Sabtu, 19 Desember 2020

KETIKA PANDEMI DATANG

 

GUGUS COVID-19 TINGKAT RT & RW


Sejak wabah corona merebak  di China,  Negara yang  pertama kali ditemukan  virus tersebut pada  Desember 2019. Aku hanya mengikuti  berita di TV atau media on line.  Virus tersebut  akhirnya berkelana  keseluruh dunia termasuk Indonesia, aku hanya  sebatas menyimak  dan memuaskan rasa ingin tau perkembangannya dengan perasaan was-was. 

Saat  pertama kali ditemukan  di bumi  Indonesia, dengan  terpaparnya   dua warga Depok, Jawa Barat awal Maret  lalu.  Maka terjadi kehebohan, orang tersentak kaget dan aku tetap  di rumah mengikuti  berita tersebut. Tapi aku jadi sedih, karena begitu cepat  penyebaran virus ini di Indonesia. Hal tersebut tentu tidak akan terjadi andai  warga  mengikuti imbauan  pemerintah  untuk tetap  diam di rumah. 

Peningkatan tajam jumlah penderita menjadi seribuan, karena  terjadi diluar rumah. Menurut Juru Bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto. Padahal pemerintah sudah menginstruksikan masyarakat.  salah satunya untuk melakukan social distancing atau menjaga jarak. Bila instruksi ini tidak dipatuhi, risiko penularan akan makin membesar bahkan bisa tidak terkendali.

Virus corona menular lewat lendir (droplet) manusia positif COVID-19,  yang meloncat ke manusia  lain yang negatif COVID-19. Lendir itu terciprat saat manusia positif COVID-19 bersin, batuk, atau berbicara lalu terkena orang lain yang negatif. Untuk itu diajurkan tidak keluar rumah, menggunakan masker, cuci tangan dan menjaga kebersihan. 

Kenapa  harus tetap tinggal di rumah?

Karena setiap masyarakat berperan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona atau COVID-19. Caranya seperti instruksi pemerintah, yakni: melakukan social distancing dan tidak keluar rumah. Bagi para pekerja diimbau untuk kerja dari rumah atau work from home. Sayangnya   masih banyak warga yang berkerumun di luar rumah. Inilah yang menyebabkan lonjakan kasus virus corona di Indonesia.

Aku sedih melihat para tenaga kesehatan berjuang untuk menolong yang terpapar, tapi  pernah ga kita berpikir kalau mereka tidak bisa bertemu keluarganya? Coba bagaimana perasaan Anda kalau mengalami seperti itu. Berjuang  menolong orang lain dengan tulus, namun  tidak dapat dihindari mereka banyak yang gugur.   Mari sadari dan ikuti anjuran pemerintah, demi untuk kebaikan bersama.

Perangkat Gugus Covid 19 dilingkungan aku , terdiri dari:

-Ketua

-Koordinator Kesehatan

-Koordinator Logistik

-Koordinator Keamanan

-Humas

- Anggota.

Pengurus ini diangkat oleh Kelurahan setempat, yang beranggotakan pengurus  RW  & RT yang mengacu pada  :

1.       Surat Edaran Nomor HK.02.01/MENKES/202/202

2.        Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid – 19 Rev 3 Kementerian Kesehatan

3.        Surat Edaran Walikota Tangerang tentang Kampung Siaga Covid – 19 tingkat RT

Fungsi  Gugus Tugas Covid 19 ini, antara lain :

1.      Melakukan pengawalan dan pengawasan untuk pendisiplinan social distancing dan  gerakan tinggal di rumah

2.     Melakukan pemantauan terhadap kesehatan warganya. Untuk warga yang kurang sehat dan sedang dalam proses karantina, RT/RW setempat harus memastikan warga tersebut mengisolasi diri/karantina di rumah

3.    Memantau warganya yang kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari.

Sudah bekerja satu  bulan,  baru dilakukan  pelantikan……hehe.  Menurut aku sih  ngga  terlalu penting juga  acara semonial tersebut, toh kita sudah langsung aktif begitu surat pengangkatan dikirim ke WAG.

Naah….pada  awal  april, aku dihubungi Ketua RT diminta ikut berpartisipasi pada  Kelompok Gugus Covid 19 dilingkungan.  Dan pada tanggal 10 April 2020, aku diangkat menjadi Koordintor Kesehatan Gugus Covid 19 tingkat  RW & RT. Begitu terbentuk, kita langsung rapat untuk mengatur langkah dan rencana  apa yang harus dilakukan.

