelamaan nunggu. Lagi kesel nih sama suami yang egoisnya  minta ampun, makin tua makin parah” Cerocosnya begitu nongol dari pintu rumah.

Ada enam orang ibu yang curhat pagi itu, seharusnya paling lama 1 jam tugas itu selesai. Ini dari jam 8 pagi, baru kembali waktu adzan dzuhur. Pada dasarkan aku sangat paham dengan apa yang dirasakan para ibu tetangga yang rata-rata suaminya sudah memasuki pensiun. Inti curhatnyapun sama, bahwa suami yang telah pensiun dan ngga ada kegiatan setelah itu tebih cerewet, egois makin tinggi, ngeyel luar biasa & mudah ngambek.

Ada apa sih ini sebenarnya?

Menurut pengamatan, analisa  dan pengalamanku nih…. Awal mengakhiri masa tugasnya, suami memang masih merasa biasa dan lebih banyak waktu yang dimanfaatkan dengan beribadah, juga menyalurkan hobbi.  Semua beban tugas lepas dan pikiran lebih tenang, tanpa memikirkan kesibukan pekerjaan yang bertumpuk dan berkejaran dengan waktu. Sementara urusan kehidupan selanjutnya diserahkan kepada istri untuk mengaturnya.

Meman masa pensiun adalah masa yang dinantikan semua orang,   karena akhirnya mereka bisa menghabiskan waktu bersama lebih lama. Namun kenyataannya tidak semudah itu!  Karena saat pensiun tiba, tapi anak-anak  masih ada yang sekolah atau kuliah. Sementara  setiap bulan tidak mendapatkan uang pensiun bulanan.  Tidak mempunyai  penghasilan yang dapat menopang setelah pensiun, akhirnya uang pensiun yang diterima sekaligus, habis tak berbekas. Bahkan tidak sedikit yang ludes kena tipu, karena mau mencoba usaha dadakan yang beluj jelas kebenarannya.

Kalau kejadiannya seperti itu, apa yang akan terjadi?  Semua jadi kacau dan masalah baru timbul. Kebanyakan suami  (sesuai curhat yang sering aku dengar) setelah pensiun, menyerahkan semua tanggungjawab keuangan kepada istri. “Terserah, pokoknya urusan istri yang ngatur, tugasku sudah selesai”   Begitu kesan yang aku dapat dari  pengamatan.  Kalau suami butuh apa-apa, dia tinggal bilang ke istri, “belikan aku ini, belikan aku itu”  dengan enteng tanpa mau ikut campur lagi urusan nafkah keluarga lagi. Tentunya uang yang digunakan akan habis dan dari mana istri mencari untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari?

Kebanyak kaum istri memang lebih luwes mencari peluang dan biasanya mengandalkan kemampuan bakatnya dengan menjual makanan matang dan lainnya. Syukur-syukur berhasil untuk menutup biaya sehari-hari, kalau ngga? Pastinya  akan timbul masalah baru & masa pensiun pun menjadi hal yang menyedihkan.

Percaya ngga percaya di Indonesia kondisi pensiunan masih sangat menyedihkan, memang aku ngga punya datanya. Namun  melihat, mendengar dan   mengalami sendiri membuat aku memberikan pelajaran kepada anak-anak untuk memikirkan masa tua sejak sekarang.  Pensiun itu juga ada dua macam, ada yang memang sudah usia pensiun atau pensiun dini karena kondisi perusahaan yang memburuk. Sementara usia sudah senja dan tidak memiliki keakhlian atau usaha sampingan.

Sementara kondisi keluarga, anak-anak masih butuh biaya pendidikan dan biaya hidup harus terus dipenuhi.  Siapa yang paling stress kalau keadaan seperti ini? Istri..ya istri, karena para suami  merasa sudah selesai tugasnya. Memang ngga semua suami seperti itu, tapi kebanyakan di Indonesia seperti itu. Andai  sang istri menyampaikan semua kemelut ini, apa tanggapannya?  “ Urus aja lah, kan uang sudah aku serahkan kepada kamu semua. Aku pusing”  tuh…jawaban yang paling enak keluar dari mulut para suami.  Aku sedih mendengar kenyataan ini dan menyarankan untuk mengatakan kepada suaminya untuk mencoba mencari kerja lagi.

You know what the answer is ?  “Di mana yang mau menerima orang tua kerja?”  Memang benar jawabannya, mbok yo dulu dipikirin rencana  untuk keluarganya dunk Pak!..hehehehe

Menurut  sebuah penelitian terbaru mengungkapkan,  bahwa pensiun ternyata bisa memicu stress dan depresi pada istri.  Penelitian ini mengungkap, ketika seorang suami pensiun, istri mereka akan memiliki risiko lebih tinggi   terkena depresi. Istilah ini disebut “retired husband syndrome”. Peneliti menemukan bahwa hampir setengah wanita mengalami peningkatan stres, depresi, dan kurang tidur ketika suami mereka pensiun. Peneliti Italia juga menemukan,  semakin lama waktu pensiun suami maka semakin buruk pula depresi dan stres yang dialami   istri. 

 Apa sih penyebabnya?

Menurut  peneliti  penyebabnya   karena wanita dihadapkan dengan tekanan tanggung jawab rumah tangga yang lebih besar ketika suami mereka pensiun. Mereka juga harus memikirkan penghasilan yang menurun.

Hasil merupakan penelitian Dr Marco Bertoni dan Dr Giorgio Brunello dari University of Padova setelah menganalisis 840 wanita Jepang, pada tahun 2008 dan 2013.  Jepang dipilih  karena negara ini memiliki peran gender yang kuat, namun  hasil penelitian  ini bisa diterapkan  di semua negara.

Peneliti memberikan skor stres dan depresi pada wanita yang suaminya pensiun. Mereka menemukan  semakin lama suami pensiun, maka tingkat stres  naik enam sampai 14 persen.

Mereka menemukan bahwa 47 persen wanita,  melaporkan masalah emosi ketika suami mereka pensiun. Sementara   41 persen wanita merasa stres, 23 persen lagi merasa depresi, dan 16 persen mengalami masalah susah tidur. Namun  laki-laki  juga mengalami peningkatan   stres dan penurunan kesehatan mental setelah pensiun, hal ini ternyata berdampak lebih besar pada pihak istri.

Hal  yang terjadi pada Pria 

Diawal sudah  saya singgung tentang para suami diusia senja mulai rewel dan  sering marah-marah. Jika diamati secara rinci, hal ini biasanya terjadi ketika pria menginjak usia 60-an, tapi bukan  stereotype.  Menurut Dr. Ridwan Shabsigh, kepala International Society of Men's Health dan seorang pakar urologi di New York City, “kadar hormon testosterone pria akan terus menurun sesuai dengan pertambahan usianya. Dan penurunan hormon ini diketahui dapat mengurangi mood pria." Bahkan mudah marah (grumpiness) juga digunakan sebagai salah satu deskripsi mood dalam kuesioner untuk mengecek kondisi seseorang terkait rendahnya testosterone yang dialaminya. 

"Pasien dengan testosterone rendah mengatakan, bahwa mereka merasa kurang mampu berkonsentrasi,  mentoleransi kehidupan sehari-hari, mulai dari keluarga, teman-teman dan  rekan-rekan kerja, " terang Shabsigh seperti dilansir dari MSNBC. “Kemampuan untuk mentoleransi atau menghadapi situasi semacam ini akan berkurang ketika kadar testosterone seorang pria rendah," tambahnya.

Terkadang hormon atau isu fisik  bukan masalah semata saja. Pria tidak suka berbagi tentang kekhawatirannya terhadap proses penuaan, sehingga membuatnya  rentan melampiaskan kekesalannya pada orang lain. Sifat mudah marahnya  pada pria tua juga dapat diakibatkan oleh perubahan hidup yang besar seperti pensiun.

"Wanita punya banyak teman. Jadi ketika mengalami masalah, mereka bisa membicarakannya dengan teman-teman lalu dengan begitu terdorong mengonsumsi obat-obatan untuk mengatasinya. Tapi bagi pria, hal-hal seperti ini mereka simpan sendiri," ujar Carol Wyer, penulis buku How Not To Murder Your Grumpy.

