Senin, 28 Oktober 2013

Kepedulian yang terkikis habis


 

Seperti biasanya  hari ini pun aku berangkat ke kantor dengan menggunakan bus patas ac dengan nomor yang sama dan tujuan yang sama pula. Hehehe.....karena kantor masih dialamat yang sama. Tapi ada yang berbeda dan sangat menyebalkan dan buatku geram berkepanjangan.

Aku memilih selalu menggunakan bus tersebut, karena pengemudinya tidak pernah ugal-ugalan, sopan dan ramah menyapa penumpang, begitu juga dengan sang kondektur. Disamping kondisi bis yang bagus, bersih dan acnya cukup untuk menghalau panasnya udara Jakarta yang menyengat. Singkat kata berada di dalam bis tersebut cukup nyaman untuk sekedar terlelap sejenak dihiruk pikuknya kemacetan jalan. Kali ini semua tempat duduk telah terisi semua ketika aku naik, bahkan yang berdiripun banyak.  Aku naik dari pintu belakang bersama seorang laki-laki muda yang usianya kira-kira dibawah tiga puluh tahun. Aku berdiri tepat disebelahnya, bahkan kami berdiri dengan rapatnya, karena  bis penuh.

Dengan menyandang tas tangan yang cukup berat di bahu kiri dan tangan kanan menjinjing laptop, lama kelamaan pegal juga tangan dan bahuku menahan beban tas ini. Dalam hati berharap tidak macet dan banyak yang turun di shelter pemberhentian terdekat. Terhalang dua orang dari tempat aku berdiri, ada seorang ibu muda dengan perut membuncit cukup besar yang menandakan dia hamil. Iseng aku sapu pandanganku keseluruh tempat duduk, sebagian besar penumpang yang duduk adalah laki-laki. 

"Edaan!" umpatku melihat ketidak pedulian penumpang laki-laki yang dengan tenang duduk, tidak mau memberikan kursinya kepada orang yang sedang hamil. Ada yang berlaga tidur, ada yang acuh saja dan masa bodoh dengan lingkungan yang ada dihadapannya. Aku perhatikan  tidak ada yang tergerak untuk memberikan ibu muda tersebut tempat duduk. Menyebalkan!!!!!......umpatku dalam hati.

Akhirnya bis tiba di shelter pemberhentian terdekat dan alhamdulilah penumpang yang duduk dekat tempat aku berdiri, turun. Aku bersiap untuk duduk, tanpa ekspresi laki-laki yang tadi naik bareng denganku mendahui aku untuk duduk dan langsung berteleponan seperti tidak terjadai apa-apa. Beberapa penumpang berdiri secara bersamaan memandangi penumpang tersebut, tapi dia tetap tidak peduli.

Bis terus bergerak menembus  macetnya jalan dan tiba di shelter berikut, penumpang didepan perempuan hamil itu turun. Betapa terkejutnya aku melihat seorang lelaki muda, mungkin mahasiswa mendahului duduk. "Astaqfirullahal azim"  kok  laki-laki pada ga punya malu dan kepedulian sama sekali.  Bagaimana kalau posisi perempuan tersebut adalah ibunya, adiknya, kakaknya atau saudaranya? Dan gilanya lagi, laki-laki itu  turun di shelter berikutnya, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari shelter sebelumnya. 

 Sudah begitu parahnya rasa peduli terhadap sesamanya, sehingga laki-laki tidak  merasa malu berebut tempat duduk  dengan seorang perempuan hamil atau yang lebih tua. Tapi tidak sedikit juga perempuan yang tega melihat perempuan hamil berdiri dalam bis dan tidak memberikan tempat duduknya. Mungkin kepedulian pada saat ini mulai terkikis habis dimakan waktu, sehingga siapa saja didepan matannya yang perlu pertolongan sudahh tidak nampak. Makanya di dalam bis transjakarta tertulis, agar penumpang memberikan tempat duuduk bagi wanita hamil, wanita yang membawa anak keciil dan lansia. Itupun tetap perlu kondektur yang menyuruh salah satu penumpang laki-laki yang duduk untuk berdiri memberikan tepat duduuknya bagi perempauan hamil, perempauan pembawa anak kecil atau perempuan tua.

Kesal itu berkepanjangan karena selama tiga hari berturut-turut  menyaksikan hal seperti itu didalam bis kota yang nyaman. Bagaimana dengan Anda?