Aku ditunjuk jadi Ketua Koordinator Kesehatan, dengan tiga orang anggota. Tugasnya:

-Memastikan akses dan fasilitas kesehatan

-Mengatur kebersihan lingkungan dan tempat isolasi sementara

-Bersama Humas melakukan sosialisasi dan promosi kesehatan

 

Di daerah ku satu RW terdiri dari 4 RT dan kita mendapat 2 buah alat penyemprot desinfektan, lengkap dengan obat & APD untuk petugas yang melakukan penyemprotan. Seminggu sekali kita lakukan penyemprotan dilingkungan, sementara di rumah menjadi tanggung jawab masing-masing warga & kita hanya memantau kebersihan rumah warga.


Alhamdulillah warga sigap membantu dan dibeberapa titik menyediakan air dan sabun cair untuk mencuci tangan. Pokoknya keren deh warga RT aku. Kompak dan siap membantu pengurus RT nya. Maklum pengurus RT nya semua perempuan dan ini sudah 2 periode, warga tidak mau pengurus yang sekarang diganti. Laah…..semoga ngga sampai tiga kali…hehehe, karena menyalahi Perda No 3 Tahun 2011. Dua kali cukuplah, toh semua harus ada akhirnya & perubahan lainnya bisa dilanjut oleh penggantinya nanti.

 

 

Bantuan  Pertama dari Pemerintah

Pengurus  mulai bergerilya memantau warga dilingkungannya. Aku juga mulai  turun ke warga, terutama dikontrakan petakan dilingkungan RT. Pertama kali kelurahan memberikan bantuan 100 kg beras untuk setiap RW.  Berhubung  satu RW terdapat 4 RT, maka dibagi  empatlah beras tersebut. Sesuai instruksi dari kelurahan, beras tersebut harap diberikan kepada warga yang membutuhkan terutama  yang  berdampak covid-19.

Diawal-awal pandemi memang belum terlalu terasa, pengurus masih membagikan jatah beras + 5 bh mie instans kepada warga yang kurang mampu saja.  Kondisi warga masih aman dan belum terdengar  ada yang kena PHK dan lainnya.  Pengurus RW mendapat jatah beras kembali, kali ini  200 kg/RW. Alhamduillah  RT bisa mendapatkan 50 kg dan mulai mendata warga, jatah beras ditambah dengan sarden & telur untuk lauk dari kas RT.

Setiap awal  bulan aku  keliling door to door mengantarkan kartu pembayaran iuran sampah dan keamanan kepada warga dilingkungan RT ku.  Kesempatan tersebut, aku & Ketua RT pergunakan untuk mengetahui keadaan warga. Kita mulai mendapat info beberapa warga kontrakan mulai kena imbas dari   covid ini, mata pencahariannya terhenti.  PHK dan tidak dapat usaha lagi terdengar sangat menohok  hatiku,  apalagi warga  kontrakan  di jalan sebelah  tidak sedikit jumlahnya. Setelah di data, dari 64 kepala keluarga 23 yang perlu dibantu karena dampak pandemi ini.

Dampak kondisi ini ternyata makin parah, satu persatu warga tumbang dalam mencari nafkah. Ojeg & taksi online mandek, beberapa perusahaan kecil gulung tikar. Bahkan PRT juga dipaksa berhenti oleh majikannya karena tidak mampu membayar gajinya.

Aku dan Ketua RT terus memantau kondisi warga yang kena dampak dan mencari donatur  untuk membantu yang membutuhkan. Minimal setiap minggu kami bisa memberi 5 kg berat, lauk dan lainnya. Alhamdulillah ada warga yang  bersedia  memberi  paket lengkap untuk yang membutuhkan.  Aku ngga ngebayang dibulan ramadhan ini mereka tidak memiliki makanan untuk keluarganya. Sementara kabar tentang bantuan dari pemerintah sebesar Rp. 600.000, belum pernah ada. 

  Sembako pertama

Aku dan Ketua RT  akan memberikan sembako setiap minggu sampai akhir ramadhan dan mereka bisa merayakan Idul Fitri dengan hidangan tersedia dimeja. Beras yang diberikan dari kelurahan, kami lengkapi dengan lauk pauk walau hanya telur dan sarden. Paling tidak ada makanan untuk saur dan berbuka puasa.  Yaa…Allah, doaku diijabah. Bantuan mengalir cukup banyak, bahkan aku mendapat kiriman 50 paket sembako dari seorang dermawan, yang mengirimkan langsung ke rumah setelah mengetahui kegiatanku. Satu paket tersebut dapat digunakan untuk 2 minggu, karena isinya dua kali lipat seperti yang biasa kami berikan.

