Selasa, 24 Juli 2018

HALALBIHALAL ALUMNI SMANX 80



Kurang lebih  38 tahun sudah kita tanggalkan  baju putih abu-abu, tanpa terasa waktu melaju dengan  langsam. Kebersamaan  mulai terjalin kembali, walau rambut mulai berubah warna & kerutan halus sudah nampak menghiasi kulit.  Hal tersebut tentu bukan halangan untuk mempererat  jalinan silaturahmi,  mengetahui kabar sobat semua  baik-baik saja sudah sangat membahagiakan.  Semoga yang kurang sehat cepat diberi kesembuhan.  Beberapa  momentum digunakan untuk dapat sekedar  bertukar kabar, bagi siapa saja yang sempat hadir.   
  
Panitia HBH 2018





Perwakilan ASMAX
Salah satu momentumnya adalah Halalbihalal yang dikemas dengan baik dan menjadi ajang temu kangen dengan sobat masa  muda dulu. Kami yang awalnya bercerai berai meniti hidup selepas lulus SMA,  dapat  bertemu kembali satu persatu dengan bantuan tehnologi.  Melalui media social  satu  ketemu, akhirnya terangkai menjadi banyak. Maklum jaman dulu belum ada buku tahunan sekolah, apalagi  Medsos dan WA. Layaknya  sebuah puzzle yang satu persatu makin terlihat gambarnya, walau tidak akan terbentuk sempurna. Karena mungkin ada yang  tidak  bertemu kembali dengan seribu satu alasan. 

Pengurus Pagu80
 Jujur pertemuan kali ini aku hadir atas permintaan mantan ketua OSIS, yang dulu merupakan teman yang paling sering membakar semangatku, saat akan bertanding basket membawa bendera sekolah. “Semangat ya Ri, gue tunggu kabar baiknya”  dengan suaranya yang pelan, tapi tegas & cukup membakar semangatku. Terus dia ga nonton tuh!..hahaha….Haloow Bro  Bangkit, still remember?


foto bersama yg hadir
Pertemuan tersebut dilaksana di hotel Daily Iin Bypas, membuka mataku, bahwa kesalahpahaman tetap terjadi. Semoga benar hanya kesalahpahaman, tapi bukan tentang menunjukan keegoan, jabatan dan kekayaan. Sedih aja kalau sampai karena hal tersebut, karena diusia kita sebaiknya sudah makin bijak, sabar & ego  makin berkurang, seiring tebalnya keimanan.  Yoook…….Mari sobat-sobatku kita bikin pertemanan ini sebagaimana Tag line yang tertulis di Backdrop Halalbihalal.

“Jalin Erat Silaturahmi Tanpa Perbedaan Sesama Alumni  SMAN X Jakarta”

Bermaaf-maafan
Kereeen kan?  Jadi walau pun kita terdiri dari beberapa kumpulan kecil alumni, ada WASMAX, PAGUYUBAN80, LASIO dan entah apalagi. Kita tetap solid dalam naungan ASMAX, gitu kan ya sobat-sobatku. 

Salah satu penyanyi dadakan
Pada acara kemarin dihadiri  oleh perwakilan dari Pengurus ASMAX  dan  cukup banyak sobat alumni yang hadir.  Di kesempatan momen halalbihalal ini  juga, diresmian pengurus Paguyuban80 dengan nakodanya Khaidir Mukri. Sekretaris Iik, bendahara Lusi dan Dewan pelindung  RJ. Bangkit, dr. Nita. Maaf sobat, hanya itu yang saya ingat. Maklum kemarin tidak mencatat, tapi  siapapun pengurusnya yang penting & utama bisa merangkul semua alumni 80 dan membawa manfaat bagi anggotanya.

Disalah satu sudut
Acara halalbihalal cukup meriah, walau sedikit kurang greget. Maaf sobat, karena ditengah acara utama kita (termasuk aku) kadang asyik ngobrol dengan yang lain. Kadang suasana jadi kaya pasar ya, pada ngobrol sendiri-sendiri …hehehe. Sampai ketua panitia ngasih sambutan ngga kedengaran, maaf ya Om Mumuh.  MC nya ga bilang-bilang kalau ada door prize nih, maaf Iik ( aku ga dapat ya?) hahaha…..piiiz  Iik…tapi seru tiap kelas yang hadir diabadikan dengan tulisan nama kelas masing-masing. Aku agak sedih karena kelasku hanya berdua yang hadir, tapi ternyata mantan kelas B2 hanya sendiri…hahaha..





Akhirnya disetiap pertemuan seperti ini, lahirlah para penyanyi dadakan yang lucu dan cukup menghibur.  Terima kasih sobat untuk kebersamaannya, maaf namaku tercantum sebagai panitia tapi ga bantuin apa-apa.  Salam kompak selalu & sampai jumpa dilain kesempatan.
Kelas  B yang hadir

Kelas A yang hadir

wajah teman2 yg hadir



tampilan teman2 saat ini

masih ada yg kenal?

wajah2 dalam aneka gaya
Semoga masih pada kenal ya

































Rabu, 18 Juli 2018

KLOTER 43 (3) MANASIK & PERSIAPAN BERANGKAT

bersama keluarga yang mengantar
Baru berjalan selama 2 tahun menanti panggilan keberangkatan haji, ternyata aku dihubungani Kanwil Depag dan ditawarkan. Apakah aku mau dimajukan keberangkatannya? Aku bilang nanti mau tanya ke suami dulu & ternyata dia ngga mau, karena masih kerja. Takut ibadahnya ngga tenang, kalau tahun depan aku sudah pensiun, begitu alasan suami.  Akhirnya  aku menghubungi  petugas Kanwil Depagn  untuk menyampaikan penolakan atas tawarannya. Tapi saat aku telpon, petugas tersebut bilang, "Kalau ibu mau, ada tambahan biaya sebesar 7 juta untuk berdua".....katanya lagi bayarnya ke kanwil...... ealaaah...ini mah akal-akalan, karena semua pembayaran ibadah haji melalui bank. 

Aku dan suami memang sengaja ibadah haji ini, tidak menggunakan jasa KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji). Karena mendengar cerita teman & juga sudah janjian sama teman, disamping ingin berhemat juga. Lumayan loh biaya KBIH itu 5-20 juta, karena aku & suami kan di rumah jadi bisa lah mengurus sendiri untuk keberangkatan ibadah ini.

Setelah waktu yang ditunggu tiba, sejak awal tahun kita harus rajin-rajin telpon ke Kanwil Depag. Begitu pesan petugas, ternyata kita tuh ngga dihubungi. Jadi kita yang harus aktif mencari info. Sedih ya!   Taro di web site kek, biar kita ga perlu telpon & mondar-mandir ke kantor Kanwil. Maklum telpon sering sibuk, atau ditempel di papan pengumuman kantor. Jadi kita ga perlu tanya kanan-kiri. Akhirnya aku menarik kesimpulan, kenapa sebagian besar calon jamaah haji  memilih  KBIH. Mereka malas mengurus sendiri ke Kanwil Depag yang memang membutuhkan waktu, tenaga dan kesabaran tingkat dewa. 

kamar di asrama haji Pondok Gede
Kalau menurut aku sih itu pandai melihat peluang, keribetan mengurus  itu dijadikan lahan usaha & setahu aku kebanyakan pemilik BKIH adalah pegawai Depag sendiri. Kalau bukan, pasti dibelakangnya ada orang dalam yang membantu. Hal ini tentu ada sisi positif & negatifnya, apalagi peluang ini ditangkap juga oleh biro perjalanan, yang akhirnya menjamur dengan bendera Biro Perjalanan Haji Plus & Umroh. Menurut aku lagi nih, KBIH itu merupakan kepanjangan tangan Depag urusan haji, yang mungkin tidak dapat menyentuh semua calon jamaah kalau hanya dilakukan oleh Depag sendiri. Namun KBIH tetap dibawah pengawasan Depag dan ada persyaratnya sendiri.

