Perjalanan pulang kampung kali ini benar-benar istimewa
dan diluar rencana. Tiga minggu sebelum hari Raya Idhul Adha, di telepon adik yang
tinggal di Surabaya.
“Mba, sampean sama Mas harus
pulang lebaran ini. Aku kirim tiketnya besok, berangkat tanggal 9 September dan
pulangnya mau tanggal berapa?. Biar aku cari sekalian tiketnya” Ucap adik yang nyerocos diujung telepon.
Aku cukup lama ga menjawab,
karena masih kaget dengan rentetan ocehan adik yang mendadak dan tidak
memberikan aku kesempatan ngomong, apalagi untuk berpikir.
“Mba…..Mbaaaa,” suara itu seakan membuyarkan pikiranku dan
ketawaku pecah….hahahhaha…
Itulah penggalan permbicaraan aku
dengan adik melalui telepon dadakan. Pendek cerita, aku dan suami setuju
pulkam untuk merayakan Idhul Adha di kampung. Anak-anak ku tidak ada yang bisa ikut karena
libur hanya sehari dan tidak bisa cuti. Aku
dan suami bertanya-tanya, ada apa ya sampai kami harus pulang mendadak begini.
Pada hari H, kami berangkat dengan pesawat sore, biar bisa
dijemput adik selepas pulang kantor. Jam setengah lima pesawat menjejakan roda pendaratannya di runway Bandara Juanda Surabaya, kami bergegas keluar bandara karena ga perlu nunggu bagasi. Cukup satu travel bag yang ditenteng suami dan adik sudah melambaikan tangan diruar gedung bandara. Habis magrib kami tiba di rumah adik
dan bermalam disitu. Jam tujuh pagi, kami di drop adik ke Bangkalan Madura dan lanjut naik bus patas
menuju Pamekasan.
Sudah 5 tahun memang kami tidak pulang untuk bertemu adik-adik, karena memang orangtua sudah tidak ada. Masa yang tua terus yang nyambangi adik-adik, kalau dikeluarga aku ya yang lebih mudalah yang mengunjungi kakaknya....hehehehhehe. Yup.... di pulau garam ini adik-adik iparku tinggal, tapi lebih banyak di pamekasan. Di sumenep satu orang, begitu juga di bangkalan. Pulkam kali ini ga sampe mampir di sumenep, karena adik yang tinggal disana telah datang di pamekasan juga.
Perjalanan pagi ini sangat nyaman, cuaca juga begitu cerah. Aku mengagumi lukisan Yang Kuasa di daerah ini, tapi sayang sepanjang perjalanan dari Bangkalan dan Sampang, sudah tidak aku temuin lagi timbunan garam di pinggir jalan dekat bibir pantai. Dulu tahun delapan puluhan, sepanjang jalan yang aku lalui, terlihat tumpukan garam. Entah pindah kemana garam-garam tersebut sekarang.
Perjalanan pagi ini sangat nyaman, cuaca juga begitu cerah. Aku mengagumi lukisan Yang Kuasa di daerah ini, tapi sayang sepanjang perjalanan dari Bangkalan dan Sampang, sudah tidak aku temuin lagi timbunan garam di pinggir jalan dekat bibir pantai. Dulu tahun delapan puluhan, sepanjang jalan yang aku lalui, terlihat tumpukan garam. Entah pindah kemana garam-garam tersebut sekarang.
Tiga jam perjalanan kita tempuh
untuk sampai dirumah, kebetulan rumah adik dekat dengan terminal bus. Kami ngobrol sampai larut diberanda samping bersama adik dan keluarga yang lain, sambil ditemani kacang rebus. 5 tahun tidak pulkam sudah banyak perubahan disini. Jalan di depan rumah sudah diperluas dan bus dari terminal 24 jam lalu lalang meninggalkan debu yang berterbangan. Stadion olahraga untuk latihan Persatuan Sepak bola Pamekasan pun telah 90% rampung. Sawah dan lahan perkebunan tembakau sudah banyak yang berubah menjadi rumah mewah. Pembangunan memang mengorbankan kepentingan yang lain.
Pagi ini setelah Adik ziarah ke makam bapak dan ibu mertua, aku menuju Bangkalan dan bermalam di di rumah adik yang lain. Kembali ke surabaya mencoba melalui penyebarangan Kamal- Tanjunng Perak yang sekarang sepi peminat. Langsung cuuuuus ke Magetan, ke rumah adik yang ditugaskan disana. Aku dan suami sudah benar-benar seperti orangtua yang tinggal jalan, karena semua telah diurus adik-adik….hehehhhe….Maklum suami saat ini memang dianggap yang tertua, setelah 3 orang kakaknya mendahuluinya menghadap Ilahi.
Pagi ini setelah Adik ziarah ke makam bapak dan ibu mertua, aku menuju Bangkalan dan bermalam di di rumah adik yang lain. Kembali ke surabaya mencoba melalui penyebarangan Kamal- Tanjunng Perak yang sekarang sepi peminat. Langsung cuuuuus ke Magetan, ke rumah adik yang ditugaskan disana. Aku dan suami sudah benar-benar seperti orangtua yang tinggal jalan, karena semua telah diurus adik-adik….hehehhhe….Maklum suami saat ini memang dianggap yang tertua, setelah 3 orang kakaknya mendahuluinya menghadap Ilahi.
Kehebohan terjadi saat bertemu adik yang telah lama tidak pernah bertemu, malam takbiran di Magetan. Banyak jalan-jalan utama ditutup, karena dipadati warga yang bertakbir keliling. Akhirnya jalan-jalan malam di magetan harus berputar-putar karena hampir sebagian jalan ditutup. Pertam kali akau berlebaran qurban di
Magetan dan disini tidak seramai lebaran qurban di Pamekasan. Namun ada sedikit
kesamaan, setelah melaksanakan shalat Idhul Qurban semua jamaah bersalaman dan
setelah itu makan bersama diteras masjid. Sementara di Pamekasan, selesai
shalat kita akan makan bersama disatu rumah yang terdekat dengan masjid dengan
hidangan kuliner khas Madura, sambil bercengkrama. Selesai baru saling
berkunjung ke sanak family. Pokoknya lebih meriah dari lebaran Idhul Fitri.
Setelah kembali dari masjid, kami
jalan menuju Surabaya sambil mencicipi kuliner. Ada satu kuliner yang berkesan
yang sempat aku cicipi, yaitu Rawon Rosobo yang disajikan bersama nasi, tanpa
cambah dan telur asin. Dagingnya pun buka potongan kecil-kecil, tapi sebesar
empal, tiga potong pula per piring. Rasanya
memang maknyus bingiiiit. Aku dibawa ke Japanan mengunjungi kakak sepupu
yang memang sangat jarang bertemu dan ternyata mereka telah dikabari adik-adik
dan kami maksi bersama dengan menu ala suroboyoan……muantab.
Perjalanan lanjut mengunjungi
Paklik-paklik yang merupakan adik ibu mertua di kota surabaya. Benar-benar perjalanan yang luar
biasa menyenangkan, bersilaturahmi dengan keluarga yang sudah sekian tahun
tidak bertemu, tentu saja keceriaan memenuhi hati ku dan suami yang ga dapat
digambarkan. Puas bercengkrama melepas rasa rindu yang terlalu lama terpendam,
kami pamit pulang. Karena hari sudah
malam dan waktunya makmal, kita hunting sate kelopo…..asyiiiik & lekeeeer. Seharian bersilaturahmi dengan keluarga dan melepas rindu, tentu hanya keceriaan yang terpancar dari
wajah kami. Perut telah terisi penuh, yuuuk...mari kealam mimpi.
Di hari terakhir ini, kita kembali berkumpul dan ceria bercengkrama
sebelum aku dan suami kembali ke Jakarta. Alhamdulillah Hari Raya Qurban tahun ini yang jatuh
pada bulan September, benar-benar menjadi September Ceria bagi aku dan suami.
Kami dapat bersilaturahmi, ngobrol ngalor ngidul, makan bersama sambil melepas
rindu yang tertahan selama 5 tahun.
#Sekolah_Perempuan#
#Sekolah_Perempuan#