Masalah pensiun, suka tidak suka semua  orang yang  bekerja  pasti  mengalaminya. Untuk itu rencanakan masa senja Anda dengan baik, sehingga tidak merepotkan  anak-anak. Ngga enak loh bersandar hidup kepada anak-anak, apalagi bagi ibu yang bekerja. Ada rasa malu yang luar biasa, apalagi dengan pasangan hidup anak-anak. Untuk itu persiapkan masa pensiun Anda dengan baik. Apa saja yang perlu dilakukan dalam mepersiapkan masa pensiun: 

1.      Rencanakan Pensiun dengan Matang
Sejak  membentuk  rumah tangga,  rencana masa depan bagi  anak-anak dan diri sendiri saat  pensiun agar tidak merepotkan anak-anak dengan menyisihkan beberapa persen dari penghasilan atau dapat mengikuti asuransi pensiun.
  
2.      Bila mendapat Pensiun Bulanan atau Pensiun Putus
Apabila perusahaan Anda memberikan uang pensiun bulanan, tentu tinggal menghitung apakah uang tersebut cukup untuk hidup sehari-hari. Dan  perlu juga memperhitungkan apakah saat pensiun masih ada anak yang  sekolah atau kuliah.

Bila Anda mendapatkan pensiun putus, sebaiknya  minimal 2 tahun sebelum pensiun telah mulai merintis usaha untuk bisa bertahan menikmati masa pensiun.  Hati-hati penipuan, karena banyak orang yang menerima uang pensiun putus  amblas kena bujuk rayu para penipu. Dengan memulai usaha 2 tahun sebelumnya diharapkan, pada saat Anda pensiun usaha tersebut sudah menghasilkan dan dapat diperbesar dengan tambahan modal dari  uang pensiun yang diterima.

3.  Jika ada kesempatan atau penawaran untuk bekerja kembali walau dengan sistim kontrak, sebaiknya diterima. Kata terus terang kalau Anda perlu waktu untuk istirahat sebelum  menerima  pekerjaan itu   kembali. Usahakan untuk membicarakan dengan istri dan jangan diputuskan sendiri.

Masa pensiun sebenarnya masa istirahat, tapi  usia pensiun masih bisa produktif dan manfaatkn dengan baik apabila masih dibutuhkan perusahaan.  Apalagi jika Anda tidak memiliki tabungan untuk dapat menikmati masa pensiun yang menyenangkan.  

Bagi seorang istri, pensiunnya seorang suami adalah kendala tersendiri. Hal ini dapat membuat seorang istri stress, karena harus menanggung urusan rumah tangga dan biayanya hidup sehari-hari sendiri. Ada tips yang dapat digunakan, agar istri  tidak stress saat Anda pensiun.

4 Tips untuk Istri saat Menghadapi Masa Pensiun Suami

1.      Rencanakan Pensiun dengan Matang

Ajak  suami untuk  membuat rencana masa pensiun, karena dengan rencana yang baik  akan menolong Anda di kemudian hari. Sebagai seorang istri ada baiknya   turut ambil bagian merencanakan banyak hal pasca pensiun. Rencana tersebut meliputi: rencana wisata, berwirausaha, aktif dalam kegiatan sosial dan beragam hal positif yang lain apabila dana memungkinkan.  


2. Kelola Aset dengan Baik

Masa pensiun artinya pendapatan tidak lagi sebesar masa bekerja. Sebaiknya sejak awal   perlu  melakukan investasi,  sehingga memasuki masa pensiun investasi tersebut  dapat  dinikmati.  Aset itu sangat penting, apabila saat pensiun masih membutuhkan biaya pendidikan anak-anak. Bisa dalam bentu logam mulia yang dapat dibeli dalam berat terkecil. 

3. Jaga Kesehatan

Kesehatan adalah harta yang tidak ternilai harganya. Kontrol rutin kesehatan, agar terjaga sampai  sampai tua. Hal itu sangat perlu  bukan hanya membawa manfaat untuk diri sendiri, namun juga bagi anak-anak dan orang lain. Senantiasa lakukan olahraga rutin dan jaga pola makan akan menjadi aset penting kesehatan. Istri sudah pasti memegang peran penting di bidang ini.

4. Pelihara Hubungan dengan Teman-teman 

Ada baiknya setelah pensiun, kita  tidak hilang kontak dengan teman-teman.  Aktifkan diri dalam suatu komunitas dan dorong suami untuk turut aktif pula. Saat pensiun, seseorang  cenderung hidup sendiri.   Hal ini tidak baik bagi kesehatan mental, usahakan sering berhubungan dengan banyak orang  karena akan terus memberikan energy  positif.