Menurut aku pribadi sisi positifnya, calon jamaah dapat terbebas dari urusan keberangkatan sampai  selesai. Mulai dari pendaftaran, mengurus perlengkapan, dapat   kloter berapa dan berangkat tanggal berapa itu sudah bisa diketahui jauh-jauh hari. Pendek kata semua diurus oleh KBIH atau biro jasa di bidang tersebut.

Sementara sisi negatifnya, kebanyakan calon jamaah yang ikut KBIH tidak mengikuti manasik haji yang dilakukan oleh KUA di  kecamatan masing-masing, tapi mengikuti yang diselenggarakan oleh KBIH. Memang  materi yang disampaikan sama dengan yang diadakan KUA, hanya ada materi yang menurut aku tidak diberikan di KBIH. Seperti  barang-barang apa saja yang boleh dibawa dan yang tidak boleh atau kalau bahasa penerbangannya "Dangerous Goods"  Mengapa?  Karena materi tersebut hanya boleh diberikan oleh nara sumber  yang   memiliki "license yang dikeluarkan oleh Direktorat Kemanan Penerbangan, Dirjen Perhubungan Udara dan telah mengikuti training dangerous goods.

Bukan hanya sekedar pernah berkali-kali naik pesawat, lalu bisa memberikan materi tersebut.   Apalagi calon jamaah banyak yang sama sekali belum pernah naik pesawat, bahkan tidak sedikit yang buta huruf.  Menjelaskan cara menggunakan toilet aja sulit, apalagi tentang dangerous goods.

Untuk urusan yang berhubungan dengan keadaan di dalam pesawat, tidak sembarang orang dapat menjadi nara sumber. Bahkan seorang pegawai di penerbangan sekalipun, kecuali dia seorang awak pesawat yang telah mendapat pendidikan. Karena penyampai materi di dalam pesawat, rata-rata harus memiliki lisence yang dikeluarkan Dirjen Perhubungan Udara, Departemen Perhubungan. Jadi tidak sembarangan karena akan berakibat fatal. Maaf aku mengatakan ini, karena aku  paham dan   pemegang license sebagai mantan awak kabin dan instructur.
Dangerous goods
Calon jamaah KBIH diberi daftar barang yang harus dibawa, antara lain bahan-bahan makanan yang kadang dilarang. Seperti: minyak goreng, kompor listrik dan lainnya yang tentu sudah menjadi rahasia umum setiap musim haji tiba. Kecuali makanan matang yang umum, seperti rendang, empal, kering tempe/ kentang dan makanan yang diperbolehkan. Padahal kompor listrik, Magic jar dll juga tidak dapat digunakan disana, karena beda volt listrik di indonesia dengan di arab saudi. Kita bisa loh beli di sana dengan dana sharing dengan teman sekamar. Kalau hanya kangen dengan masakan indonesia, banyak kok warga kita yang berjualan selama musin haji di sekitar hotel.  Sepertinya kita harus mengubah mind set bahwa ke sana itu untuk ibadah, bukan untuk sibuk memikirkan perut. 

Setelah mendapat kepastian keberangkatan, kita wajib melapor ke kanwil Depag dan setelah itu   diminta untuk juga melapor ke KUA Kecamatan tempat tinggal. Yang menjadi pertanyaanku, mereka mencatat  menggunakan komputer. Kalau ngga online ke KUA kecamatan, kan bisa kirim data melalui email, bukan jamaah sendiri yang harus melakukannya. Iya ga sih?  Ada yang mudah kenapa dibikin ribet ya....hehehe...

