Rabu, 21 Agustus 2019

JANGAN SAMPAI DILABELIN CEREWET, RESE DAN GA ASYIK



Memang tidak dapat dipungkiri banyak orang khawatir, bahkan takut  menghadapi   hari tua nanti dengan berbagai alasan. Apakah kita akan tetap bersama dengan pasangan, masih sehat dan biaya hidup masih terpenuhi?  

Semua pertanyaan  tersebut  terjadi pada semua orang,   karena usia tua biasanya dihubungkan dengan hal-hal yang tidak menyenangkan seperti  menurunnya  fungsi tubuh,    fisik mulai melemah, timbulnya penyakit kronis dan pada sebagian orang  tidak lagi memiliki  penghasilan dan bergantung kepada anak.

Pastinya setiap orang ingin hidup tenang dan nyaman menikmati  masa tua nanti. Bagaimana caranya?  

1.     Rencanakan  sejak awal dengan baik  masa tua seperti apa yang Anda inginkan. Setiap orangtua  memang memerlukan biaya untuk anak-anaknya tapi jangan lupa, Anda juga butuh menabung untuk masa tua agar tidak bergantung kepada anak-anak. Apalagi bagi Anda yang tidak mendapatkan uang pensiun setiap bulannya.

2.     Usahakan pola hidup sehat dan biasakan rutin berolahraga, walau hanya seminggu sekali sampai usia senja menjelang. Hal tersebut  diperlukan, agar dimasa  tua Anda tetap sehat. Memang tidak ada orangtua yang sehat seratus persen, tapi paling tidak Anda tetap masih bisa beraktivitas normal tanpa bantuan orang lain.

3.  Jangan lupa ikut asuransi kesehatan seperti BPJS atau sejenisnya, karena kita tidak pernah mengetahui yang akan terjadi didepan. Paling tidak Anda telah prepare dalam menghadapi kesehatan di masa tua nanti.
 
4.    Kita tidak pernah mengetahui kapan saatnya dipanggil Sang Pemilik Hidup. Kita lebih dahulu atau pasangan yang akan pergi duluan,  untuk itu biasa hidup mandiri agar  dapat melakukan aktivitas sendiri. Terutama  dapat menolong diri sendiri dalam kegiatan sehari-hari.

5.    Didik anak-anak untuk menghormati orangtua dan tanamkan iman dengan baik sejak dini, agar dimasa depan mengerti bagaimana mengurus orangtua. Bukan malah diserahkan mengurus anak-anak mereka.

Tetap sehat diusia lansia
Jangan  Menjadi Orangtua Rese
Menurut pepatah, Apa yang  kita tanam, itu  akan dituai. Pendek kata setiap akibat, pasti ada sebabnya. Betul ga gaees?....... Disadari atau tidak suatu saat kita akan menerima akibat apa yang telah kita perbuat. Begitu pula jika kita menanam angin, maka akan menuai badai. Menanam kebaikan, tentu akan berbuah kebaikan. Entah siapa yang akan menerima kebaikan tersebut, kita sendiri atau anak-anak.

Tidak sedikit orangtua yang menyesali  tingkah laku anaknya yang tidak baik, setelah  anak besar  dan dewasa.  Padahal  sudah merasa mendidiknya dengan baik, tapi acapkali para orangtua lupa memberikan contoh kepada anak-anak.  Semua mengetahui bahwa anak-anak adalah peniru nomor  wahid dan  akan  merekam  apa yang diajarkan kepadanya, terutama  contoh kongkrit  yang dilihatnya. Untuk itu   gaes, jadilah   role model bagi anak sebelum terlambat.

Saya dapat  mengatakan tersebut diatas, karena  kenyataan yang terjadi  pada  anak-anak di rumah. Setelah anak laki-laki saya berumah tangga, dia berbagi tugas  rumah tangga dengan istrinya. “Aku yang nyuci baju, nyapu & ngepel, juga cuci piring,”  ucapnya

“Oh begitu, jawan  istrinya”  

“Iya lah,  seperti papa di rumah. Mencuci, bersih-bersih rumah dan cuci piring papa yang ngerjain”  Jawab anak lanangku.  Aku senyum-senyum mendengar obrolan mereka dan terselip  rasa  senang, yang dulu tanpa disengaja berbagi pekerjaan rumah tangga dengan suami, ternyata menjadi contoh melekat dibenak anak-anak. 
   
Karena kantor  saya lokasinya jauh,  maka pagi buta sudah harus  memasak. Hal ini membuat  saya  rutin belanja di pasar tradisional setiap  minggu, untuk menyiapkan persediaan selama seminggu. Saat belanja, anak-anak kami bawa. Jadi kita belanja bersama & kalau libur beberes rumah dan masak bersama. Naaah….si kakak, menyuruh istrinya ikut saya belanja untuk keperluan mereka. Jadi kita janjian bertemu di pasar, kebetulan rumahnya memang tidak jauh dari rumah saya. Ini kejutan kedua dan kejutan-kejutan berikutnya menunjukan wajahnya..hehehe.  Ternyata contoh itu ngefek bingit  dan terekam  dengan baik oleh anak-anak gaes.

Saya dalam mengurus rumah tangga menganut azas terbuka, semua hal yang  dilakukan disampaikan kepada anggota keluarga.  Diskusi terjadi di meja makan atau berdesakan di tempat tidur kamar. Saat   kelas 3 SD saya sudah memberitahu  kalau  si kakak sudah saya ikutkan pada asuransi pendidikan, lengkap dengan  guna dan fungsinya & saya perlihatkan polisnya.   Saya bukakan  rekening tabungan sejak TK dan lainnya. Jadi semua anak-anak mengetahui dan setelah SMA, baru saya beritahu masalah surat tanah/rumah dan dari mana asalnya sampai bisa membeli itu semua.

Percaya ga kalau anak-anak saya memberikan nomor telpon teman-teman akrabnya, dengan pesan: “Kalau aku ga bisa dihubungi, mama telpon salah satu nomor tersebut. Aku main bersama mereka.”  Saya ga pernah minta loh! & itu juga terjadi sampai anak-anak kuliah.  Saya kenal dan akrab dengan teman  anak-anak. Ingatan masa-masa itu timbul kembali, karena saat kini  seperti  video yang sedang diputar oleh anak-anak. Untuk pertama kalinya, si kaka  bilang “doain aku berhasil ya ma. Aku mau nembak cewek yang sudah lama ku incar.”  Emaknya ketawa, ternyata anak mama sudah besar. “Ok, good luck ka” Saat   si kakak baru masuk kuliah. Adeknya mencerita lengkap siapa cewek yang dimaksud.

Jadi gaes apa yang kita ajarkan kepada anak-anak, akan lebih baik jika diikuti dengan keteladanan yang dilakukan orangtua.  Awali membuka komunikasi dengan  membiasakan mendengarkan cerita kegiatan anak-anak hari itu. Kebiasaan tersebut  akan menjadi kebiasaan, asal dilakukan secara rutin tapi  jangan lupa kita pun ikut menceritakan kegiatan kita loh.  Ajarkan sesuai tahapan usianya dan temukan kejutan diwaktu lain, sebagai buah yang telah kita ajarkan.
Kok serem benar sih sub  judulnya, RESE?..hehehe

Kata  “Rese”  dalam kamus Bahasa Gaul Kekinian dan Pasaran artinya “Menyebalkan 
Coba siapa sih  yang mau dibilang nyebelin?   Pasti ga ada yang mau kan gaees!....
Lalu bagaimana agar kita tidak dilabelin   kata rese, apalagi oleh anak-anak sendiri. Berasa jlebnya kan
.
Diatas  telah  saya tulis   5 cara menghadapi masa tua, salah satunya agar kita bisa mandiri & tetap beraktivitas di usia senja, tanpa merepotkan anak. Syukur-syukur dijauhi dari label  rese. Namun adakalanya anak yang melihat orangtuanya masih sehat dan dapat beraktivitas, menyerahkan tanggung jawab lain, yaitu diminta mengasuh cucu. Betul ga gaes?
Banyak kejadian tersebut  terjadi disekitar kita. Kalau ingat hal itu, jadi teringat ibu. Dulu ibu saya mempunyai aturan sendiri. Setiap anak yang telah menikah, wajib tinggal terpisah setelah satu minggu menikah. Agar dapat merasakan menjadi seorang istri yang mengurus rumah tangga dan suami & itu   tidak bisa  ditawar. Walau ibu akan mengontrakan rumah bagi anak yang belum punya rumah dan hal itu yang memotivasiku untuk bisa membeli rumah, agar tidak terkatung-katung dari kontrakan satu  ke kontrakan lainnya setelah menikah nanti…hehehe……

Yuuk…..Gaes kita jadi  oma-oma yang sehat dan mandiri,  tidak merepotkan anak-anak. Bagi yang belum jadi oma, mulai sekarang persiapkan diri untuk masa depan. Untuk yang sudah jadi  oma, mulai  detik ini ayo mandiri.  Karena saya prihatin melihat  disekitar lingkungan, ternyata cukup banyak anak-anak yang  kurang  peduli dengan orangtuanya saat dibutuhkan.  Walau memang tidak selalu anak yang salah dalam kondisi ini. Ada hal-hal yang harus diketahui orangtua, kenapa anak tidak peduli.  Hal tersebut, mungkin berasal  dari  diri kita sendiri sebagai orangtua.  Mungkin kita dilabelin  dari salah satu kata dibawah ini, oleh anak-anak:

1.   Cerewet.  Percaya ngga sih kata ini yang pertama keluar dari mulut anak-anak, terutama untuk ibunya. Apa-apa dikomentarin, begini salah. Begitu apalagi dan rasanya malas dengerin dia ngomel.

2.  Rese.  Kata pergaulan yang sudah umum dipergunakan masyarakat kita, menjadi salah satu penyebab anak-anak malas berdekatan dengan  ibunya dalam satu kesempatan. Kebanyakan anak mengatakan ibunya rese, karena masih sering ikut campur urusan rumah tangga anaknya. Minta dilayani secara berlebihan,  semua tinggal teriak dan ngomel kalau tidak diikuti kemauannya. Sehingga anak  tidak merasa  nyaman berdekatan dengan ibunya sendiri dan memilih menghindar agar tidak terjadi gesekan.

3.     Bagi anak-anak remaja setingkat SMP dan SMA, biasa mengatakan “Mama ku ga asyik tau.”  Hal ini saya pernah mewawancarai  20 orang anak dan mengatakan hal tersebut pada ibunya.  Arti ga asyik menurut mereka: cerewet dan rada rese, kalau menyuruh ngomongnya diulang-ulang. Padahal sekali  ngomong kita juga sudah  mengerti dan maunya cepet-cepet dikerjain. Kalau kita cerita ga didengarkan, dikacangin dan yang bikin sebel lagi, ga percaya kalau kita pulang telat itu pasti dibilang main.

Gaeees……ibu atau  ibu mertua mana  yang  mau dikatagorikan   “cerewet, rese dan ga asyik.” Pasti ga ada yang mau lah, tapi  mari kita  instrospeksi diri atau bercermin. Apakah kita termasuk dalam salah satu katagori tersebut?  Jujur ya bu, tapi sebenarnya ga sulit kok untuk mengetahuinya. Kita bisa bertanya kepada diri sendiri. Apakah anak-anak pernah mengatakan anda cerewet, atau menurut Anda bagaimana? Karena tidak semua anak akan mengatakan langsung.

Jika seorang anak sudah mengatakan ibunya menyebalkan alias rese, rasanya si ibu perlu mawas diri lebih dalam.  Coba perhatikan gelagat si anak, karena tidak semua anak mau bicara terus terang. Namun lebih sering menghindar dengan berbagai alasan. Tapi aku pernah melihat seorang anak yang menolak pergi bersama ibunya, dengan alasan “Mama nanti rese lagi disana, nanti aku malu sama teman-teman”

Belum pernah di undo tuh anak kali ya, dia pikir keluar dari  perut sapi apa! hahaha………
Gemas aja  dengarnya ngomong seperti itu sama ibunya. 

Anak lanang nemenin emaknya kumpul teman2
Alhamdulilah anakku  “ANAK SIAGA” siap antar  jaga Emaknya, kaya iklan KB aja…..wkwkwk
Saat  suami  dinas diluar kota dan pulang tiga bulan sekali, sementara  si bungsu masih kuliah diluar kota juga. Aku hanya tinggal berdua dengan anak lanang,  kemana aja Emaknya  pergi.  Dia siap mengantar, bahkan rutinas belanja ke pasar tradisional  setiap  hari minggu ya diantarin. Bukan hanya nganterin, tapi menunggu sampai aku selesai belanja.  Juga di saat ada acara dengan teman-temanku, ya ikut menyatu. Begitu juga saat  di kantor ada event, ya anak lanang ini  yang bantu saat libur kuliah. 

Gaes sudah mengetahuikan, hadish yang mengatakan bahwa anak laki-laki itu milik ibunya. Bunyi hadish tersebut: “Siapakah yang berhak terhadap seorang wanita? Rasulullah menjawab: “Suaminya” (apabila sudah menikah). Kemudian Aisyah Radhiyallahu ‘anha bertanya lagi: “Siapakah yang berhak terhadap seorang laki-laki? Rasulullah menjawab: “Ibunya,” (HR. Muslim).
 Jelas tertulis dalam   Al-Quran, bahwa  orangtua  menjadi tanggungjawab  anak-anaknya di usia lanjutnya :

“Dan Tuhanmu telah memerintahkanmu supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan “ah” kepada keduanya. dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka dengan perkataan yang mulia,” (QS. Al-Isra’: 23).



Mari  gaees, kita  coba menjadi  ibu yang bijak dan membuat anak atau menantu nyaman dengan kita. Tepis label “cerewet, rese dan ga asyik” dari kamus diri  kita, agar  dapat menjadi  teman yang baik dan bijak  bagi anak-anak.
 

#selfreminder
#loveumychildren