Rabu, 21 September 2016

TRIK MEMBIASAKAN MENABUNG PADA ANAK






Menurut Rina Dewi Lina dengan buku kerennya yang berjudul  “Hemat Bisa Miskin, Boros Pasti Kaya.” Nah loh! kok bisa?. Dulu orangtua saya selalu bilang “Hemat pangkal kaya”. Jadi mana ya yang benar?....

Keduanya benar kalau diartikan dengan benar. Hemat bisa miskin, kalau kita artikan berhemat dalam menabung. Tentunya bisa miskin dikemudian hari kita, kalau malas menabung, tapi boros pasti kaya. Karena kita boros dengan menabung, maka akan kaya pada kemudian hari. Sementara menurut orangtua, hemat pangkal kaya itu ya kita lebih banyak menabung untuk masa depan kita…...betul kan?

So…bagaimana kita membiasakan menabung pada anak-anak sedini mungkin?  Mari pelajari triknya.

Mungkin setiap orang punya cara masing-masing dalam menerapkan menabung pada anak-anak dan anggota keluarganya. Begitu juga  dengan saya, punya pengalaman yang ciamik dan cukup berhasil dijalankan sampai anak-anak dewasa.

Saat anak-anak duduk di bangku TK saya mulai beraksi untuk mulai menerapkan pendidikan menabung.  Karena anak-anak TK sekolah membawa bekal, tentu saja uang jajan mereka utuh, nah kalau pun jajan masih sangat jarang. Saya membiasakan menyediakan makanan kecil buatan sendiri sebagai camilan mereka.


Nah……saya menyiapkan celengan dengan bentuk sesuai pilihan anak dan saya contohkan memasukan uang ke dalam celengan, biasanya uang logam. Anak-anak pasti senang mealukannya dan setiap melihat uang logam dia akan memintanya, sambil bilang “buat dicelengin”.  Saat celengan telah penuh, saya mengajaknya untuk membuka celengan tersebut. Uang tersebut yang saya gunakan untuk membuka tabungan atas namanya, kekurangannya saya tutupi. Saya ulang belikan celengan kembali dan terus seperti itu, kalau mereka libur sekolah saya bawa anak-anak untuk menabung sendiri ke bank.

Namun saat anak-anak duduk di kelas 4 SD, saya mulai memberinya jajan seminggu sekali yang harus mereka kelola sendiri. Daaan…..kalau ada yang sisa uang jajannya diakhir minggu, akan saya beri tambahan 10% dari sisanya untuk ditabung. Sementara kalau ada yang memberinya uang, seperti dari eyang atau keluarga lainnya wajib disimpan.

Dari sini ternyata menimbulkan persaingan sehat anak-anak saya. Kalau tidak si kakak, ya si ade yang bertanya. “Uang kakak udah berapa, Ma?” begitu juga sebaliknya. Hal ini benar-benar diluar perkiraan saya. Hal ini terus berlanjut dan saya terkejut dengan niat si kakak yang makin giat setiap minggunya menyisihkan uang jajannya untuk menabung…..hehehehe…

Setelah anak-anak duduk di SMP, saya katakan bahwa tabungan tersebut akan saya serahkan pada mereka setelah mereka berusia 17 th dalam keadaan sudah atas nama mereka dan tanggunjawab langsung pada mereka, lengkap dengan ATM. Saat ulang tahun ke 17, saya berikan mereka KTP, SIM C dan buku tabungan.

Alhamdulilah…anak-anak sangat terkejut menerimanya dengan jumlah tabungan yang luar biasa besar dan itu harus dilanjutkan sampai kapan pun. Sementara si ade minta ijin menggunakan sedikit uangnya untuk liburan bersama sepupunya ke negeri terdekat. Saat kini setelah anak-anak bekerja, mereka terus melanjutkan tabungannya. Saran saya selanjutnya (dengan setengah memaksa) agar anak-anak ikut program asuransi hari tua…..hehehehe. Bang bing bung…ayo nabung!!!.....Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar