Senin, 30 Mei 2016

MEMBENTUK AKHLAK ANAK




Sebagai ibu rumah tangga yang bekerja diluar rumah, memang tidak mudah untuk  dapat berperan penuh sebagai ibu rumah tangga dalam mengurus rumah tangga dan anak-anak. Kita  dituntut  harus benar-benar  cermat dalam membagi  waktu kalau ga mau keteteran. Kunci utamanya adalah disiplin, harus cekatan dan ga ada kamus menunda pekerjaan, apalagi bilang  lelah.  Itu inti utama saya ketika suami mengatakan boleh tetap bekerja setelah menikah.



Urusan anak menjadi merupakan  prioritas paling utama buat saya.  Memang ada pengasuh yang membantu menjaga anak-anak saat saya di kantor, tapi saya tidak mau anak-anak bergantung penuh ke pengasuhnya. Semua makanan dan keperluan anak-anak saya dan suami yang menysiapkan sebelum kami berangkat ke kantor. Sepulang kantor saya langsung mengambil alih anak-anak dari pengasuhnya. Untuk mencari pengasuhpun ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Minimal harus lulus sekolah dasar, bisa mengasuh anak dan sabar.
Semua itu saya lakukan agar pengasuhnya tidak sembarangan dalam memberikan jawaban atas pertanyaannya, jika saya tidak di rumah. Saya hanya ingin  anak-anak mendapat pendidikan pertamanya dari orangtuanya sendiri. Ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya saya pegang betul aturan itu.
Kita ketahui bersama  anak-anak terlahir  bagai flashdish kosong yang siap diisi dengan segala adab yang dibutuhkan untuk  bekalnya dalam mengarungi hidup di dunia dan selamat di akhirat. Untuk itu saya menetapkan kalau anak-anak mulai masuk PAUD sampai SMP, wajib di sekolah yang mengajarkan pendidikan agamanya lebih banyak dan lingkungan yang mempunyai hubungan komunikasi yang baik antara guru, anak dan orang tua.  Hal ini   mempunyai tujuan agar akhlak anak terbentuk dengan baik sesuai adab yang berlaku sejak dini. Singkat kata mempersiapkan anak untuk berakhlak baik dalam berhubungan dengan  Sang Pencipta (Habluminallah) dan sesama manusia (hablumminannas),harus dipupuk sejak dini. Namun hai itu bukan perkara mudah tentunya,  tapi saya mempunyai keyakinan apabila sejak kecil kita latih lama-lama akan  terbiasa. Untuk itu dalam memberikan pengajaran, saya  bukan hanya menggunakan    teori melalui   omongan tapi lengkap dengan contoh yang  saya dan suami lakukan. Biasanya anak-anak akan lebih mudah dan cepat mengerti bila kita memberikan contoh dari pada hanya melaluui omongan saja.  Saya ingin anak-anak sedini mungkin mengenal pendidikan akhlak dari lingkungan rumah, karena  setiap manusia lahir sudah dibekali naluri  dan hastrat  oleh Allah. Kedua hal ini yang mendorong lahirnya tingkah laku dan tingah laku ini yang mesti saya arahkan.
 Disamping itu, anak-anak tentunya mewariskan sifat-sifat tertentu dari kedua orangtuanya, juga adat dan kebiasaan yang berulang ulang yang terjadi dilingkungan, tentunya akan ikut berperan dalam pembentukan akhlak anak. Jika lingkungan tempat tinggal kita   bersikap baik maka anak pun akan cenderung bersikap baik. Sebaliknya jika lingkungannya buruk maka anak akan cenderung bersikap buruk. 
 Beruntungnya  saat anak-anak kecil, tehnologi belum secanggih sekarang.  Jadi saya lumayan mudah dalam menerapkan pendidikan akhlak pada anak-anak. Dengan kebiasaan yang baik dalam  lingkungan keluarga yang baik dan  pendidikan agama yang dimulai sejak dini, saya berharap akhlak anak-anak  yang ditanami  dengan nilai-nilai agama dan norma norma yang berlaku, dapat terbentuk dengan baik.  Alhamdulillah  seirig berjalannya waktu, anak-anak masih dalam koridor yang sesuai dengan norma dan akhlak yang terbentuk sangat menggembirakan kami orangtuanya. Namun tidak ada yang sempurna di dunia ini selain Allah, namanya anak-anak selalu ada kenakalan yang dibuat dalam bergaul, tapi Alhamdulillah  masih tergolong   normal dan masih bisa diperbaiki.     Anak-anak kini sudah menginjak dewasa, sudah mengerti mana yang patut dilakukan dan tidak.  Apalagi di  era digital seperti sekarang ini, tentu tugas orangtua bukan semakin mudah dalam mendidik  anak-anak, agar berakhlak baik
 

 #sekolah_perempuan#

 

Senin, 16 Mei 2016

RUMAH DINAS BUKAN WARISAN




                            Semoga hal ini tidak terjadi lagi, ingatlah bahwa rumah dinas bukan warisan


Saya besar di lingkungan komplek ABRI, anak kolong kata gaulnya. Pokoknya dari dibrojolin sampai dewasa ya tinggal di rumah dinas & keluar setelah menikah. Maklum bapak seorang anggota TNI yang mendapat fasilitas rumah tinggal untuk kami sekeluarga. Awalnya kami tinggal di komplek ABRI di daerah Jakarta Pusat  yang lokasi tidak jauh dari kantor bapak. Rumah peninggalan belanda dengan 2 kamar tidur yang sangat besar, karena kami keluarga besar setiap  kamar diskat menjadi 2, jadilah kami memiliki 4 kamar yang diisi dengan tempat tidur tingkat agar semua anak mendapat tempat. Dibagian depan rumah bapak menambah 1 kamar lagi untuk anak yang sudah besar. Selain rumah fasilitas lain yang di dapat bagi anak-anak komplek yaitu pemutaran film sebulan sekali, itu kira2 tahun tujuh puluhan. Memang hiburan belum ada. Selama tinggal dikomplek setahu saya bebas dari membayar listrik & PBB, bahkan sarana olahraga tersedia bagi anak anak. Ada lapangan bola, volley & badminton.
Dulu anak anak komplek sering terlibat perkelahian antar komplek ABRI, makanya terkanla kalau anak-anak kolong itu nakal-nakal katanya hehehhehe……..sebenarnya bukan nakal tapi mau menunjukan jati diri siapa yang paling kuat diantara komplek ABRI yang ada. Gitu kali ya…..

Ketika saya duduk di akhir SMA, kami dipindahkan ke komplek ABRI yang dulu itu kita sebutnya tempat jin buang anak, karena sangat jauuuuh. Belum ada listrik, angkutan umum juga susah. Jadi kami berangkat sekolah ikut numpang di mobil jemputan orangtua kami, sampai bisa menyambung dengan angkutan umum. Bayangkan dari pusat kota dipindah ke pedalaman…hehehhe…bapak mendapat rumah di hoek dengan kelebihan tanah yang lumayan, karena semua ukuran rumah sama hanya 2 kamar & yang membedakan kami mendapat kelebihan tanah. Bapak segera menambah kamar untuk anak-anaknya yang julahnya ruar biasa…..wkwkwkkwk…..Disini kami mulai membayar listrik yang kita gunakan setelah  jaringan listrik masuk tapi tetap tidak membayar PBB rumah.
Saya sangat beruntung  bapak mendapatkan fasilitas rumah, bayangkan kalau ga dapat. Mau tinggal dimana? Sementara penghasilan bapak untuk bayar uang sekolah anak-anaknya aja ga cukup, alhamdulilah dibantu ibu dengan keahliannya memasak. Jadi ga bermimpi bisa membeli rumah dari penghasilan bapak. Hebatnya bapak ga pernah bilang kalau rumah yang kita tempati adalah milik kita, ini milik Negara. Jadi pastinya akan diambil oleh negara kalau bapak & ibu sudah ga ada.  Setelah bapak pension, alhamdulilah salah satu anaknya diterima bekerja di tempat bapak walauu buukan sebagai anggota TNI. Akhirnya rumah kami bisa dibalik nama dengan nama anak bapak yang bekerja disitu, tapi tetap statusnya ya rumah dinas. Jadi jangalah rumah dinas direnovasi, perbaiki aja yang perlu. Gitu kata bapak. Menurut  bapak juga, rumah ini merupakan  penghargaan Negara kepada  bapak yang telah  mengabdi sejak jaman perang, jadi rawat dengan baik & kita ga tau kapan akan diminta kembali.
Itu yang terekam dibenak saya sampai saat ini, makanya bapak & ibu selalu bilang: setelah menikah kalian harus pindah. Terserah mau ngontrak atau sudah beli rumah, supaya kalian bisa mandiri dan tentunya punya rumah sendiri. Jadi ga seperti bapak yang tidak punya rumah seumur hidup…hehehe..
Sekarang marak komplek ABRI rumahnya dikosongkan secara paksa, karena orangtuanya (bapak/ibunya) telah tiada dan rumah dinas tersebut ditempati anak-anaknya.  Bahkan cara pengosongan pun kadang terlihat ga manusia. Namun menurut pendapat saya, ga mungkin kalau para keluarga tersebut itdak mendapat surat pengosongan sebelumnya. Kadang mereka merasa itu hak mereka atas pengabdian orangtuanya. Sedihnya lagi para petugas yang datang dengan peralatan lengkap, seperti hendak menghadapi para demontran atau hendak perang…hehehhehe….namun menurut saya, mungkin hal tersebut dilakukan hanya untuk berjaga-jaga seandainya terjadai hal hal yang tidak diinginkan seperti ditempat lainnya.
Kalau dari kacamata saya sebenarnya kedua pihak  sama sama salah. Pihak anggota yang mendapatkan fasilitas mungkin tidak terinfo kalau rumah dinas tersebut, harus dikembalikan atau akan diambil setelah anggota TNI yang menggunakan sudah tidak ada beserta istrinya. Sementara dari pihak pengelola rumah dians ABRI juga tidak benar dalam mengadministrasikan semua fasilitas perumahan anggotanya, serta tidak pernah di cek. Mana yang sudah harus diambilkembali dan mana yang masih dapat digunakan. Hal ini yang memicu konflik antara petugas & anak-anak anggota yang tetap menempati rumah dinas tesebut. Semoga Markas Besar ABRI sudah berbenah diri dalam pengurusan asset ABRI untuk anggotanya.
Masih menurut saya nih….secara logika namanya juga rumah dinas, yaaa…kalau orangtua sudah pada ga ada kan ga bisa jadi  hak anak-anaknya kan. Harusnya Markas ABRI yang menangani masalah perumahan, punya daftar tuh, siapa aja anggotanya yang sudah meninggal, begitu juga dengan istrinya. Jadi bisa langsung menginfo keluarganya untuk mengembalikan rumah tersebut. Dengan cara ini, diharapkan drama pengosongan yang seperti penggusuran ga terjadi. Namanyan rumah dinas yang memang ga bisa diwariskan! “Jadi harus diingat bahwa rumah dinas bukan warisan dari orangtua.” Jadi janganlah sampai bilang, “ini toh balasan Negara kepada orangtua saya?”  Menurut saya lagi nih, sudah cukup Negara memberikan fasilitas tempat tinggal dari saya, kakak2 saya dari lahir sampai menikah. Bahkan sampai kita punya anak, bayangkan sudah berapa tahun orangtua kita menikmati fasilitas rumah tersebut. Betul ga?......Maaf ya para penghuni komplek yang mengalami hal ga mengenakkan tersebut, tapi sekali lagi mari kita renungkan dengan tenang. Insya Allah tidak terjadi lagi, apalagi di komplek tempat terakhir orangtua saya tinggal.
Saya juga menyayangkan ada keluarga yang menggunakan rumah dinas dijadikan tempat kos-kosan atau dikontrakkan. Ada juga anggota TNI yang  bisa memiliki rumah dinas lebih dari satu dengan menggunakan nama orang lain. Kalau seperti ini kan pihak Markas besar yang salah toh?. Hehehehe…

Pasti ada yang komentar, terang aja kamu ga ngalami diusir dari rumah!!!........

Iya emang ga ngerasain karena orangtua saya dulu udah memberitahu, bahwa ini rumah dinas…rumah dinas. “Jadi sana kamu pada beli rumah sendiri kalau udah mampu”….gitu disuruh bapak dulu.
Kalau dikantor saya dulu, ada beberapa perumahan pegawai tapi semua rumah tersebut dibayar oleh pegawai atau dibeli dengan cara cicil melalui KPR atau tunai sesuai harga yang berlaku. Tentunya  ada   kemudahan dari perusahaan. Jadi yuuuk…saudara-saudaraku yang tinggal di komplek ABRI seperti saya dulu, mulailah mengubah mindset, bahwa  “Rumah Dinas  Bukan Warisan Orangtua” kecuali telah ada transaksi jual beli secara sah.




Minggu, 15 Mei 2016

ITINERARY 5 HARI 4 MALAM DI TUREN, MALANG




Rencana dua tahun yang lalu, akhirnya terwujud setelah beberapa kali tertunda. Bukan hanya yang muda-muda aja yang perlu liburan,  Emak-emak juga butuh refresing untuk   melupakan tugas rutin sementara. Tujuan tour kali ini adalah Kota Malang. Lima belas emak, apa  oma ya ? Maklum yang termuda 50 tahun dan yang paling senior 73 tahun, malah ada yang bawa cucu. Dengan dress code warna merah  semua semangat mengikuti tour ini. Waktu Kita memang longgar, jadi dipilih naik naik  kereta api. Cari yang murmer, apalagi kereta api sekarang sudah enak, bersih dan adem karena ber AC.
Kita memilih kota  Malang  karena  ingin menyambangi pantai-pantai yang keren di Malang Selatan dan belum banyak terekspos. Juga penasaran dengan Masjid Tiban yang konon katanya dibangun oleh sepasukan  mahluk goib. Kita juga akan ke daerah Batu untuk melihat Cuban Rondo, Omah Kayu dan Musium Angkut yang saat ini sedang menjadi pembicaraan. Ibarat kata, belum ke Malang kalau belum menyambangi Musium Angkut.
Itinerary 4 hari 3 malam di Turen Malang. Berangkat kamis sore, tiba jumat pagi
Hari Kamis (siang)
14.00-15.15       : Kumpul di Stasiun Senen dan berangkat ke Malang
Hari  Jumat
07.50-                : Tiba di Malang
08.30-09.00      : Menuju Rumah di Kecamatan Turen, dijemput dengan mobil     sewaan
09.00-10.00      : Sarapan, beres beres.
10.00-17.00     : Menuju Masjid Tiban dan membeli marning manis di pabrik  pembuatannya.
17.00-17.30     :  Tiba di rumah, persiapan makan makan malam & minum kingsley ( minuman sejenis sekuteng).
21.00- 04.00      :  Istirahat.


Masjid yang seperti tersembul di tengah-tengah perkampungan ini terletak tidak   jauh dari rumah kita, yaitu  di Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang. Masjid ini berada dalam komplek Pondok Pesantren Salafiyah Bihaaru Bahri’Asali Fadlaailir Rahmah. Dinamakan ‘Tiban’ karena konon masjid ini “tiba-tiba” ada, sementara  kata penduduk tidak pernah melihat pekerja  bangunannya. Tapi itu hanya isu aja, sebenarnya yang membangun adalah para santri yang berjumlah 250 orang dan jamaah. Memang pembangunannya tidak menggunakan alat-alat berat, masjid ini berlantai 10 yang berdiri megah dengan warna biru. Lantai 1- 4 tempat kegiatan para santri, 5-6 sebagai ruang keluarga, 7 -8 berdiri toko-toko souvenir yang dikelola para santri & lantai lainnya masih dalam tahap pembangunan. Kalau memperhatikan ornament masjid yang didominasi warna biru seperti terbuat dari keramik, tapi jika dilihat lebih dekat hanya terbuat dari semen yang diukir dan di cat dengan sangat bagus.  Masuk gratis.
Pulang dari masjid  menuju agen penjualan marning, terutama marning yang manis pedas dan telah dikemas dalam bungkus kecil-kecil yang memang hanya ada di daerah Turen. Baru datang tadi pagi tapi udah pada borong leh oleh…..


                                                               Masjid Tiban (dok. Pribadi)

TIPS :
Untuk penginap di malang yang murmer, bersih dan di tengah kota terdapat di Jalan Bunga Kopi 10 atau 12 dengan tariff  Rp. 100.000/ 2orang atau Rp. 120.000/3 orang, kamar mandi dalam. Disekitar penginapan banyak terdapat  tempat makan yang murmer & enak. No Tlp 081333167977.  Atau hotel dengan harga berkisar Rp. 350.000-Rp. 500.000.
Kami menginap di rumah seorang peserta di Kecamatan Turen. Untuk transportasi kami menyewa mobil Elf dengan kapasitas 15 orang, dengan harga sewa Rp. 600.000/ hari (inc. supir & bensin). Di jemput dari stasiun saat dating dan diantar sampai stasiun saat akan kembali ke Jakarta.
Untuk Anda yang berangkat sendiri dari malang dapat naik angkot ke Gadang dengan ongkos Rp. 4000/ orang dan lanjut dengan naik dengan menaiki COLT L300 (mini bus) dengan tariff Rp. 7.000, turun di pangkalan ojek (*bilang aja ke kondekturnya ke masjid tiban). Lalu naik ojek ke Masjid Tiban dengan tariff Rp.  1.0.000. 
Hari Sabtu
08.00-09.00          : Berangkat  menuju Pantai Gua Cino
09.00-13.30          : Menikmati indahnya Pantai Gua Cino  
13.30-14.00          : Pantai Bajul Mati
14.00-17.00          : Pantai Bengkung
17.00-18.00          : Tiba di rumah, makan malam & istirahat
Agenda hari ini mengunjungi tiga pantai di Kabupaten Malang Selatan. Setelah sarapan kami siap berangkat dengan aneka bekal untuk makan siang. Tujuan yang pertama adalah Pantai Goa Cino yang terletak di Desa Sitiarjo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan,
Pantai ini memang luar biasa indah, dan masih sangat alami. Warna air laut yang jernih dan bersih, dibalut oleh pasir putih yang lembut serta debur ombak  yang besar membuat basah baju kita yang asyik berfoto dipantai.  Sejauh mata memandang membuat kita makin takjub dengan ciptaan Yang Kuasa dan di tengah Pantai Gua Cino ini terdapat  tiga pulau yang ditumbuhi pepohonan dengan lebat.  Tiga pulau itu adalah Pulau Bantengan, Pulau Gua China, dan Pulau Nyonya.  
Di pantai ini terdapat sebuah gua yang menjadi daya tarik tersendiri. Keberadaan gua ini terletak di sisi kanan pantai  dan berada di bukit karang. Gua tersebut  cukup luas  dengan ketinggian kira-kira 2 meter. Bagi pengunjung yang penasaran ingin masuk ke gua, dipersilakan dan didalam gua terdapat lampu lampion warna merah yang menjadi satu-satunya penerangan di gua tersebut.  Pantai ini  masih terjaga kebersihannya, tapi sayang, di pantai ini pengunjung tidak diperbolehkan untuk berenang. Hal ini dikarenakan Pantai Gua Cino  memiliki beberapa tempat dengan kedalaman yang curam dan arus laut yang cukup besar. Pantai Gua Cino ini  juga menyediakan area camping untuk wisatawan berkemah.  Harga tiket masuk ke Goa Cino Rp. 4.000/orang
Pantai berikutnya yang dikunjungi adalah Pantai Bajul Mati yang tidak jauh lokasinya dari Pantai Goa Cino. Perjalanan dari Goa Cino ke Pantai Bajul Mati hanya memakan waktu 10 menit saja.  Arti dari Bajul Mati adalah “Buaya Mati”, hal ini dikarenakan  bukit-bukit disekitar pantai tersebut berbentuk memanjang/gugusan dan tampak terlihat seperti buaya mati (bajul mati). Tempat wisata ini terletak di desa Bajulmati, kelurahan Gajah Rejo, Kecamatan Gedangan. Pantai ini juga masih alami dan belum tercemar lingkungannya dan wisatawan yang datang  belum banyak. Namun sayang, keindahan  alam ini hanya bisa dilihat, karena  pantai ini termasuk dalam  dan  terkenal dengan angin dan ombaknya yang besar, sehingga pengunjung dilarang untuk berenang. Harga karcis masuk Rp. 4.000/orang.
 

Perjalanan terakhir hari ini adalah ke Pantai  Batu Bengkung yang jaraknya 2 km dari Pantai Bajul Mati. Disini pengunjung cukup ramai, karena tempatnya cukup enak dengan pantai yang aman untuk bermain air, bahkan tidak sedikit yang berenang. Birunya air laut Samudera Hindia yang begitu bening,  walau kadang deburan ombak menghampiri. Beningnya air laut membuat kita dapat   melihat dasarnya, seakan menghipnotis setiap pengunjung yang datang. 
Pantai Batu Bengkung ini dinamakan demikian, karena terdapat batu-batuan yang mengitari pantainya yang menyerupai wanita yang sedang dibekung. 'Bekung' adalah tradisi wanita Jawa yang menggunakan stagen usai melahirkan agar perut kembali ramping. Di pantai ini bertebaran aneka jenis kerang yang terdampar akibat hembasan ombak.  Tiket masuk ke pantai batu bekung ini Rp. 5.000/ orang. Tak terasa matahari mulai condong ke timur dan saatnya pulang.
                                                   Pantai Batu Bekung (dok. Pribadi)

TIPS
Perjaalanan ke 3 Pantai tersebut kalau dari Malang ditempuh kurang lebih 3 jam dari Turen cukup 1 jam saja. Fasilitas yang   terdapat di pantai Goa Cino ini,   warung makan, musholla, masjid, kamar mandi, dan tempat parkir. Warung makan tradisional di tempat ini menyediakan aneka makanan.
Jika menggunakan kendaraan umum, Anda bisa memulai perjalanan dari Terminal Arjosari menuju Terminal Gadang dengan angkutan kota jurusan AG/GA. Kemudian lanjutkan naik  angkot Bison menuju Sumbermanjing Wetan, dilanjut naik ojeg ke lokasi.  

Hari Minggu
08.00-10.30               : Berangkat menuju Batu Malang
10.30-12.00               : Tiba di Coban Rondo & makan siang
12.00-14.00               : Omah Kayu
14.00-17.00               : Musium Angkut
17.00-119.00             : Tiba di rumah & wisata kuliner di Pasar Turen

Coban Rondo merupakan air terjun yag terletak di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon,  dan berada dalam wilayah KPH Perum Perhutani Malang.  Air terjun ini sangat mudah dicapai karena jalanan sudah beraspal dan tidak jauh dari lokasi parkir kendaraan. Air terjun setinggi 84 meter ini berasal dari sumber mata air Cemoro Dudo dilereng Gunung Kawi,  dengan debit 150 liter per detik pada musim hujan dan 90 liter per detik di musim kemarau. Suhu udara disini cukup sejuk  22°C.. Air terjun Coban Rondo ini mulai dibuka untuk umum sejak tahun 1980. Karcis masuk sebesar Rp. 10.000/orang. Disini kita dapat mendekat ke air terjun bahkan bisa memegang airnya, namun dilarang mandi dibawah air terjun.
Coban Rondo ini  merupakan  legenda masyarakat sekitar, bahwa asal mula Air Terjun Coban Rondo ini berawal dari sebuah kisah asmara sepasang pengantin baru yang bernama Dewi Anjarwati yang berasal dari Gunung Kawi dan Raden Baron Kusuma dari Gunung Anjasmoro.


                                                     Air terjun Coban Rondo (dok. Pribadi)

Di sekitar lokasi ini juga terdapat beberapa wahana permainan yang dapat Anda pilih, diantaranya: Fun Tubing dengan biaya sebesar Rp 35.000/orang. Paint ball dengan paket 3 on 3 (6 orang) dengan 150 peluru biaya sebesar Rp 450.000,- dan paket 3 on 3 (6 person) dengan 300 peluru biaya sebesar Rp 750.000,-. Shooting Target dengan biaya Rp 10.000/10 peluru.  Selain itu Anda juga dapat mengunjungi wisata Satwa dan Kebun  dengan aneka koleksi satwa  wahana permainan. Seperti  : Labirin (Rp 7.500,-), Bersepeda Gunung (Rp 5.000), Berkuda (Rp 12.000,-), Kereta Kelinci (Rp 5.000,-).  Bagi wisatawan yang datang dengan rombongan bisa memilih paket pilihan wisata dari mulai petik apel, sahabat peternak, outbound kid/care, outbound pelajar sampai dengan outbound 3 hari. Tentunya harga setiap kegiatan tersebut bervariasi dari mulai Rp 25.000,- sampai Rp 1.000.000/ orang. 
Untuk mencapai lokasi pengunjung  kendaraan pribadi atau menggunakan angkutan umum atau ojek. Harga setiap kendaraan berbeda-beda, bagi yang menyewa kendaraan bermotor dapat menyewa kendaraan bermotor roda dua dengan biaya berkisar Rp 35.000-Rp 50.000. Sedangkan yang ingin menggunakan   angkutan umum  Bus dengan biaya sebesar Rp 5.000 – Rp 10.000 untuk sekali jalan sampai ke jalan utama menuju Air Terju Coban Rondo.
Perjalanan lanjut ke lokasi tempat wisata unik  yang  berada dekat tempat paralayang Gunung Banyak, Songgokerto, Kecamatan Batu, Malang. Aku suka disini, ibu-ibu ga ada yang berani ke lokasi omah kayu. Kesempatan aku bertualang bersama adikku, kita menuju omah kayu yang terdapat diatas pohon pinus dengan pemandangan kota malang & Batu. Sumpah…kereeeen bingiiit. 1 omah kayu hanya bisa dinaiki maksimal 6 orang saja. Menurut info omah kayu itu dapat disewa untuk bermalam.
Jalan berkelok, menajak dengan belokan patah terbayar sudah dengan keindahan pemandangan yang luar biasa.  Kita juga bisa menyaksikan paralayang yang bertebaran melayang-layang diudara.  Karcis masuk ke lokasi ini sebesar Rp. 5.000/ orang. Menuju lokasi ini dari malang dapat menggunakan angkutan umum dan bila Anda berada di daerah batu, dapat menggunakan ojeg.

                                                                       Omah Kayu

Mau menyaksikan koleksi berbagai alat transportasi mulai  yang tradisional,  darat, laut dan udara secara lengkap,  yaaa…di  Museum Angkut.   Museum Angkut  terletak  di Jalan Terusan Sultan Agung nomer 2, Batu, Malang.  Untuk menuju ke lokasi ini selain dengan motor dan mobil, Anda dapat naik  transportasi umum dari  Terminal Landung Sari, lalu naik bus Puspa jurusan Jombang  dan turun di Museum Angkut.  
Museum Angkut Batu buka tiap hari mulai pukul 12.00 – 20.00 dengan  tiket masuk sebesar Rp. 60.000/ orang untuk hari kerja dan Rp. 80.000/ orang untuk hari libur.  Apabila Anda ingin membawa camera, maka akan dikenaikan biaya tambahan sebesar Rp. 30.000/ camera. Anda juga dapat membeli tiket terusan Musium Angkut & D’topeng Kingdom, dengan harga Rp. 70.000/ orang untuk hari kerja dan Rp. 90.000/orang untuk hari libur.
Museum Angkut merupakan muasium transportasi terlengkap di Asia, dengan menempati lahan seluas   sekitar 3,7 hektar. Dijamin Anda tidak akan kecewa dan di tempat ini  Anda  bisa mendapat informasi lengkap tentang jenis alat transportasi yang mungkin belum pernah didengar dan koleksinya mulai dari yang original, modifikasi dan replika.Setelah lelah   berkeliling museum, Anda dapat menikamti aneka hidangan dan camilan khas malang di “Pasar Apung”


                                                                  Musium Angkut

Hari Minggu
10.00-14.00               : Belanja oleh-oleh khas malang
14.00-15.00               : Persiapan untuk pulang
15.00-15.30               : Stasiun malang
17.00-09.45               : Berangkat dan tiba di Jakarta (Hari Senin).

Kami menggunakan kereta ekonomi mataremaja, dengan harga tiket Rp. 330.000/ orang pp. Waktu tour dapat dipersingkat, apabila menggunakan transportasi udara.

Mari jalan jalan….