Rabu, 22 Maret 2017

SIAPKAN MASA DEPAN ANAK DAN DIRI SENDIRI




Mengurus  dan mendidik anak adalah kewajiban setiap orang tua, terutama ibu. Di belahan dunia mana pun tidak ada ibu  yang ingin mencelakakan anaknya, bahkan apapun yang diusahakannya   hanya untuk anak-anaknya. Senyuman anak adalah kebahagiaan orang tua, itu selalu dilakukannya. Sejak   anak masih kecil sampai dewasa, bahkan setelah anak-anak berumah tangga  seorang  ibu  akan   tetap melakukan yang terbaik. 

Apapun yang dimiliki orang tua dipersiapkan hanya  untuk anak-anaknya, rumah dan harta orang tua  adalah rumah dan harta anak.  Kebahagiaan anak adalah juga kebahagiaan ibu, sedihnya anak adalah kehancuran hati orang tua.  Bahkan orang tua rela menyerahkan nyawanya untuk anak-anaknya.  Tujuan orang tua adalah membahagiakan anak, agar kehidupan buah hatinya menjadi lebih baik dari dirinya.

Namun yang perlu diingat, dalam menyiapkan masa depan anak, jangan lupa pikirkan juga masa depan diri sendiri. Karena dalam perjalanan membimbing anak semua telah kita ajarkan, tetapi ada masa dimana anak akan kurang peduli kepada orang tuanya. Dia akan focus kepada diri sendiri dan pasangannya saat dewasa tiba. Bukan anak tidak berbakti, tapi itulah perjalanan masa yang dilaluinya seperti saat kita sebayanya. Pasangannya adalah yang utama dan  digugu, tapi bukan tidak mendengar saran orang tua. Itu lah masa dimana perasaan cinta yang berkuasa, seperti ibu  mencintai anaknya. Semua yang terbaik hanya untuk yang dicintai.

Kebayang nggak  sih,  pada  masa tua  kita tidak memiliki bekal yang cukup. Sementara sudah tidak punya penghasilan karena pensiun. Apakah kita akan meminta kepada anak?  Dari seribu ibu, mungkin hanya satu yang berani meminta  bantuan kepada anak untuk menopang hidupnya sehari-hari. Sementara lainnya  tidak tega mengatakannya dan berharap sang anak mengerti kebutuhannya. Aku, boro-boro berani minta, ngomong aja suara tidak keluar. Aku sangat yakin, anakku akan memberi kalau aku memintanya tapi meminta itu adalah hal yang mustahil bisa aku lakukan.  

“Kenapa sih mama nggak bilang,”  protes  si kakak kalau  tau aku perlu sesuatu tapi  nggak bilang ke dia. Sementara si Ade, selalu  rajin  bertanya. “Mama, mau aku beliin  ini atau itu”  Itu aja  kadang aku nggak bisa jawab. Alhamdulillah anak-anak paham, kalau mama nya nggak akan pernah mau bilang bila butuh sesuatu. Mereka berdua berinisiatif memberikan, tapi justru hal itu yang membuat aku meleleh.

Aku tersenyum dan leleh bahagia, saat si kakak mengatakan akan menikah dalam waktu dekat. Walau aku terkejut, karena belum punya persiapan apa-apa. Rencananya 2 tahun lagi tapi malah maju dan yang bikin aku melongo, ucapan selanjutnya. “Mama tenang aja, aku berdua udah ada tabungan untuk biaya semuanya. Bulan depan juga aku mau selamat rumah, dulu.”

“Rumahmu yang di depok? (uang asuransi beasiswanya  aku tarik saat dolar tembus 15.500 th 1998, karena ga sanggup bayar preminya sebesar  US$600. Uang itu aku belikan rumah untuknya).
“Bukan, aku berdua juga udah beli rumah. Nyicil kok Ma dan udah selesai di renovasi. Lokasinya nggak jauh  dari  sini, hanya beda kecamatan sama Mama.”   
“Subhanallah, Alhamdulillah..yaaa….Allah, nikmat mana lagi yang bisa aku dustai ucapku dalam hati.

Sebaiknya   orang tua harus menyiapkan bekal di hari tua untuk dirinya, disamping untuk anak-anak. Hal ini perlu, agar  orang tua tidak bergantung  kapada anak setelah pensiun dan tetap bisa tersenyum.  Perlu saya ingatkan kembali, bahwa rumah dan harta anak bukan milik orang tua.  Banyak terjadi orang tua yang tetap bekerja di masa tuanya. Hal itu dilakukan,  agar tidak menjadi beban anak-anaknya dan tidak  menangis mengharap bantuan anak.