Kelonggaran bantuan tersebut, membuat aku berbagi kepada warga sekitar diluar warga RT ku. Berbagai ekpresi  dari mereka saat menerima, membuat aku tak dapat membendung air bening yang turun dari sudut mata. Ada yang langsung sujud, glosor dan berlinang air mata menerima bantuan tersebut. Masya Allah……..hatiku bergetar melihat semua ini.  Aku pasang kuping  barangkali ada tetangga lain yang butuh bantuan. 

Bantuan dari donatur 50 paket & 25 paket lainnya

Disuatu siang, aku mendapat kabar ada seorang tetangga yang membutuhkan bantuan. Namun Juragan ragu, takut  orang tersebut tersinggung dengan bantuan yang kita berikan.  Akhirnya aku memutuskan, kita tetap sowan ke rumahnya dengan segala kemungkinan. Andai   mereka tidak mau menerima dan tersinggung, kita akan meminta maaf. 

Berangkatlah sore itu menuju rumah tetangga tersebut daaaan, kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah: “ Yaa Allah…..Ibu,  kami hari ini belum tau mau berbuka dengan apa. Karena tidak memiliki makanan apapun dan ngga ada uang untuk  belanja.”  Berkali-kali beliau mengucapkan terima kasih. Aku segera pamit, karena sudah tidak kuat menahan air mata yang akan meloncat keluar. “Alhamdulillah…yaa…Allah, bantuan tersebut begitu bermanfaat.

Paket tersebut masih tersisa 3 lagi di rumah, untuk berjaga-jaga kalau ada kejadian seperti diatas. Pada masa itu rasanya setiap saur dan berbuka, aku selalu  berdoa semoga ngga ada  yang tidak saur karena ngga punya makanan. Hal itu membuat  selera makanku menurun. Di hari berikutnya aku teringat pada satu tetangga yang pindah ke blok lain, karena rumah yang dikontraknya akan dijual pemiliknya. Awalnya mereka tinggal di rumah kontrakan yang lokasi persisi di depan rumahku, seorang nenek yang tinggal bersama anak dan 5 orang cucu. Aku meminta Juragan untuk mengantarkan paket sembako ke rumahnya.

“ Ma, katanya terima kasih. Si  Mika (cucunya), bilang : “Makasih Opa, aku udah laper dari pagi  belum makan. Kata Eyang  ngga punya beras.”  Aku menahan napas mendengar cerita Juragan dan meleleh lagi. “Yaa…Allah, lindungan mereka dan beri aku kekuatan agar dapat berbagi kepada yang membutuhkan. Aaamiin Yra.”

Warga RT aku
 

Kenapa Hanya Beras?

Awal-awal  mendapat beras  kami  terima tanpa banyak pertanyaan,  namun kok tetap beras yang diberikan dari kelurahan. Itu pun dengan jumlah  kecil dan tanpa  meminta data warga dari  Ketua RW dan RT yang perlu dibantu.  

Aku heran kok bantuan dari presiden ngga ada kabar beritanya, kapan turun. Hanya mendapat jatah beras, beras dan beras lagi dari kelurahan dan sering kali kondisinya sudah ngga layak konsumsi. Tetiba mendapat kriman video  pelaksanaan pembagian BLT  Rp. 600.000  di group Gugus Covid. Belum pernah ada pendataan kok sudah dibagikan dan siapa yang mengurus di lingkungan RW aku?.  Aku mencari info dan ternyata yang mendapatkan hanya 6 warga, itupun bukan yang berdampak covid. Tapi warga yang setiap bulan mendapat honor dari kelurahan sebagai guru ngaji, kader PKK, amil (istilah pemandi jenasah) dan guru senam kelurahan. 



Akhirnya aku dapat info, bahwa data diambil dari Posyandu dan yang mengurus Ketua Posyandu kelurahan. Aku kejar ketua tersebut dan mendapat kejelasan, benar diambil data dari posyandu. Kok aneh, karena Posyandu di RW aku sudah tidak beroperasi selama 7 tahun. Waaah….ini ngga beres, aku mencoba cari informasi ke kelurahan via telepon. Aku mendapat jawaban singkat, iya kami lagi menunggu dana tersebut turun. Nanti saya telepon kembali,” kata suara diujung telepon dan klik dimatikan.

Namun ternyata namaku beredar,  dikelurahan  heboh karena mereka ngga tau siapa itu “Ningsih.” Begitu cerita Ketua RW  saat mengambil jatah beras ke kelurahan. Hehehe….. Apalagi aku, ngga pernah berurusan dengan kelurahan.  Beberapa hari berikutnya, Pak Camat woro-woro agar pengurus RT mendata warganya untuk mendapatkan BLT, karena masih tersisa untuk 1300 orang lagi. Utamakan yang berdampak covid yang tinggal dikontrakan, begitu perintah  di dalam group WA.

Aku dan Ketua RT langsung bergerak mendata warga dan meminta foto copy KK dan KTP sesuai ketentuan yang diminta. Ini bantuan BLT yang kedua loh, yang pertama kita ngga dapat info. Ternyata semua ini tidak terkoordinasi dengan baik, karena setelah data kita kirim ke kelurahan tapi  sampai tulisan ini ditangan pembaca bantuan tersebut tidak pernah ada kabarnya lagi.  Saat ditanyakan di kelurahan, dilempar ke Kecamatan dan di sana juga mengatakan tidak tau.

Katanya langsung ditangani petugas dari Depsos. Logikanya, petugas Depsos tidak mempunyai kewenangan tentang data warga, tapi harus melalui Kelurahan kan. Tapi itulah kejadiannya, makanya dari dulu aku paling anti berurusan dengan  pemerintahan. Ribet dan ngga pernah mendapat kejelasan.  Jadi entah kemana lagi kami harus mengurus agar warga kami mendapatkan BLT. Sampai  saat ini yang namanya bantuan yang 600.000, baik dalam bentuk uang atau paket, belum pernah kami terima sampai detik ini.

Bantuan dari MUI Tangerang tp hanya 5 paket & bingung baginya

Dari pada memikirkan BLT yang ngga jelas,  kita usaha sendiri aja. Kami mendapatkan beras kembali dari kelurahan beberapa hari sebelum Idul Fitri dan kami membagikan diakhir puasa, dengan menambahkan kue-kue lebaran dipaket tersebut. Alhamdulillah kami mendapat bantuan dari donatur dan menggunakan dana social RT. Senang rasanya melihat senyum mereka bisa merayakan idul fitri besok hari.

Akhirnya Covid 19  Mampir

 
Penyemprotan desinpektan
 
Sore itu aku baru siap-siap akan pulang dari rumah anak, telepon berdering. Ketua RT dengan suara bergetar menahan tangis mengabarkan salah satu warga kami  positif  covid. Panik..!  pasti, dan bingung harus  berbuat apa.  Namun sudah menghubungi Lurah, hanya tidak diangkat. Surat pemeriksaan hasil tes telah diterima ketua RT dari puskesman setempat dan  SOP langsung kita lakukan. Lockdown lokasi  penderita, apalagi penderita  diminta isolasi  mandiri  merupakan OTG (orang tanpa gejala).

Mendata apa saja  bahan makanan yang dimiliki, kekurangannya kami yang suplay.  Tetangga yang lain beratensi dengan menggalang dana untuk kebutuhan konsumsi penderita dan keluarga. Bukan hanya bahan makanan, juga vitamin dan buku-buku bacaan. Alhamdulillah penderita memiliki rumah 2 lantai, dan dia tinggal dilantai dua yang terpisah dari anggota keluarga yang lain. 


Pak Camat dan Pak Lurah turun langsung ke lokasi, aku dan Ketua RT mendampingi. Lokasi dan lingkungan satu RW disemprot desinfektan. Juga diserahkan bantuan sembako dari Pak Lurah ke keluarga penderita.  Terus terang memang kami selaku pengurus RT  sempat panic, maklum pengurus  Ketua RT dan jajarannya  emak-emak semua. Alhamdulillah  2 minggu berlalu dan penderita juga disiplin menjalani masa isolasi, akhirnya dinyatakan positif setelah hasil swap terakahir keluar.

Tidak lama setelah itu, ada warga yang terpapar kembali. Rata-rata tertular dari kantor di Jakarta, hanya  keluarga penderita tidak melakukan aturan yang diperintahkan. Mereka masih berkeliaran, membuat warga lain kesal dan ngeyel saat ditegur.

Dan saat ini kembali seorang warga terpapar yang tertular dari kakaknya yang baru kembali dari luar kota, tapi kita sudah santai menghadapinya. Kan sudah pengalaman…hehehe  Saat ini masih menjalani isolasi mandiri dan semoga cepat sembuh.

Dibalik Dampak Covid

 

Aku ngga tau harus bicara apa, tapi menyaksikan saudara-saudara kita yang perlu uluran tangan membuat aku bertekad akan lebih sering menyisir  wilayah yang mungkin butuh dibantu. Diawal-awal pandemi, banyak kegiatan yang dikurangi aktivitasnya. Sementara perut tidak dapat distop untuk diisi. Kegiatan membagikan sarapan disuatu tempat membuatku tercekat dan air mata meloncat keluar begitu saja. Seorang pedagang asongan berkata, “Alhamdulillah, akhirnya bisa ketemu nasi. Saya dari kemarin hanya minum dan minum aja Bu, jualan sepi sejak PSBB.”

Tetiba seorang perempuan berlari-lari kecil menghampiri tempat aku berdiri dan mengatakan: “Saya boleh minta dua bungkus ga Bu? Anak saya dari kemarin belum makan, karena ga ada uang. Dari kemarin dagangan saya tidak ada yang beli.”

“Silakan Mba, ambil lebih juga boleh,” jawabku.

Ya…Allah betapa aku bersyukur masih dapat makan, sementara mereka?  Limpahkan mereka rejeki dan lindungilah mereka yaa Rabb.

 

Yang awalnya hanya berbagi di hari jumat, aku bergabung dengan keponakan untuk berkelilingi dua hari sekali. Di pasar pun, para pedangan kecil mengeluh tidak ada pemasukan. Alhamdulillah donatur bertambah dan kami bisa membeli sembako, memang ga banyak tapi paling ngga bisa untuk makan   dua atau tiga hari. Beras, minyak goreng, gula, teh celup, telur, sarden, nugget dan mie instan dalam satu paket.

Aku ngga bisa ngebayangin mereka harus menahan lapar, karena tidak ada yang membeli dagangannya. Penumpang bus, kereta dan angkot sepi karena diberlakukan PSBB.  “Ga ada pembeli,” kata mereka.  Apalagi saat bulan puasa, apa saja yang orang berikan untuk sedekah aku terima. Aku bisa memberikan makanan matang untuk berbuka dan paket sembako untuk kebutuhan berikutnya.

Pernah kami masuk disuatu perkampungan yang ga jauh dari tempat aku tinggal, disatu rumah yang kami datangi. Seorang ibu sedang memegang sepiring nasi  dan dibagi kedalam 4 piring kosong lainnya. Terus terang, aku langsung terduduk menyebut asmaMu ya Rabb. Ibu tersebut membagi nasi buat keempat anaknya dan dirinya untuk berbuka puasa dengan lauk garam!

Aku sudah ga bisa menahan tangis, sesegukan yang tertahan pun tumpah. “Bu, gorenglah telur ini untuk lauk dan masih ada waktu untuk memasak beras ini”  sambil aku sodorkan dua kantong plastik berisi sembako.  Ibu tersebut memandangiku dengan berlinang air mata. Keponakanku mengambil alih membantu menggorek telur dan yang membuat aku tambah kejer menangis, dua anaknya yang berusia 5 dan 7 tahun berlari lari sambil mengatakan: “ makan telor…makan telor…makan telor dengan penuh gembira.”

Aku pun terus berjalan, mendatangani saudara-saudara kita yang perlu bantuan. Apalagi tanpa terduga, donatur terus bertambah, sehingga dapat  meringankan mereka. Bahkan disalah satu WAG ku, ada yang menawarkan  sarung. Aku japri dan jawabannya membuat aku kaget. “Buat beli gas dan makan  tiga anak saya, Bu. Jualan lagi sepi, ibu bisakan beli kain sarung saya. Masih baru kok Bu.” Aku meminta norek untuk transfer, memang ngga banyak. Paling ngga bisa buat beli makanan beberapa hari kedepan.

 

“Yaa….Allah ringankanlah terus langkah hamba, walau hanya sedikit paling ngga dapat menolong untuk hari-hari berikutnya.”  Alhamdulillah…..berjalan lancar, sementara untuk warga dilingkunga juga terjaga atas bantuan tetangga lain yang ikut membantu. Bantuan masih tetap hanya beras dan beras aja, entah raib kemana bantuan pemerintah pusat. Malas aku dipimpong pegawai kelurahan saat menanyakan hal tersebut. Terima kasih kepada donatur yang percaya padaku mengelola bantuannya, semoga Allah membalas semua kebaikan mereka.

Kejadian ini membuka mata ku, betapa masih banyak saudara-saudara kita yang perlu ularan tangan kita. Membuat aku lebih sering bersyukur atas semua nikmat yang Allah berikan. Semoga pandemi ini cepat berlalu, aamiin yra.

 

#berbagiituindah

#mengasahkepekaan 

#semoga covid cepat berlalu