Siapkan  masa pensiun Anda dengan matang dan perhitungkan  dengan baik,  tapi jangan lupa  berdoa. Sebagus apapun pun rencana kita, tetap saja sang penentu  hanya Allah.  Karena  kita tidak akan pernah mengetahui   apa yang akan terjadi di depan, agar istri tidak stress dan depresi.  Semoga bermanfaat

#Day3 ODOP

26 komentar:

  1. Betul banget ini mba, Ayah saya udah pensiun tapi karena udah sering kerja kadang rewel kalo gerak hihi. Akhirnya suka bersih2 rumah dan kos2an biar gak selalu gerak. Malah itu yg bikin beliau tambah sehat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gitu ya Mba Steffi...saya mengalami sendiri, tp begitu ibu banyak yg curhat jd agak tenang. Ternyata banyak temannya..hehhe

      Hapus
  2. Yang selalu lupa dipikirkan adalah perencanaan.
    Banyak yang hanya mengandalkan uang pensiun yang pastinya jumlahnya lebih sedikit dari gaji...Akhirnya kaget dan kelabakan sendiri.
    Alangkah baiknya saat produktif sudah memiliki aset dan punya rencana pasca pensiun..
    Ulasan yang menarik ini Mbak Srie..mengingatkan saya untuk mempersiapkan masa pensiun suami yang 12 tahun lagi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayoo Mba..mulai dipersiapkan dr sekarang. Saya sdh buat plan A & B. Semua sudah sempurnahlah menurut saya, ternyata Allah berkehendak lain. Saya harus pensiun dini krn perusahaan collaps, si Ade belum lulus SMA & akhirnya uang pensiun saya tersedot biaya kuliah dia.
      Alhamdulillah saya ditarik petinggi citi bank untuk bekerja diperusahaannya. Akhirnya sedikit bergeser & uang pensiun suami saya jadikan konrrakan sebagai biaya hidup sehari-hari.
      Aset rumah & tanah bisa saya jual andai ada kebutuhan lain...

      Ayo Mba Dian, jangan ditunda untuk persiapkan untuk masa pensiun ya.

      Hapus
  3. Eh mbak aku kogh jadi deg baca tulisan ini. Benar lagu raihan, ingat 5 perkara sebelum 5 perkara. Muda sebelum tua, kaya sebelum sempit. Tua itu pasti, tapi sejauh apa persiapan di hari tua esok. Makasih bu Sri, secara gak langsung mengingatkan. Apalagi saya hanya ibu dirumah,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mba, saya adh mengalami sendiri. Ga masalah walau hanya irt, yg pentong pandai2 mengatur untuk masa depan. Mendidik anak dg baik & benar, krn mau ga mau. Suka ga suka kita akan bersandar kepada anak2 Mba. Salam untuk.keluarga

      Hapus
  4. Wah, dezig banget Bun, bacanya. Kenapa? Ya gitu deh, situasi ini terjadi di rumahku. Rasanya tak enaaak. Semoga Allah lancarkan nih jalanku buat bisnis dan menghasilkan passive income sampai tua nanti. Alasannya sama, supaya anak-anak nggak repot memikirkan orangtuanya nanti. Syukur-syukur malah bisa ajak jalan-jalan dan jajan kalau nanti punya cucu. Oalah, cucu ... Anakku aja baru umur 6 dan 8 tahun hihihi ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin yra. Mba Melina semua RT akan melalui masa itu, menyiapkan masa depan bukan hanya untuk anak2 saja, tp untuk diri kita juga ya Mba.
      In shaa Allah diberi kelancaran dlm usahanya nanti. Sabar & tetap semangat

      Hapus
  5. Catatan pengingat yang baik nih mbak, buat sangu dan memahami orangtua, diri sendiri dan pasangan kelak. Saya sendiri sdh pernah tahu rasanya saat suami pensiun dini dari pekerjaannya alias resign lalu beralih ke wiraswasta, wuih gejolaknya mirip cerita mbak disini😀 Alhamdulillah sekarang udah makin kompak dan terselesikan.. Thanks sharingnya ya mbak, pengingat diri agar terus berkarya😊🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah...semoga lancar & sukses usahanya ya Mba. Selamat berjuang & pantang menyerah.

      Hapus
  6. Jika masih ada umur, suami saya akan pensiun 18 th lagi. Insya Allah. Kami sempat bikin planing sederhana, sih. Termasuk saya yg mulai sekarang cari kesibukan di dunia menulis. Maunya nanti tetap produktif menulis spt Bu Srie :) Keren tips-nya. Keren juga 3 srikandi RT di atas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yg perlu diingat bahwa waktu terus berjalan & waktu 18 th bukan waktu yg lama. Mulai persiapakan dg matang masa depan anak2 & diri swndiri ya Mba. Semoga sukses menulisnya & salam buat keluarga

      Hapus
  7. Setuju banget, Mbak. Ayah saya udah pensiun, awal2 ya daoat curhatan dari ibu tentang kondisi keuangan.
    Even ayah punya hobi sampingan, tapi tetep aja beda dari waktu ayah kerja dulu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba, perubahan itu memang membuat orangtua shock tp pelan2 akan bisa menyesuaikan. Syukur2 klo anak2 sdh selesai pendidikan semua. Salam hangat buat ibu & bpk ya Mba

      Hapus
  8. Betul banget mba. Jadi pelajaran juga buat kami yang muda-muda. Jangan lengah dan terlena ya semua harus dipersiapkan dengan matang, bekal masa tua apalagi bekal di akhirat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba Dwi, harus dilalukan secepatnya agar kita ga keteteran di masa pensiun. Selamat berjuang & sukses ya Mba.

      Hapus
  9. Saya juga sudah mulai memikirkan persiapan jangka pendek, menengah dan panjang. Biar kata orang swasta juga kudu mempersiapkan segala kemungkinan yang terbaik buat keluarga. Mkasih mba infonya padat dan bermanfaat... 😊🙏👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mba, lakukan persiapan secepatnya demi untuk masa depan kita sendiri, diluar anak2

      Hapus
  10. Alhamdulillah bapak dan ibu memasuki masa pensiun dengan menyenangkan. Enggak ada hal yang membuat gimana gitu bunda. Kedua orang tua keduanya PNS memasuki masa pensiun sudah siap dengan aktivitas lain. Mereka memilih mengisi waktu bertani, meskipun enggak dikerjakan sendiri tapi berkunjung ke sawah bikin suasana damai kata mereka.
    Semoga kelak enggak sampai mengalami galau menjalani masa pensiun deh. Makasih ya bunda infonya bikin kita bersiap untuk masa tua

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah...memang tidak semua mengalami Mba, & senangnya bisa menikmati masa pensiun seperti ituu. salam hangat buat Ibu & Bpk.

      Hapus
  11. Wah masa pensiun memang butuh perhatian ekstra ya Bun, harus saling mengerti, memahami dan mendukung. Syukurlah kalo sekarang sudah happy lagi. Salam untuk keluarga ya Bunda..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Namanya hidup Mba, kalau ga ada warnanya ga seru..hehehe
      Terima kasih salamnya. salam kembali untuk kelurg Mba bety

      Hapus
  12. Halo mbak Sri,
    Beberapa tahun terakhir ini, suami sering mengingatkan begini, "Nanti kita nggak bisa hidup kayak gini loh, kalau aku sudah pensiun." Meski sambil bercanda, tapi bener juga kan, kalau masa pensiun tetap harus dipersiapkan. Saya mendukung suami untuk memiliki investasi karena ketika tiba masa pensiun, si bungsu masih belum kelar pendidikannya.
    Makasih sharingnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Senangnya punya suami yang mengerti untuk persiapan masa tua. Hati2 dg investasi ya Mba, pilih yg benar-benar sudah kita ketahui agar tidak tertipu. salam buat keluarga

      Hapus
  13. Perencanaan itu penting banget ya mbak. Alhamdulillah sekarang beberapa perusahaan sudah memberikan pelatihan pra pensiun untuk pegawai yg hampir habis masa baktinya.
    Sebanyak apapun uang pensiun yang diterima kalau tidak dikelola dan dikembangkan dengan baik ya akan habis juga. Paling tidak harus punya aset produktif yang bisa jadi investasi dan penyambung kehidupan selepas pensiun.
    Bermanfaat sekali tulisan ini. Makasih sharingnya ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul Mba, tapi pelatihannya terlalu mepet dg masa pensiun kita. kadang ga sedikit yang malah uangnya ambls, karena baru mulai coba2. Betul inves yang paling aman adalah tanah, LM & rumah...hehehe..sama2 Mba

      Hapus