Seminggu setelah itu, aku dibuat terkejut karena ada pegawai kecamatan yang datang ke rumah, perempuan lagi mengantarkan jadwal manasik. Apakah ini efek teguranku waktu melapor kesana, aku memang sempat bertanya, "Kenapa kita sendiri yang harus lapor ke sini, kan ada email kalau memang tidak ada sarana online antara kanwil Depag & KUA Kecamatan." Tapi alhamdulillah kalau memang seperti itu. Sesuai jadwal ada 7 kali manasik, 5 kali di kecamatan & 2 kali di walikota.

Manasik pertama yang ikut sangat banyak, calon jamaah hanya menandatangi absen yang telah tersedia. Manasik dibuka oleh Bapak Camat  dan Kepala KUA, acara seremonial. Dilanjut dengan materi pertama pengetahuan dan hadist2 tentang ibadah haji dan sejarah haji indoesia. Materi tentang ibadah haji sampai cara menggunakan ikhrom dan praktek tawaf di halaman kecamatan. Manasik dilakukan setiap hari  sabtu/minggu dan kita mendapat konsumsi berupa snack dan maksi dalam box.

Materi ke tiga tentang pengenalan isi kabin pesawat, cara menggunakan toilet, menaruh barang dan ukuran koper sertas tas yang akan dibagikan.  Sesuai jadwal  nara sumber adalah pegawai PT. Garuda Indonesia, tapi apa yang terjadi!!!.......Narsum digantikan oleh pegawai Depag yang katanya sudah 5 kali naik pesawat, itu pun karena dinas. Awal-awal aku masih bisa menahan diri mendengarkan uraiannya, tapi saat menyetuh hal-hal yang berhubungan dengan keselamatan penerbangan, ngawur. Akhirnya aku menemui  pegawai kecamatan & protes tentang nara sumber tersebut.

Awalnya si petugas seperti ga menanggapi keberatanku, aku minta ketemu kepala KUA.  Setelah aku jelaskan panjang lebar kepada Kepala KUA, seperti yang disampaikan itu salah & dia ga berwenang menyampaikan materi tersebut. Setelah mendengar ocehanku, Ketua KUA bertanya, "Memang ibu siapa?  Saya memang bukan siapa-siapa, tapi saya mantan awak kabin & intrucktur siswa pramugari Pak,  Jawabku rada dongkol. Sekarang kebalik, dia yang terbengong dan setelah itu meminta maaf. Aku minta materi tersebut untuk diulang oleh petugas yang kompeten, karena sangat penting. Pak KUA berjanji akan mengulangi materi tersebut dan manasik di wali kota juga akan diulang lagi. Beliau juga minta maaf, karena tidak mengerti dan menghentikan penyampaian yang sedang berlangsung. Memang kalau dipandang masyarakat umum, itu hal sepele dan toh nanti ada pendamping. Namun itu akan fatal akibatnya dalam sebuah penerbangan, apa salahnya kita menjaga segala kemungkinan yang akan terjadi. Penerbangan itu sangat tinggi resikonya, maka semua harus mengikuti ketentuan yang ditetapkan.

Setiap nara sumber yang menyampaikan materi, diakhir penyampaian selalu mempromosikan KBIH, agar calon jamaah ikut pada KBIH nya. Hal ini bikin sebel itu kata-kata promosinya, "uang 5 atau 7 juta itu ga ada artinya kalau buat ibadah, dari pada repot ngurus apa-apa sendiri."  Huuuu...nyebelin, emang ga ada kata-kata yang lebih sopan gitu?!. Tapi ada loh, seorang nara sumber yang berani tampil beda, memang dia pegawai Depag, malah aku dapat info dia seorang pejabat Kanwil Depag dan seorang ustadz. Sementara nara sumber lain promosi untuk calon jamaah ikut KBIH, tapi dia menjelaskan bahwa ada juga kelompok haji mandiri. Jadi calon jamaah dibimbing langsung oleh petugas Depag tanpa mengeluarkan biaya tambahan, selain ONH. Akhirnya banyak calon jamaah yang mengajukan diri menjadi calon haji mandiri & kami dikumpulkan dari seluruh wilayah di provinsiku.

Konsekwensi calon jamaah mandiri, semua diurus  sendiri. Sementara urusan kloter dan lainnya, diurus ketua calon jamaah mandiri. Seluruh calon jamaah mandiri membuat pertemuan sendiri dan menentukan tanda sebagai ciri khas kelompok kita & calon jamaah mandiri ini ada 1 kloter dengan jumlah 455 jamaah. Seru pokoknya, semua dikerjakan bersama, dari kita untuk kita & kompak. 
Baitullah yang aku ambil dari lantai 2
Saat pembagian koper & travel bag sambil melihat kita ada di kloter berapa. Pengambilan koper ga terlalu rumit dan aku mendapat  "Kloter 43" seperti yang aku cantumkan di judul tulisan ini. Kita berangkat 5 hari menjelang Idul Adha. Btw koper,   travel bag & tas dokumen yang diberikan, kualitasnya memprihatinkan. Roda travel bagnya  banyak yang rusak, tali tas dokumen punyaku lepas & koper banyak jahitannya yang dedel...hehehe....Kondisi tersebut  menjadi lahan penghasilan di asrama haji. Di sana sudah tersedia orang-orang yang menawarkan jasan untuk memperbaiki tas & koper calon jamaah dengan ongkos yang sudah dipatok. Jadi sepertinya mereka sudah terbiasa, karena sudah siap di asrama,  lokasi orang-orang tersebut berada dilantai kamar calon jamaah. Berarti setiap tahun kejadiannya sama dunk ya....uups.

Masalah koper kalau dilihat dari sudut pandang orang penerbangan,  memang hanya diperuntukan untuk mono use atau sekali pakai dan terbuat dari kain yang cukup tipis untuk sebuah benda yang bernama koper. Namun kapasitasnya maksimal untuk 35 kg dan sedihnya  calon jamaah ga bisa menukar koper, travel bag maupun tas dokumen, apabila saat ngambil dalam kodisi tidak bagus/rusak. Yo wis...trimo wae & mau ga mau perbaiki sendiri. Seragam batik juga bukan diberikan loh, tapi beli sendiri & Kanwil Depagmenyediakan andai calon jamaah membutuhkan. Namun jangan takut, di tanah abang batik haji mudah didapat dengan harga antara 100-200 ribu rupiah perpotong.

Calon jamaah masih mengikuti manasik yang diadakan di walikota dan aku tetap menyayangkan, penjelas tentang barang-barang bawaan yang berupa cairan dan lainnya. Kalau yang satu kelompok bersama  dengan aku, bisa aku kasih tau tapi tidak  gimana?  Bukan aku sok, tapi hal kecil seperti itu akan menimbulkan masalah bagi para calon jamaah. Masalah yang timbul di asrama, saat perlengkapan mandi yang disimpan di travel bag berisi cairan yang isinya melebihin 100 ml, tidak boleh dibawa ke dalam kabin. Harus dimasukan ke dalam koper yang diletakan di bagasi. Calon jamaah keberatan barang bawaannya harus ditinggal, akhirnya beramai-ramai mengambil koper yang telah disimpan petugas. Dengan sedikit argumentasi, bahwa itu salah satu kesalahan manasik yang kurang jelas. Petugas mengalah dan memberikan koper-koper calon jamaah yang telah siap dikirim ke bandara. 

Di asrama haji sebelum mendapatkan kamar, kita mendapatkan gelang yang bertuliskan nama calon jamaah, kloter, asal daerah dan negara, serta  hotel tempat menginap. Juga menerima uang living cost selama di Mekah, karena kita harus membeli makan sendiri.  Kita menginap semalam dan besok akan berangkat ke Jedah. Calon jamaah diberangkatkan ke bandara Soekarno-Hatta dan ternyata masih banyak yang memasukan benda cair di dalam travel bag. Akhirnya terjadi, saat melewati x-tray banyak calon jamaah yang harus merelakan  barang-barangnya diambil petugas bandara, karena isinya melebihi ketentuan.  Apapun alasannya, ya itu salah satu kejadian yang seharusnya tidak terjadi.  Bersambung





Senin, 16 Juli 2018

RESENSI BUKU "JADI IBU TERBAIK. SIAPA TAKUT?




Judul buku : Jadi  Ibu Terbaik, Siapa  Takut? 
Penulis : Srie Ningsih
Tahun terbit : Cetakan ke-1,   2018
Penerbit : Bitread
Jumlah halaman : 177  halaman
ISBN : 978-602-5824-06-9


Ide awal buku ini, tercetus  dari  keprihatinku  pada IRT jaman now dilingkungan  keluaga dan rumah.  Melihat dan mendengarkan curhatan  para Oma,  serta  menuangkan pengalaman sendiri, bagaimana pontang-panting mengurus  rumah tangga, anak & juga  bekerja diluar rumah.  Dengan lokasi kantor yang jauh dari rumah, istilahnya berangkat gelap dan pulang juga sudah gelap. Alhamdulillah kesepakatan dengan suami dalam mengurus rumah tangga, tapi kita atasi. Walau kita tidak menutup mata kalau membutuhkan orang lain, seperti  keluarga besar, tetangga dan asisten rumah tangga.


Anak-anak sudah dewasa dan setiap ada kasus yang terjadi  disekitar kita, selalu aku bahas dengan anak-anak. Hal ini merupakan pelajaran berharga dan aku beritahu solusi yang perlu diambil & untuk lengkapnya aku tuangkan dalam buku ini, sebagai panduan bagi anak-anak, keponakan, kakak, adikku & masyarakat. 

Buku ini terdiri dari 7 bagian yang  tentang  tidak perlu takut untuk menjadi Ibu Terbaik, karena semua dapat Emak lakukan  dengan baik walau perlu bantuan orang lain.

Diawali dengan kisah jaman tahun tujuh puluhan, setiap anak perempuan pada masa itu kebanyakan bercita-cita ingin “Menjadi Ibu” Kenapa iu bias terjadi? Karena kultur  masyarakat kita pada masa itu yang mengatakan bahwa anak perempuan tidak boleh sekolah tinggi-tinggi, karena akan  mengurus rumah tangga, suami dan anak.  Tapi sekarang  jaman berpihak kepada perempuan, bias sekolah tinggi dan kesempatan kerja terbuka luas.

Hidup itu pilihan dan setiap pilihan tentu ada konsekwensinya. Mau  sebagai ibu rumah tangga atau ibu rumah tangga yang juga bekerja diluar rumah, semua sama-sama mulia. Sejatinya membentuk sebuah rumah tangga membutuhkan persiapan sejak awal secara matang. Seorang ibu mempunyai tugas yang tidak mudah, tapi percayalah setiap ibu menginginkan anak-anaknya dapat hidup bahagia. 

Temukan pula apa saja persiapan sebagai  ibu rumah tangga murni & ibu bekerja serta dampak negative dan positifnya.

Dibagian selanjutnya  sebagai mahluk multitasking, seorang ibu dapat menjelman menjadi apa saja sesuai kondisi yang dihadapinya. Di suatu waktu menjelma menjadi seorang koki, supir, ojeg, perawat, guru, tukang, menteri keuangan dan lainnya. Semua dilakukan untuk orang-orang tercinta, namun tidak sedikit pula seorang ibu yang tidak peduli akan tugasnya sebagai ibu rumah tangga. 

