Minggu, 27 Januari 2019

KETATNYA PROTOKOLER IBU NEGARA


dari kirike kanan: Bu Luhut, bu Jokowi dan Bu JK. Dibelakang sekrt & ajudan



Setiap negara tentu mempunyai  standar  prosedur  dalam menjaga keselamatan Kepala Negara dan keluarganya, begitu pun dengan negara kita. Sekelumit pengalaman saya sebagai panitia yang mengundang Ibu Negara  untuk meresmikan  suatu acara yang kantor adakan. 


Kita ketahui bersama Presiden dan Ibu Negara RI merupakan  symbol negara. Dalam melaksanakan aktivitasnya, semua pemimpin negara memiliki standar prosedur pengamanan. Hal itu sangat diperlukan   untuk keamanan dan kenyamanan kepala negara tersebut dalam melaksanakan tugas-tugasnya.  Begitu juga dengan Presiden & Ibu Negara kita, mendapatkan pengawalan ketat kemana pun mereka melangkah.  

Perlu diingat hal itu dilakukan “demi keamanan dan kenyamanan,” tanpa bermaksud Membatasi Kegiatan Presiden. Pengamanan tersebut dilakukan oleh Paspampres (Pasukan Pengamanan Presiden), yang  jumlahnya mencapai sekitar 3.000 personil. Institusi tersebut merupakan alat pengamanan Presidden dan keluarganya, juga   tamu negara yang berkunjung ke Indonesia. 

begaya dengan Paspampres Ibu Negara & usia mereka antara 19-22 th
Paspampres merupakan bawahan presiden dan tentu diatur oleh Presiden. Paspamres juga tidak punya kewenangan membatasi kegiatan presiden, tugasnya  mengamankan. Karena sesuai prosedur yang telah ditetapkan, pengamanan seorang kepala negara merupakan operasi militer yang tidak  bisa berulang, sehingga para pasukan pengaman presiden (Paspampres) harus  ekstra waspada, teliti dan memiliki pertanggung jawaban yang besar dengan meminimalisasi  kesalahan dalam persiapannya.

Begitu pula  dalam mengamankan Ibu Negara,  tidak berbeda dengan pengamanan presiden. Mungkin tidak semua masyarakat umum  mengetahui, menurut saya yang awam begitu ketatnya penjagaan bagi Ibu Negara.  Ada berlapis-lapis penjagaan dan bermacam tahapan pemeriksaan yang dilakukan petugas pengawal presiden atau Paspampres, saat Ibu Negara akan mengunjungi suatu acara.  Hal ini dilakukan untuk mencegah segala kemungkinan yang paling buruk dan semua  sesuai dengan SOP (Standar Operation Procedure).

Untuk mengundang Ibu Negara dalam suatu acara yang diselenggarakan  masyarakat, harus melalui tahapan yang telah ditetapkan. Pertama mengajukan permohonan melalui surat yang dialamatkan ke Sekretariat Negara RI, setelah itu menunggu balasan disetujui  atau di tolak. 

Apabila ditolak kita akan mendapatkan surat penolakan dan jika diterima akan mendapat surat untuk  instruksi selanjutnya, langkah apa yang harus dilakukan. Kita akan diberikan  nama serta nomor telepon petugas yang dapat dihubungi untuk info selanjutnya. Informasi  pertama, kita harus mengirimkan  susunan acara, yang mencantumkan tempat dan waktu pelaksanaan, susunan panitia dan perkiraan jumlah audience  yang akan hadir.

Setelah menunggu beberapa hari, Petugas protokoler presiden dari Sekretaris Negara dan pengamanan presiden (Paspamres), akan mengundang panitia untuk rapat pembahasan kegiatan tersebut. Di rapat tersebut mereka menggali informasi dan gambaran pelasanaan kegiatannya. Setelah itu kita hanya menerima instruksi apa yang harus dilakukan dan menerima susunan acara yang  disetujui dilaksanakan dan  yang tidak.  Hasil rapat tersebut akan dikonsultasikan dengan sekretaris pribadi Ibu Negara dan kita menunggu informasi selanjutnya. Pada momen ini, tidak jarang Ibu Negara mengoreksi lagi susunan acara kita.  Alhamdulillah beberapa acara yang tidak disetujui protokoler & paspampres dari hasil rapat, ternyata Ibu Negara berkenan melakukan acara yang telah dihapus stafnya.

Setelah itu panitia selalu berkoordinasi dengan pimpinan paspampres yang ditunjuk, dalam melakukan persiapan. Sehari sebelum acara digelar, puluhan petugas paspampres akan menyisir tempat acara, agar steril menggunakan alat detector. Sementara protokoler istana  ikut mengatur gladi bersih bersama panitia dan menentukan  lay out ruang acara.  Untuk menjaga lokasi tetap steril sampai acara berlangsung,  ada petugas paspamres yang bermalam  di tempat acara. Dalam menyusun tempat duduk Ibu Negara, harus disiapkan 7 kursi dibelakangnya  untuk  petugas pengawalnya (Ajudan, Sekretaris pribadi dan petugas pengawal dari tiap angkatan TNI yang semuanya perempuan.

Ibu Negara meresmikan acara dgn memukul tifa
Massih ada beberapa ketentuan yang harus dilakukan, yaitu  petugas fotografer kita hanya   diijinkan untuk mengambil gambar dari jarak  5-10 meter.  Semua petugas dalam kegiatan tersebut, yang boleh mendekat dan meliput adalah fotografer istana. Anda perlu gambar yang terbaik,? Silakan menghubungi Humas Istana, mereka  dengan senang hati  akan memberikan yang Anda  butuhkan.

Pintu masuk ke lokasi acara, hanya 1 pintu yang dijaga cukup ketat dan  para tamu yang masuk  harus melalui  pintu yang telah dipasang alat xtray. Untuk mengurangi kesan angker pada petugas, maka aparat yang bertugas menggunakan custom yang disesuaikan dengan acara. Misalnya acara olahraga, mereka akan menggunakan kaos dan training seperti saat itu.  Semua panitia wajib menggunakan ID atau tanda pengenal, yang mencantumkan nama dan tugasnya. ID tersebut harus diserahkan kepada pimpinan yang bertugas sehari sebelum acara dan akan kita terima kembali pada saat acara belum dimulai.

Satu persatu tamu yang  masuk beserta  barang bawaannya, diperiksa dengan teliti. Hidangan yang akan disediakan buat Ibu Negara, tak luput dari pemeriksaan. Ada Petugas laboraturium lengkap dengan satu tas besar peralatnya memeriksa makanan dan minuman yang akan disajikan kepada Ibu Negara, sebelum dihidangkan. Tapi jangan takut, makanan yang disediakan untuk petugas paspampres dll tidak melalui pemeriksaan. Berikan sesuai jumlah yang diminta pimpinan yang bertugas dan, serahkan juga kepada beliau.

Hanya  30 menit waktu yang dibutuhkan untuk meresmikan  acara, tapi repotnya luar biasa bagi pengundang. Hal itu merupakan aturan baku yang ditetapkan negara,   untuk melindungi Ibu Negara dari hal-hal yang tidak diinginkan, sesuai SOP. Namun kebahagiaan yang dirasakan panitia sangat luar biasa.

Saya ngga bisa membayangkan apabila terjadi pada presiden-presiden sebelumnya, seperti apa repotnya.  Karena pada era Presiden Jokowi, jumlah petugas pengawal & protokoler dipangkas lebih dari setengahnya. Juga petugas protokoler kepresiden, diminta lebih fleksibel agar Presiden Jokowi lebih leluasa 'blusukan 'serta menerima rakyat yang akan menemuinya atau menyampaikan aspirasinya. 

Kalau boleh milih, saya lebih suka diundang pada kegiatan Ibu Negara aja. Karena enak dan  ngga ribet. Dapat uang saku dari kantor, datang dengan membawa undangan dan melapor ke petugas protokoler untuk mendapatkan ID, bebas deh melakukan tugasnya, pulang dapat goody bag bagus dan diakhir acara diajak foto sama Bu Jokowi. Biasanya saya mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan ibu negara beserta organisasi para istri menteri di istana  cipanas. Enak lagi kalau datangnya karena diajak Bos,  ngga pake  ribet ditanya-tanya karena si bos yang ngomong ke petugas….hahaha. Saya mah  tinggal ngekor bos ajah! 

Alhamdulillah bisa foto bareng presiden
Pesan saya, kalau nanti ketemu Presiden atau Bu Jokowi, jangan kaget ya kalau ajudannya bilang “jangan peluk dan pegang.”  Di saat kita foto bersama beliau dan jangan lupa dijawab ya, “Saya hanya mau foto kok Mba, ga mau pegang, apalagi emluk!”…… hehehe…Biasanya nada suara sang petugas rada ketus soalnya, jadi jawab aja begitu dg senyum… 

Menurut pengalaman saya, memang baru sekarang begitu mudah meminta kehadiran ibu negara dalam suatu acara yang kita selenggarakan. Pada era sebelumnya, boro-boro mau ngundang untuk meresmikan acara kita. Minta waktu bertemu aja sampai dua periode, belum pernah mendapat jawaban surat yang kita layangkan. Padahal dari organisasi, beliau merupakan penasehatnya (maaf bukan kampayenya), ini cerita pengalaman sendiri. 

Di istana cipanas bersama Ibu Jokowi
Awalnya saya kesal kalau mau bertemu pejabat negara/ menteri dan begitu pula bila hendak jumpa sang istri menteri. Kita butuh waktu lama dan kesabaran tinggi, apalagi kalau tempat bertemunya di rumah beliau. Kita seperti kambing congek yang termanggu-manggu, ngga jelas kapan bisa diterima. Padahal waktu yang disepakatin telah dilakukan, bahkan sebelum jamnya saya sudah ada di tempat.

Ada yang  peduli, sehingga minta maaf karena terlambat menemui dan ngga jarang yang tanpa dosa dengan hanya mengatakan, “ditulis aja apa keperluannya, nanti kasih sekretaris saya”….jiaaah….ngga sebanding dengan nunggu selama 2 jam, hanya mendapat jabawan seperti itu. Ih Sabaaaar….padahal mau ketemu Allah aja, kapan waktu bisa walau diluar jadwal yang 5 waktu…hehhehe

Bersama Menkes Nila Moeloek
Alhamdulillah…..bos saya kok baik banget ya.  Mau menyapa OB, cleaning service, security sampai naik lift bareng-bareng ngga pernah masalah.  Di kantor, lift untuk pejabat sendiri, pegawai lain ngga boleh naik kalau sang pejabat sedang menggunakan.  Tapi kalau bos say amah,  laah….yang ngantri didepan lift lain dipanggil untuk ikut.  “kan,  Sayang masa lift segede ini saya sendiri yang naik” tuh bos saya mah. Kalau ada acara di kantor dengan hidangan makan siang, semua OB, cleaning service dan security suruh dipanggil untuk ikut makan.  Ya bareng gitu, hanya mereka yang suka sungkan..hahaha..

Dg Bu Kofifah menandatangani buku antologi dan beliau yg beri kata pengantarnya
Pengalaman berteman dengan orang punya, kata lain untuk kaya yang tinggalnya di bukit golf pondok indah. Tetangganya Ciputra dan Dwikatmono, kalau  mau ketemu di rumahnya. Satu jam setelah saya menunggu, barulah tuan rumah keluar. Padahal kita berteman baik, jangan kira kalau bertemu dengan orang lain. Bisa lebih dan kadang dengan entengnya bilang, akum alas keluar. Suruh mereka ngomong dari intercom aja….wkwkwkw… Itulah gaya orang-orang pemilik kekuasaan dan harta, walau memang ngga semua tapi kebanyakkan!..hihihi..

Akhirnya foto dg Ibu Ratu Yogya
Satu lagi pengalaman yang ngga akan saya lupakan, padahal sudah berjalan lebih dari 10 tahun. Ceritanya saat itu aku tugas ke yogya bersama bos, ada suatu acara di keratin yogya. Kita diterima dikediaman ibu ratu dan dipersilakan duduk di ruang tamu, setelah menunggu kurleb 1 jam. Beliau keluar dan kami semua berdiri untuk bersalaman. Mau tau apa yang terjadi?...Saat tiba giliranku, beliau memandangiku dari kepala sampai kaki.  Whaaat!.......Kita dating memenuhi undangan acara beliau lho. Saya yang awalnya sudah janjian sama teman, nanti bergantian berfoto bersama beliau, langsung blas ngga mauuuu.Tersinggung saya!.....yaa…Allah sombongnya! Masih kebayang loh wajah dan matanya saat menatap, mungkin dia pikir saya mahluk dari planet mana gitu. Saya memakai pakai seragam yang sama dengan bos dan teman-teman lainnya. Daaan temanku malah lebih parah, dia langsung keluar dan balik ke hotel…hahahaha

Dg  Sultan HB X
Namun tahun 2015 kita memenuhi undangan seluruh kantor pusat ke kantor perwakilan, memenuhi undangan tersebut. Daaan…mau tau bagaimana ceritanya gaes?........ Ternyata sudah berubah 180 derajat,  lebih ramah dan bahkan saat makan malam saya duduk satu menja dengan beliau dan sang Raja. Berfotopun,  beliau yang bilang. “Mari foto dulu”…….dudududu…..Alhamdulillah, saya ngga mengetahui pasal yang merubahnya, tapi cukup membuat senang yang hadir. 

Menghadiri ulang tahun Bu Tito Kanarvian
Itulah sekelumit  pengalaman dengan para pesohor negeri, tapi  masih banyak kok yang baik dan malah ngga mau  menggunakan ajudan. Ada juga   sekretarisnya yang menawarkan mau foto dengan bapak/ibu?  dan dia yang  mengambilkan fotonya. Seperti Ibu Kofifah, Bu Sri Mulyani, Mba Yeni Wahid  dan Pak Jokowi.....hehehe.  Semoga bermanfaat gaes..


 
dg Menpora Bp. Nahrowi

 
Ini Bos saya, bu Luhut Pajaitan


Jumat, 18 Januari 2019

ANAK PUNYA KEHIDUPAN SENDIRI






Smart Ladies….

Beberapa  hari belakangan  ini,  aku menyaksikan dan  mendengarkan curhatan   beberapa ibu yang membuat  mata aku basah. Sedih!!  Apa pasalnya?..... silakan simak dan beri masukan untuk menjadi koreksi.

Smart Ladies, siapa yang pernah meminta atau menyuruh anaknya mengambil jurusan kuliah sesuai keinginan Emaknya? 

Tiga hari yang lalu,  waktu sudah cukup malam, karena saya telah berada diatas peraduan. Tiba-tiba ada WA masuk dari  salah satu keluarga yang sudah cukup lama tidak berkomunikasi.  Mau  ngobrol masalah anaknya, itu topik yang tertera dilayar hpku.  

“Ok,  ada kabar apakah?”

Meluncurlah kalimat-kalimat  yang membuat aku tercenang, sekaligus sedih!  Anaknya yang baru menyelesaikan semester pertamanya, hasilnya jeblok.  Ada nilai “E” lebih dari satu mata kuliah, bahkan tiga SKS karena mata kuliah utama jurusan.
“Kok, bisa?  Apa anakmu ngga ikut UAS?” 

Setahu aku, waktu jaman kuliah dulu.  Hampir jarang dosen memberi nilai “E”, kecuali di anak sering bolos dimata kuliah tersebut dan ngga ikut UAS. Kalau rajin masuk, sejelek-jeleknya masih di kasih C- atau D.  Betul kan?

“Dia main terus Mba, setiap hari pulang malam sama teman-temannya. Tuh….anaknya lagi nangis, abis aku omelin” Tulis si ibu lagi.

“Kenapa harus diomelin, anakmu itu sudah besar. Sebaiknya diajak ngomong, bukan diomelin.” Sementara itu, aku coba menghubungi anaknya. Daaan….aku langsung dapat pokok permasalahannya.

Smart Ladies, jawaban sang anak adalah” Aku kan sudah mengikuti maunya mama, ambil jurusan ini. Aku ngga suka dan ternyata ngga mampu mengikuti  mata kuliah jurusan disini. Sekeras apapun aku belajar dan udah ikut les juga.”  Mungkin kalau pelajaran hapalan masih bisa dilakukan, tapi kalau pelajaran eksakta ya gga bisa kan.

WA terakhir yang masuk sebelum aku jatuh tertidur: “Dia minta pindah kuliah dan mau mengambil jurusan yang menjadi minatnya”  Lalu kita bisa apa, kalau sudah begini.

So…Smart ladies, siapa yang rugi?.  Tentu si ibu kehilangan dana yang terbuang, sementara si anak kehilangan waktu dan tertinggal dengan teman-temannya. Namun kalau hanya seperti itu kejadiannya, mungkin tidak terlalu terlambat walau 1 tahun hilang. Setiap anak yang mengalami hal tersebut, tidak selalu sama  respon. Teman anak saya,  dia ikuti keinginan ibunya untuk kuliah di perguruan tinggi dan jurusan yang dipilihkan.  Anak tersebut menurut dan menjalaninya dengan baik, tapi setelah selesai dia serahkan ijasahnya dan  raib entah kemana. 

Anak tersebut sering ke rumah dan curhat tentang  jurusan yang ditetapkan orangtuanya. Bahkan tempat kos pun orangtuanya yang memilihkan. Aku hanya bisa membesarkan hatinya dan menganjurkan untuk mengikuti dengan baik. Namun saya coba mengajak bicara ibunya (kebetulan kami bertentangga dekat), tapi setiap dia bicarakan dengan suaminya terjadi perang besar.  Akhirnya aku lebih banyak menenangkan sang anak, karena sering menginap di rumah.  Kuliahnya selesai lalu si anak memilih pulang kampong ikut neneknya dan kuliah sesuai keinginannya. Bayangkan Smart ladies,  segalanya merugi dan saat ini masih kuliah. Sementara teman-temannya sudah bekerja, bahkan sudah berumah tangga.  Miris kan!

Melihat tayangan di TV tadi malam, tanpa sengaja aku sampai berteriak “Mamanya gila!” UUps….maaf,  jadi seorang ibu mencoba mencari anaknya yang katanya sudah selesai kuliah diluar negeri, tapi tidak pulang ke rumah.  Anak tersebut tidak pernah pulang selama kuliah daaaan ternyata, anak tersebut tidak mau bertemu  dengan ibunya. 

Ibunya  memang terlihat sangat tegas  dan menuntut anaknya untuk menjadi orang sukses, tapi caranya salah (menurut aku).  Menurut cerita si anak,  si ibu selalu memukuli kalau mendapat nilai 80.  Semua nilai harus 100, kalau tidak sabuk pinggang yang bicara.  Sampai saat melihat ikat pinggan, anak tersebut langsung menutup muka dengan badan gemetar.

Masih ada beberapa curhatan yang hampir sama masalahnya, bahwa ibu atau orangtua memaksakan kehendaknya kepada pendidikan sang anak. Sementara tidakan anak pun bermacam-macam, ada yang menjalani dengan diam dan menyerahkan ijasahnya kepada sang ibu. Dengan berkata: “Ini ijasah yang  Mama pinta,  sekarang aku mau kuliah sesuai yang aku pilih.” See……sebenarnya, aku ingin melihat dan mengetahui reaksi dari ibu atau orangtuanya. Namun sayang ngga ada yang mau cerita…. 

Smart Ladies…
Anak itu mempunyai pribadi dan memiliki kehidupan sendiri, mereka  itu merdeka. Jangan pernah memaksakan kehendak   kepada anak-anak, untuk kebahagiaan kita. Sebagai orangtua, sebaiknya:

1.  Bimbing anak-anak menuju gerbang masa depan yang diinginkan dan cari informasi sebanyak-banyaknya tentang apa yang dipilihnya.  Setelah itu sampaikan kepada anak apa saja yang perlu diperhatikan, tentang pilihannya. Atau bahkan menyarankan untuk mencari pilihan lain, apabila  yang dipilihnya tidak tepat.

2.     Sedapat mungkin kenali teman-teman anak-anak Anda, agar kita mengetahui kegiatan anak-anak. Hal ini sangat penting, apalagi bagi ibu yang bekerja diluar rumah.  Rangkul anak-anak dan jadikan teman, tentu tetap ada aturannya. In shaa Allah, anak akan dengan sendirinya bercerita kegiatan dan apapun kepada kita. Bahkan dengan suka rela memberikan nomor hp teman-teman yang dekat dengannya.

Sesuai pengalaman saya,  kedua anak mengatakan begini: “Ma, catat ya nomor hp dan telpon rumah si A. Kalau aku ngga bisa dihubungi, mama telpon aja di A.”  Bahkan dia kasih tau  daerah rumah temannya tersebut. Asli, saya ngga pernah memintanya.

3.  Mendidik dan membimbing anak bukan melulu dengan nasehat, tapi anak akan lebih menangkap dan mengingatnya jika kita memberi contoh.  Sebaiknya orangtua menjadi role model bagi anak-anaknya.

4. Biarkan anak-anak memilih jalan hidupnya sendiri, begitu pula dengan pilihan pendidikannya. Sebagai orangtua, kita hanya perlu membimbingnya dengan menginformasikan mana yang terbaik bagi anak-anak.

Smart Ladies,..

Menurut anak-anak aku nih. Mama memang ngga pernah memaksa kita, tapi apapun pilihan kita harus dipertanggung jawabkan. Semua harus sesuai rencana dan tepat waktu, kalau ngga tanggung sendiri. Misalnya, kuliah itu 4 tahun. Ya harus selesai 4 tahun, tapi kalau molor, silakan bayar sendiri uang kuliahnya dan ngga ada alasan tidak lulus!....Hehehe....

Galak kah akuh?....Ngga lah, itu salah satu bentuk pendidikan agar mandiri dan bertanggungjawab dengan keputusan yang diambilnya.  Betuk ngga Smart Ladies?

Aku berharap, tidak ada lagi ibu atau orangtua yang memaksakan kehendaknya kepada anak-anak. Apalagi dalan hal pendidikan. Anak berhak menentukan jalan hidupnya sendiri dan orangtua wajib membimbingnya.  Aku doakan, semoga semua ibu dimuka dunia ini dapat mengantarkan anak-anaknya ke gerbang kesuksesan, dengan akhlak & iman yang baik.