Jumat, 26 Juli 2013

PEPES KEMBUNG BELIMBING WULUH

Masak apa hari ini Ibu-ibu? mau coba menu saya, yuukkk..simak disini

Bahan2 :
6 ekor ikan kembung segar, bersihkan, kerat badannya, beri garan & perasan jeruk nipis. Diamkan 1/2 jam.
Daun pisang secukupnya
Tusuk gigi.

Bumbu :
6 bh cabai merah
15 bawang merah
10 bawang putih
2 ruas jari kunyit
8 btr kemiri
6 bh belimbinng wuluh
1/4 potong tomat
Garan & gula secukupnya.

Cara Membuat :
Cuci bersih ikan, sisihkan.
Haluskan semua bumbu (belimbing wuluh diperas dulu sebelum diharuskan).
Ambil selebar daun pisang, letakan sesedok makan bumbu, lalu ikan diatasnya, lumuri bumbu kembali dan
tambahkan ikan kembali, luluri lagi dgn bumbu. Bungkus dan semat ujung-ujungnya dengan tusuk gigi. Lalukan sampai semua ikan habis.

Panaskan dandang yg telah diisi air sampai mendidih, masukan ikan dan kukus selama 40 menit.
Angkat dan pepes peda belimbing wuluh siap dihidangkan.
Selamat mencoba ibu-ibu


Kamis, 11 Juli 2013

Ramadhan Terindah





 Dug…dug..dug….sahur…sahur……sahuuuurr………suara  anak-anak  menabuh bedug  yang  diletakan dalam   gerobag dan di dorong beramai-ramai, sambil  meteriakan  sahur  memecah  keheningan pagi. Rombongan ini  mengelilingi komplek untuk membangunkan  penduduk, sementara  aku telah duduk didalam mobil yang akan membawaku  bertugas.  Aku telah  menyiapkan  hidangan sahur  untuk suami dan anak-anak sejak jam satu pagi, aku telah mendahului mereka sahur. 

”Bangunkan anak-anak untuk sahur nanti jam empat saja,” pesanku pada suami sebelum  pergi.”

Ini mungkin hal biasa bagi keluarga kecilku, di saat ramadhan tiba sahur atau buka tidak selalu dapat dijalani bersama.  Hal ini membuatku  terasa berat menjalankan tugas, dimana seharusnya aku menemani  suami dan anak-anak sahur atau berbuka, tapi kadang aku entah berada  dimana. Kadang hatiku  berontak dan bertanya, kenapa aku mendapat schedule  sepagi ini?.   Adakalanya  anak-anak   protes, karena  terlalu sering  tidak di temani.  Sering kali  si bungsu  suka merengek, minta  ditemani sholat tarawih,  karena dapat tugas dari sekolah untuk mencatat  kultum ramadhan. Aku hanya bisa  membujuknya  dan berjanji akan menemaninya taraweh, kalau aku libur atau pulang tugas sore hari.  
 
Bertahun-tahun kondisi ini kujalani,  kadang sahur di dalam mobil jemputan,  apabila  sebelum waktu sahur aku harus  berangkat tugas.  Di lain waktu  aku sahur  di  kota lain  bersama  teman-teman dan begitu pula pada  saat berbuka.  Aku suka  iri meilhat orang lain yang  dapat  sahur  dan berbuka puasa  berkumpul  bersama keluarga.  Tapi itulah jalan karir yang selama ini aku rintis, sebagai seorang awak pesawat, apalagi saat ramadhan sampai Hari Raya Idhul Fitri,  schedule tugas sangat ketat dan akan kena sanksi apabila mangkir.  Sebagai seorang  ibu dan istri  saat -saat  itu memang   saat yang serba tidak nyaman bertugas. Aku selalu menguatkan hati menjalaninya dengan  ikhlas, karena itu resiko tugas. Dari semua itu ada satu yang paling menyedihkan aku, pada saat harus memenuhi kewajibanku kepada Allah, karena  terbatas  waktu untuk  menjalankan shalat  dan dalam kondisi  ala kadarnya.   Aku hanya yakin Allah pasti mengerti dan Maha Mengetahui, dalam keterbatasan waktu dan ruang, aku tetap berusaha memenuhi kewajibanku kepadaNya.

“Enak sekarang sahurnya  ada mama terus,  sholat subuhnya  bisa di masjid,” celoteh  anak bungsuku senang. Wajahnya sumringah, menggambarkan kebahagiaan yang baru aku lihat.  Kakaknya menatap lekat ke wajahku seakan mencari jawaban, kenapa mamanya sudah seminggu ini  di rumah  dan menemaninya disaat sahur dan buka.  Aku balas tatapannya dan menjawab keingintahuannya.

“Mama sudah pensiun Kak, jadi  setiap hari bisa bersama-sama anak-anak mama,”  jawabku menjawab keingintahuannya.  “Asyiiikk……” teriak kedua anakku sambil  memelukku erat.
                                                           
Memang  ramadhan  tahun ini merupakan awal  selesainya aku menjalankan tugas, karena usia dan mulai tahun ini, aku akan  selalu bersama  menemani sahur, buka dan sholat taraweh. Aku akan membayar  semua yang hilang selama ini, dalam menjalankan ibadah puasa. 

Aku bersama anak-anak  mencoba  menyusun  jadwal kegiatan  selama bulan ramadhan, bahkan sampai menu apa yang anak-anak inginkan untuk beberapa hari ke depan.  Diawali sahur bersama, sholat subuh bersama, dilanjutkan dengan tadarus sampai anak-anak  menyerah karena sudah tidak tahan lagi menahan kantuk.  Anak-anak juga  memaksa ikut membantu memasak dan menyiapkan hidangan berbuka. Bahagia rasanya  melihat anak-anak begitu senang melalui semua kegiatan ramadhan ini bersama, yaa Allah indahnya kebersamaan ini. 

Sesekali aku   mengantarkan anak-anak ke sekolah atau menjemputnya,  bahagia merebak di relung hatiku, disaat melihat senyumnya merekah ketika aku jemput. Rasa berdosa kadang menyelinap disalah satu ruang hatiku yang terdalam, berapa ramadhan   telah  kulewati  tidak   menemani anak-anakku  dan membuat mereka sedih, karena ku tinggal bertugas.  

Inilah Ramadhan  terindah yang aku rasakan selama hidupku bersama keluarga kecilku. Dimana aku dapat sepenuhnya menemani anak-anak melalui ramadhan yang penuh berkah ini,  " yaa…Allah, terima kasih atas nikmat yang tiada tara ini. Subhanallah aku masih diberi kesempatan menjalankannya bersama anak-anak." Ucapku dalam hati.

 
“Semua  itu ada waktunya, ma.  Aku juga jadi lebih  senang dan tenang karena kamu  sekarang ada di rumah terus,” ucap suamiku melihat kegiatan ku dan anak-anak di ramadhan tahun ini.