Pada bagian Mengelola Rumah Tangga, temukan kiat-kiat   mendidik dan membimbing anak-anak agar dapat mandiri secara mental dan ekonomi sebagai bekal saat berumah tangga. Bagaimana mempersiapkan diri untuk menjadi seorang istri, suami dan seorang ibu rumah tangga murni atau ibu rumah tangga bekerja. Temukan juga langkah-langkah dan tips bagaimana  hidup damai dengan  orangtua, maupun mertua dalam satu atap? 

Inagt ya Bu, mengurus rumah tangga  bukan hanya tugas seorang  istri, tapi kerja tim semua anggota keluarga.  Bahkan di jaman now,  istri bisa  bertukar peran dengan suami.   

Simak cerita para ibu hebat  dibagian berikutnya.  Bagaimana  para ibu rumah tangga yang bekerja di luar kota, bahkan di luar negeri namun bisa mengurus anak-anaknya di rumah.  Dapat berkomunikasi dan bertatap muka setiap kali dengan anak di rumah, melalui bantuan tehnologi.

Mau tau  apa cerita   para  anak tentang ibunya dan nenek yang harus mengurus cucu-cucunya?. Jangan meleleh ya membacanya,  betapa bangganya seorang anak kepada ibunya dan  apa aja keinginan anak terhadap ibunya. 

Pada bagian akhir buku ini mengupas “Ibu juga Manusia” yang berisi  perjuangan  para ibu  dalam  mengurus rumah tangga dan anak-anak serta  beratnya  godaan yang dihadapi para ibu bekerja di kantor.

Semua itu dapat Anda temukan dibuku ini, yang mengupas secara lengkap urusan anak, rumah tangga dan pekerjaan kantor. Juga bagaimana mendidik & mempersiapkan  anak untuk mandiri sejak dia mempunyai penghasilan, menuju rumah tangga.  Buku ini wajib dibaca  untuk semua remaja putra/putri, para ibu/bapak dan nenek/kakek. 

Anda berminat  memiliki buku ini?  Silakan menghubungi Bitread di WA : 0822 4041 2234 atau  bisa melalui saya.  Saya hanya berharap, buku ini dapat bermanfaat bagi orang lain.



Kamis, 12 Juli 2018

INDAHNYA RENCANAMU, YAA…ALLAH


Benarkah  asuransi membuat  kita miskin?
Gimana ngga miskin, setiap  bulan gaji abis digrogotin buat bayar asuransi. Sementara  kita belum mengetahui  kapan  asuransi itu kita gunakan, ga jelas kan?.   Memang sih  hitung-hitung menabung, tapi  menabung yang dianggap hilang loh!.

Apa yang harus kita lakukan seandainya tiba-tiba suami sakit? Sementara  kita tidak mempunyai uang sama sekali. Yang terlintas diotak dalam kondisi seperti ini, pasti cari pinjaman uang.  Urusan membayarnya nanti saja dipikirkan. 

Setelah  suami sembuh dan keluar dari rumah sakit, terbayanglah dimata cicilan utang yang harus dibayar.   Belum lagi dari mana dapat uang untuk membayarnya, sementara setiap bulan uang  pensiun hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari dan mengirim biaya hidup anak yang kuliah diluar kota. 

Andai saja ada malaikat yang dapat membantu saya, mungkin saya tidak akan sepusing ini memikirkan dana untuk melunasi hutang tersebut. Terpaksa  melego  perhiasan yang saya miliki, supaya tidak tambah menumpuk bunga pinjamannya. Padahal belum lagi biaya untuk kontrol yang pasti ada obat yang harus ditebus.  Menurut dokter,   suami harus rutin kontrol setiap bulan kalau obatnya habis.  Mabok ga tuh!, tapi untung sekarang ada BPJS yang nota bene adalah asuransi kesehatan. 

Semasa masih kerja dulu, setiap bulan aku mati-matian menyisihkan dana untuk membayar premi asuransi. Asuransi beasiswa dua orang anakku, saat anak umur 2 tahun. Aku mengambil waktu pembayaran per tahun,  tapi setiap bulan harus  aku sisihkan.  Aku juga ikut asuransi masa tua, sementara anak-anak juga diikutkan asuransi pension yang preminya dibayar seiap bulan. Jangka waktu pembayaran selama 10 tahun &  juga mengcover  biaya kesehatan. Kebayangkan berapa yang harus aku sisihkan, pokoknya asuransi itu bikin bangkrut ….hahaha

Dulu mah sakit rasanya  saat harus  memisahkan penghasilan untuk membayar premi asuransi, tapi aku memang sudah bertekad  untuk melakukannya, karena kita ga pernah tau  rencana yang Allah tetapkan untuk kita.  Toh uang kita tidak hilang & aku menganggap uang premi itu dana hilang. Kalau ada sedikit rejeki, aku juga membelikan perhiasan emas untuk simpanan aja.

Ternyata  rencana yang telah aku buat untuk masa depan keluargaku, hanya ada dalam kertas karena Allah memberikan rencana yang terbaik untukku. Pertama aku harus pensiun lebih awal 10 tahun, karena kondisi perusahaan. Aku harus memeras otak untuk mengatur kembali rencana dari awal dengan kondisi saat itu.  Penghasilan setiap bulan terhenti dan pandai-pandai mengatur uang pesangon. Memang  suami masih bekerja, tapi  sumber pendapatan sudah tinggal satu. Bukan aku tidak bersyukur, tapi harus banting stir untuk menyusun rencana baru.  

Kakak  selesai kuliah saat papanya  pensiun, memang sesuai rencana. Awalnya ketika aku pension si Ade selesai kuliah, namun  nyatanya aku pension Ade masih di bangku SMP. Alhamdulillah  aku ditawari kerja seseorang, tapi hanya  bertahan selama 1 tahun.  Selepas itu  aku dapat  pekerjaan freelancer, alhamdulillah.  Dalam perjalannya, aku cukup jatuh bangun untuk membiayai di Ade yang kulaih di luar kota. Uang kuliahnya memang murah, karena diterima di PTN. Namun ga tahan bayar uang kostnya…hahaha…..Karena aku ga mungkin menyewa kamar kost yang ga nyaman buat si Ade.  Intinya tempatnya dekat dengan kampus, jadi ga perlu ongkos lagi.  

 Untungnya pas bingung mencari uang untuk bayar kost, karena ga boleh bayar per bulan. Pas asuransi si Ade cair, alhamdulillah. Setiap tahun untuk membayar biaya kost, waktunya bertepatan dengan dibayarnya perpanjangan  rumah yang aku kontrakan per tahun. Alhamdulillah si kakak setiap bulan memberikan uang saku tambahan buat Adiknya. 

Ternyata  asuransi itu membuat aku beruntung beberapa kali, jadi setiap aku butuh dana besar tanpa aku ingat salah satu asuransi  cair.  Begitu juga saat si kakak yang rencananya 2 tahun lagi akan menikah, tapi  mendadak  minta dimajukan.  Memang dia sudah mempunyai tabungan untuk biaya  pernikahannya, tapi masa Emaknya ga pegang dana. Tapi alhamdulillah,  asuransi pension aku cair.  Ya Allah…….sungguh indah rencanamu. Saat ini hanya tinggal satu asuransiku yang belum jatuh tempo & aku persiapkan untuk si Ade kalau ada jodohnya, tapi kapan?  Waullahualam bi sowab……..

Kita memang hanya mengetahui kondisi saat ini,  satu jam ke depan pun masih belum kita ketahui.  Yang pasti Allah  ga akan memberikan rencana yang kita tidak sanggup menjalaninya. Jadi ada baiknya mempersiapkan masa tua mulai sekarang, jangan sampai  kita jadi beban anak-anak.