Oleh: Srie
Ningsih, 6 Agustus 2018
“ SEKOLAH MERUPAKAN MITRA KELUARGA DALAM MEMBANTU PENDIDIKAN
ANAK”
Pada umumnya semua pasangan dalam berumah tangga berharap anak-anaknya dapat sukses
dan hidup lebih baik dari orangtunya.
Untuk itu, semua orang tua tentu sudah mempersiapkan rencana masa depan bagi anak-anaknya. Namun untuk mendidik anak-anak sampai ke sana bukan hanya tanggungjawab
sekolah, juga diperlukan peran orang tua
secara nyata. Kesibukan orang tua seringkali dijadikan alasan untuk melepas
tanggungjawab dalam mendidik anak-anaknya dan menyerahkan sepenuhkan kepada sekolah.
Pendidikan utama sejatinya di rumah, karena keluarga
adalah pendidik terbaik bagi anak. Untuk membentuk karakter anak sebagai
individu yang siap belajar dan
berinteraksi terhadap lingkungan, tentu dilakukan
oleh keluarga. Ada pemahaman dari seorang
pendidik yang sekaligus penulis terkenal Elton Trueblood menyatakan, bahwa “Keluargalah yang membentuk setiap
individu didalamnya.” Sekolah sebagai mitra
keluarga akan bersinergi untuk
keberhasilan pendidikan anak, yang tentu
perlu dukungan orang
tua.
Banyak orang tua yang salah kaprah
dengan dalih sibuk, menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak kepada sekolah. Hal ini tentu akan menghambat proses pengembangan
akademik, keahlian, dan bakat anak. Karena
tugas keluarga dalam membentuk individu anak yang siap belajar terabaikan. Suka tidak suka, akhirnya sekolah yang memikul
tanggungjawab tersebut. Sehingga proses pendidikan menjadi tidak
efektif, karena keluarga tidak berperan sebagai mitra sekolah.
Bahkan tidak jarang keluarga tidak menjalankan dengan baik hubungan
kemitraan tersebut, malah berlaku sebaliknya. Tidak sedikit yang
ikut menyalahkan sekolah apabila anak ditindak karena melanggar peraturan sekolah. Hal ini membuat anak tidak
mandiri di sekolah, bahkan keluarga tidak jarang malah mengintervensi proses belajar mengajar anak di sekolah.
PERAN EYANG PUTRI DAN ASISTEN
RUMAH TANGGA
Kebiasaan yang berlaku dalam
keluarga, ketika kakak saya melahirkan
Ibu akan menungguinya selama empat puluh hari.
Ibu datang minggu sore dan pulang hari sabtu, untuk membantu membimbing kakak
dalam merawat anaknya. Namun
ada pengecualian saat aku melahirkan, Ibu yang merawat dan mengurusi anakku sampai berusia satu tahun. Dengan alasan, karena aku bekerja di luar
rumah dan Ibu mengajari dan mengawasi
asisten yang khusus mengasuh anakku. Begitu juga saat anak kedua ku
lahir yang berjarak lima tahun dengan kakaknya. Setelah itu anak sepenuhnya
menjadi tanggungjawab aku sebagai ibunya dan dirawat pengasuhnya saat aku
bekerja.
Praktis anak-anak selama aku
bekerja, tinggal bersama pengasuhnya di rumah.
Aku memisahkan antara asisten rumah tangga yang mengurusi urusan rumah
tangga dan asisten rumah tangga yang aku didik khusus untuk mengasuh anak. Untuk mencari
seorang pengasuh anak, aku menetapkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi.
Pendidikan : Bukan hanya bisa baca tulis, tapi minimal lulus
sekolah dasar. Hal ini agar pada
saat anak-anak bertanya dia bisa memberikan penjelasan dengan bahasa yang baik. Dia juga dapat membacakan buku cerita buat
anak-anakku, saat aku tugas keluar kota.
Kebersihan: Kebersihan diri sang
pengasuh juga tidak kalah penting. Pengasuh anak-anak aku dapatkan dari
keluarga jauh yang kebetulan tinggal di kampung dan sudah mengenal sang pengasuh beserta keluarganya.
Hal ini sangat membantu aku menentukan pilihan, bahkan kadang aku terima beres yang
direkomendasikan.
Belajar: sebelum bekerja, aku
meminta tolong kepada Eyang Putri untuk mengajari cara merawat anak dan
mengawasinya dalam waktu paling lama satu bulan. Setelah itu, aku cukup
mengandalkan alat komunikasi berupa telepon genggam. Setiap kurang dari dua
jam, aku memantau kondisi anak-anak melalui video call. Hal ini cukup membantu aku
dalam mengawasi anak-anak dari jauh dan
mengecek sang pengasuh melakukan jadwal makan dan aktivitas anak sesuai dengan
yang telah aku berikan.
Setiap pagi sebelum berangkat
ke kantor, aku menyiapkan sendiri
makanan untuk anak-anak. Begitu tiba di rumah setelah membersihkan diri, aku langsung mengambil
alih pengasuhan anak-anak. Hal ini aku lakukan, agar anak-anak
tidak lengket kepada pengasuhnya dari pada kepada ibunya sendiri. Peran
sang pengasuh anak ini sangat besar dan aku hargai, sehingga dapat membuat aku
tenang dalam bekerja.
Memang tidak lelah?
Bukan tidak lelah, tapi tidak
boleh lelah. Seorang ibu yang berperan ganda, sebagai ibu rumah tangga dan bekerja, menurut
pendapat aku tidak boleh mengenal kata lelah.
Namun menerima itu sebagai suatu konsekwensi atas pilihan yang
diambilnya, agar anak tetap merasakan
kehangatan kasih ibunya.
Memang sesekali Eyang Putrinya datang
menjenguk cucunya, tapi Eyang Kakung sangat jarang ikut, karena tidak tega melihat cucunya di rumah tanpa
ditemani ibunya sendiri…..Itu alasan Eyang Kakungnya, karena hanya aku anak
perempuannya yang bekerja di luar rumah.
Namun anak bungsu aku paling senang bila Eyang Kakungnya datang dan
selalu meminta gendong. Anak-anak cukup dekat dengan ibu-bapak dari pihakku,
namun sayang tidak ada yang mengenal
eyang dari pihak bapaknya, karena sudah pergi sebelum anak-anak lahir.
HUBUNGAN KOMUNIKASI KELUARGA DI ERA DIGITAL
Untuk lancarnya operasional
keluarga yang terpisah-pisah karena menjalankan aktivitasnya, dibutuhkan
komunikasi yang baik antar anggota keluarga.
Di masa era digital seperti saat ini, kami kapan saja bisa saling berkomunikasi. Aku dapat langsung mengetahui
pergerakan anak-anak dan tugas-tugas apa saja yang diberikan sekolah. Bahkan si
bungsu paling tidak sabar, andai mendapat tugas dari guru. Dia akan langsung
menghubungiku dan memberitahu apa saja tugas yang diberikan. Bahkan tidak
jarang bercerita kegiatannya selama di sekolah.
Untuk tugas yang diberikan, kadang ada yang perlu
dibeli. Aku memanfaatkan jam istirahat
untuk mencari kebutuhan tersebut atau meminta tolong OB kantor membelikan. Maklum
lokasi kantor cukup jauh dari rumah dan saat pulang, aku harus tepat waktu tiba
di rumah. Sesuai kesepakatan kami diawal
setelah kehadiran anak, bahwa aku wajib
mengusahankan pulang tepat waktu untuk secepatnya dapat menemani
anak-anak. Karena suami memang
tiba di rumah lebih malam, kecuali aku ada tugas kantor yang harus
diselesaikan. Saat itu suami yang akan lebih dahulu menemani anak-anak di rumah,
semua itu bisa berjalan dengan mulus berkat bantuan alat komunikasi di era
digital saat ini yang membantu tugas orang tua.
SEKOLAH SEBAGAI MITRA KELUARGA
Sebagai ibu yang bekerja di luar
rumah, aku membutuhkan sekolah yang dapat memberikan kenyamanan anak dalam
belajar. Dan dapat menjalin hubungan dua arah antara guru dan
orang tua, untuk memantau perkembangan anak.
Hal ini diharapkan dapat pengembangkan pendidikan akademik anak dengan maksimal di sekolah. Memang secara akademik menjadi tanggungjawab
sekolah untuk mengembangkan anak didiknya, sementara penanaman nilai-nilai budi pekerti, pembentukan
karakter dan dapat berinteraksi adalah tugas dari keluarga atau orangtua.
Sebagai orang tua yang memiliki
waktu terbatas dalam membantu anak-anak belajar, aku membutuhkan mitra yang dapat bekerjasama untuk mewujudkan pendidikan yang diharapkan. Saat di rumah aku berusaha membantu anak-anak
belajar dan berusaha agar tidak memberi les tambahan. Karena aku masih sanggup
mengajarinya sendiri dan beberapa langkah yang aku ambil:
Hubungan dua arah: Sekolah
sebagai mitra orang tua, aku manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Komunikasi dua
arah yang rutin aku lakukan untuk mengetahui perkembangan anak. Aku
berkonsultasi dengan guru kelasnya, andai gagal menerangkan
pelajaran yang ditanyakan. Bahkan aku
pernah ikut les matematika bersama beberapa wali murid lainnya dengan guru sekolah.
Ikut belajar : Aku ikut mempelajari bab per bab mata pelajaran sekolah
anak-anak, agar dapat menjelaskan saat belajar di rumah sebelum bab tersebut
dipelajari di kelas. Si Kakak apabila penjelasan
dari guru telah dimengerti, ketika
belajar di rumah dia meminta aku memberikan pertanyaan seputar pelajaran yang
tadi dibahas di sekolah. Sementara si Ade, aku harus meringkas dan menjelaskan menggunakan white board.
Untuk si Kakak, akhirnya aku membuat pertanyaan-pertanyaan yang diambil
dari buku pelajarannya. Untuk si Ade, aku meringkas setiap mata pelajaran guna dijelaskan di rumah. Sampai anak-anak duduk
dibangku SMA, aku masih bisa membantu pelajarannya.
Semua itu dapat aku lakukan
dengan bantuan tehnologi dan berteman dengan Mas Google. Apapun yang ingin kita
ketahui dapat ditemukan, hanya dengan ujung jari. Anak-anak aku beli fasilitas telepon genggam saat telah duduk di bangku SMP dan aku tegaskan
bahwa itu untuk mempermudah komunikasi. Untuk main game, ada waktu yang sudah kita sepakati. Kapan
waktunya dan berapa lama.
LES PELAJARAN TAMBAHAN
Aku memang tidak memberikan pelajaran
tambahan atau les kepada anak-anak, selain les musik dan Bahasa inggris.
Kakak les gitar dan Ade les piano, tapi
semua itu atas permintaan anak-anak. Si Kakak sampai masuk kuliah, tidak pernah
masuk dibimbingan belajar. Namun saat
Ade kelas tiga SMA, aku sudah tidak dapat mengikuti lagi pelajarannya.
Bersama teman-temannya, aku ikutkan dibimbingan
belajar untuk persiapan ujian akhir dan mengikuti tes
masuk perguruan tinggi. Alhamdulillah dapat di terima di PTN.
Pada era kekinian, orang tua dimudahkan
dalam mencari informasi tentang segala hal. Namun dampak yang ditimbulkan pun
tidak sedikit. Orang tua perlu ektra pengawasan
anak yang dengan gawainya, dan
agama merupakan salah satu jalan
untuk meredam pengaruh kemajuan
tehnologi.
referensi:
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php
https://sahabatkeluarga.kemdikbud.go.id/laman/index.php?r=tpost/xview&id=39
http://www.penajuara.com/2018/03/lomba-menulis-blog-nasional-2018-gratis.html
Sumber gambar : Pinterest, kantor meme.blogspot
#sahabatkeluarga
Setuju mbak. Se kekinian apapun jamannya, agama pondasi terkuatnya. Gud luck mba 😉
BalasHapusAlhamdulillah...itu benteng anak2 yg in shaa Allah bisa menangkal semua keburukan
HapusWah ini sih namanya The Power Of Emak-Emak. Semangat ya..
BalasHapusBetul Mba Marda....aku kok jagoan, sok kuat & sok pintar klo buat anak2, karena semua di borong sendiri. Alhamdulillah bisa...
Hapussuka caption terakhirnya, Mbak. Agama merupakan salah satu jalan untuk meredam pengaruh kemajuan tehnologi. makasih mba ^,^
BalasHapusIya Mba. Hanya kepada Nya kita monta pertolongan & in shaa Allah dilindungi
HapusMbak Sri udah pengalaman, tentunya jauh lebih paham bagaimana harus bersikap sebagai orangtua. Kami yang masih bau kencur semoga bisa meniru langkah2nya
BalasHapusBetul Mba Damar, klo melihat inu2 muda disekitar saya rasa gemes. Duku semua saya harus bisa melakukan sendiri, terutama buat anak2. Semangaaat Mva Damar
HapusSetuju mba. Agama itu merupakan aspek terpenting jangan sampai abai dengan yang ini.
BalasHapusItu benteng utama Mba Dwi. KepadaNya lah kita berlindung dr segala perubahan jaman. In shaa Allah dapat berjala dengan baik
HapusBener banget mbak komunikasi 2 arah wajib dilakukan orang tua karena klo yang terwujud hanya 1 arah bisa2 kita ga bisa ngejar penyerapan anak2.. jadi emak2 juga gak boleh gaptek yah heheh
BalasHapusYuup....saya sangat kenal baik wali kelas anak2, agar dpt mengetahui perkembangannya anak.
HapusGemes saya klo ada emak2 bilang gaptek! Itu bukan gaptek, tapi malas!...belajar lah...hehhehe
Mba keren banget ini, emak2 gak boleh lelah. Saya ngurus ponakan aja lelah. Semoga ngurus anak sendiri nanti enggak hehe. Makasih ilmunya mba.
BalasHapusIn shaa Allah ngga akan lelah, karena cinta yg besar & tanggungjawab sbg Emak Mba..hehehe
HapusSetuju, sepesat apapun kemajuan melaju, landasan agama akan meredam pengaruh buruk dari teknologi
BalasHapusBetul Mba, hanya kpd Nya kita mohon perlindungan kan. Suwun udah mampir ya
HapusIman sebagai dasar pendidikan dan keluarga yang jadi pemeran utama.
BalasHapusSetuju Mbak Srie...Terima kasih untuk pencerahan ini :)
Iya Mba Dian, makanya saya menyekolagkan anak di sekolah yg pelajaran agamanya lebih banyak sampau SMP, karena itu pondasi awal. Stlh itu bebas mau pilih SMA mana aja..maklum Emainya kerja. Makasih juga Mba Dian
HapusIkut belajar bab per bab. Aku juga begitu,terlebih sulungku yang hanya tertarik dengan hal-hal berbau seni. Seperti menggambar, menari atau paduan suara. Jadi utk urusan mata pelajaran lain emak emang harus sedikit ekstra.
BalasHapusWaah...tooz Mba, dulu si kk semua buku ga boleh ada yg kosong. Pasti dia gambar & dulu pilih kuliahnya di DKV...
HapusBetul, saya sampe.minta2 les ke gurunya wkt dia SD. abis dia bilang, jelasinnya ga kaya Pak guru.....Jd Emaknya tiap sabtu les sam gurunya.
.hehehe
Hai Bunda betul sekali, sebagai orangtua kita harus terlibat dalam pendidikan anak2 kita. Karena kita adalah guru pertama mereka begitu pun sebaliknya. Apalagi di era kekinian ini ya 😃
BalasHapusHai juga Mba Yani....
HapusSaya hanya ga ngajatin ngaji aja Mba, lainnya ngajarin sendiri. Khusus ngaji manggil guru ke rumah, selain ikut pengajian di masjid dekat rumah.
Wahh oke artikelnya. Meski jaman udah canggih gini agama tetap jadi faktor penting untuk pendidikan anak-anak. Thx ya mb infonya bermanfaat banget...
BalasHapusMakasih Mba. Hanya dg agama kita bisa minta perlindungan dr Allah Mba, apalagi di era milenial begini kan..makasih sdh mampir
HapusBenar banget bunda kunci segala sesuatu itu agama termasuk sukses mendidik anak yang utama pendidik agamanya. Menilai sebuah keluarga pun dilihat dari agama mereka seberapa taat nya dalam menjalankan agamanya.
BalasHapusItulah Mba, krn saya bekerja sgb pondasi pertama. Anak2 saya sekolahkan di sekolah yg agamanya lebih banyak sampai SMP & SMA baru saya bebaskan bila mau masuk sekolah negeri. Makasih sdh mampir Mba
HapusKesibukan dan tanggung jawab ibu bekerja emang dobel ya Bun.. emak harus seterong! Semangat
BalasHapusIya Mba Bety, memang harus..hehhe
HapusSetuju Bu, bahwa rumah ada pendidikan terbaik anak. Guru disekolah adalah mitra, bukan sepenuhnya lepas dari orangtua. Sy jadi diingatkan lagi akan tulisan ini bahwa peran orangtua tidaklah se simple bayar sekolah saja. Tapi juga mendidik :)
BalasHapusIya Mba Septi, justru kita pendidik utama. Betul Mba, tugas orangtua ga sesimple yang diduga. Sulit dan penuh tantangan, tapi bila dijalani dengan ikhlas in shaa Allah dimudahkan Allah
HapusKalo anakku masih ikut les, mbak. Soalnya gak nurut kalo diajarin sendiri ha ha ha
BalasHapusoh gitu...hehehe. Itulah anak-anak, ga ada yg sama. Anak2 saya semua maunya belajar sama saya, jadi emaknya kuduu belajar terus.
HapusJadi ibu memang luar biasa ya mbak, paling seru ikutan belajar, apalagi pelajaran sekarang makin maju dan cepat.. hebat mbak😍👍
BalasHapusBetul Mba, untuk itu harus rajin belajar juga. Bukan hebat tapi rasa bersalah meninggalkan anak2 bekerja, membuat saya akan melakukan apa saja yang terbaik buat mereka. Mba Dewi juga hebat.
Hapus