Sabtu, 16 Desember 2017

CABE-CABEAN


Namanya saja cabe-cabean, jadi bukan cabe beneran. Judul tersebut hanya sebuah simbul untuk sebuah nama kelompok tertentu. Saya pagi tadi mengikuti acara yang disiarkan oleh sebuah TV swasta, tentang “Pergaulan bebas anak remaja saat ini.” Jadi kisahnya kira-kira begini :
Menjamurnya café yang dikhususkan bagi remaja saat ini, berdampak negative bagi anak-anak remaja tingkatan SMP & SMA.

Memang tempat tersebut dipenuhi oleh remaja-remaja yang berkantong tebal dan mereka hanya mencari kesenangan dengan bergaul secara bebas. Untuk remaja yang baru terjun ke lingkungan ini, diberi nama “cabe merah” yang artinya belum mengerti aturan mainnya di kelompok ini atau anak baru. Nama selanjutnya “cabe rawit” yang sudah cukup biasa dengan lingkungan ini, sementara “cabe hijau” adalah mereka yang sudah senior dikelompok ini (sudah biasa dengan minuman beralkohol dan sex bebas).
 
Menurut seorang penelitinya, kelompok ini tidak mencari uang karena rata-rata anggotanya adalah anak-anak orang mampu yang membutuhkan perhatian. Yang menyedihkan mereka juga menyediakan jasa bagi oom-oom yang kesepian dan biasanya yang ditawarkan adalah kelompok cabe merah, sebagai ajang belajar.

Yang paling mengejutkan dari penelusurin ini adalah : remaja yang terjun dikelompok ini telah mencapai 34-40 %. Hal ini tentu membuat saya selaku orang tua mengurut dada dan berulang-ulang mengucap istiqfar, kelompok ini bukan hanya mencari kesenangan diakhir minggu saja, tetapi setiap malam yang nota bene hari dimana mereka seharusnya belajar.

Menurut seorang psikolog, remaja-remaja tersebut hanya meminta perhatian lebih dari para orang tua yang sibuk dan tentunya bimbingan moral yang telah raib. Berbagai cara para remaja ini untuk pamit keluar pada malam hari kepada orang tuanya, sementara orang tua tidak benar-benar mengetahui dan mengecek keberadaan anak mereka.
 
Untuk mengembalikan anak-anak tersebut, ada beberapa saran yang  perlu diperhatikan para orang tua :
- Sediakanlah waktu untuk mengobrol kepada putra-putri remaja anda.
- Banyak berkomunikasi dengan para guru untuk mengetahui kegiatannya di sekolah dan kenali siapa saja teman-temannya.
- HP/tablet dll yang anda berikan tentu yang sudah canggih, tapi bukan digunakan untuk lebih mengintensifkan komunikasi kepada orang tua, tetapi lebih asyik berselancar pada situs-situs yang mungkin membahayakan tanpa orang tua ketahui.
- Banyak orang tua yang mengatakan gaptek, tapi tidak mau belajar untuk tidak gaptek. Seharusnya demi menjaga putra-putri anda, jangan bosan & malu untuk belajar perangkat komunikasi tersebut canggih tersebut.
- Jika anak-anak anda mempunyai jejaring social, orang tua juga harus punya untuk memantau status dan teman anak-anak anda. Tegur apabila statusnya atau temannya yang kurang patut.
 
Bukan hanya orang tua SAJA yang harus berbenah diri, tapi pemerintah juga harus turun tangan untuk memberikan teguran kepada pengusaha café yang menyalahi ketentuan. Agar anak-anak kita bisa selamat dari pergaulan yang menjerumuskan hidupnya.
 
Untuk para Ibu-ibu hebat : tidak ada kata terlambat, tidak ada kata malu dan tidak ada kata ga tau, apalagi gaptek. Hayo asah terus wawasan untuk membimbing anak-anak kita di era komunikasi yang sudah canggih ini. Saya yakin, para ibu lebih canggih dalam membimbing dan mengurus putra-putrinya. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar