Menurut Rina Dewi Lina dengan buku kerennya
yang berjudul “Hemat Bisa Miskin, Boros
Pasti Kaya.” Nah loh! kok bisa?. Dulu orangtua saya selalu bilang “Hemat
pangkal kaya”. Jadi mana ya yang benar?....
Keduanya benar kalau
diartikan dengan benar. Hemat bisa miskin, kalau kita artikan berhemat dalam
menabung. Tentunya bisa miskin dikemudian hari kita, kalau malas menabung, tapi
boros pasti kaya. Karena kita boros dengan menabung, maka akan kaya pada
kemudian hari. Sementara menurut orangtua, hemat pangkal kaya itu ya kita lebih
banyak menabung untuk masa depan kita…...betul kan?
So…bagaimana kita
membiasakan menabung pada anak-anak sedini mungkin? Mari pelajari triknya.
Mungkin setiap orang
punya cara masing-masing dalam menerapkan menabung pada anak-anak dan anggota
keluarganya. Begitu juga dengan saya,
punya pengalaman yang ciamik dan cukup berhasil dijalankan sampai anak-anak
dewasa.
Saat anak-anak duduk
di bangku TK saya mulai beraksi untuk mulai menerapkan pendidikan
menabung. Karena anak-anak TK sekolah
membawa bekal, tentu saja uang jajan mereka utuh, nah kalau pun jajan masih
sangat jarang. Saya membiasakan menyediakan makanan kecil buatan sendiri
sebagai camilan mereka.
Nah……saya menyiapkan
celengan dengan bentuk sesuai pilihan anak dan saya contohkan memasukan uang ke
dalam celengan, biasanya uang logam. Anak-anak pasti senang mealukannya dan
setiap melihat uang logam dia akan memintanya, sambil bilang “buat dicelengin”. Saat celengan telah penuh, saya mengajaknya
untuk membuka celengan tersebut. Uang tersebut yang saya gunakan untuk membuka
tabungan atas namanya, kekurangannya saya tutupi. Saya ulang belikan celengan
kembali dan terus seperti itu, kalau mereka libur sekolah saya bawa anak-anak
untuk menabung sendiri ke bank.
Namun saat anak-anak
duduk di kelas 4 SD, saya mulai memberinya jajan seminggu sekali yang harus
mereka kelola sendiri. Daaan…..kalau ada yang sisa uang jajannya diakhir
minggu, akan saya beri tambahan 10% dari sisanya untuk ditabung. Sementara
kalau ada yang memberinya uang, seperti dari eyang atau keluarga lainnya wajib
disimpan.
Dari sini ternyata
menimbulkan persaingan sehat anak-anak saya. Kalau tidak si kakak, ya si ade
yang bertanya. “Uang kakak udah berapa, Ma?” begitu juga sebaliknya. Hal ini
benar-benar diluar perkiraan saya. Hal ini terus berlanjut dan saya terkejut
dengan niat si kakak yang makin giat setiap minggunya menyisihkan uang jajannya
untuk menabung…..hehehehe…
Setelah anak-anak
duduk di SMP, saya katakan bahwa tabungan tersebut akan saya serahkan pada
mereka setelah mereka berusia 17 th dalam keadaan sudah atas nama mereka dan
tanggunjawab langsung pada mereka, lengkap dengan ATM. Saat ulang tahun ke 17,
saya berikan mereka KTP, SIM C dan buku tabungan.
Alhamdulilah…anak-anak
sangat terkejut menerimanya dengan jumlah tabungan yang luar biasa besar dan
itu harus dilanjutkan sampai kapan pun. Sementara si ade minta ijin menggunakan
sedikit uangnya untuk liburan bersama sepupunya ke negeri terdekat. Saat kini
setelah anak-anak bekerja, mereka terus melanjutkan tabungannya. Saran saya
selanjutnya (dengan setengah memaksa) agar anak-anak ikut program asuransi hari
tua…..hehehehe. Bang bing bung…ayo nabung!!!.....Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar