Rabu, 12 Juni 2013

Pentingnya Komunikasi

Ketahuilah apa yang dikatakan, tapi jangan katakan apa yang telah anda ketahui.


Menurut Pengadilan Agama, dua dari tiga pasangan suami istri   bercerai akibat selingkuh. Menurut  Klinik Pasutri yang dipimpin oleh dr. Boyke, 90 prosen perselingkuhan terjadi akibat komunikasi antar pasangan suami istri  yang  tidak terjalin dengan baik. Rutinitas kehidupan yang monoton sehari-hari dan sulitnya  berkomunikasi dengan pasangan, mengakibatkan mereka mencari  teman curhat yang bukan pasangan resminya.  Inilah cikal bakal tumbuhnya perasaan lain di hati dan  menyuburkan benih-benih perselingkuhan. Jadi begitu pentingkah komunikasi itu  ?.
Jawabannya adalah  V3U (very, very, very urgent). Penting banget gitu loh !.  Ga percaya  ?.  Saya akan  mencoba menjabarkan sedikit wajah komunikasi yang tanpa kita sadari  kadang membuat darah kita mendidih, baik oleh anak, istri,  teman, keluarga dan tetangga. Mudah-mudahan  dapat menyadarkan kita, mungkin yang telah kita katakan ternyata menimbulkan suatu masalah bagi orang lain tanpa kita sadari.
Pertama : Komunikasi yang  tidak lancar antara suami istri dapat menjadi bencana rumah tangga, berupa perselingkuhan yang dialami oleh suami atau istri. Karena perselingkuhan tidak saja dimonopoli oleh kaum suami tetapi tidak sedikit yang dilakukan oleh kaum istri. Prosentasinya berimbang antara suami dan istri, kira-kira  50 : 50. Begitu data yang dikeluarkan Pengadilan Agama, seperti yang sudah saya jabarkan di awal tulisan ini. 
Kedua :  Anak yang kita kenal begitu baik di rumah dan penurut, ternyata  di luar rumah begitu liar dan diluar control kita sebagai orang tua.   Kenapa hal ini bisa terjadi ?. Mungkin komunikasi yang kita terapkan hanya satu arah, dari orang tua saja dan anak hanya sebagai penerima tanpa diberi kesempatan untuk mengeluarkan pendapatnya. “Pokoknya kamu harus begini, ga boleh  begitu, karena ibu/bapak mau kamu begini titik !” Begitu kira-kira perkataan  yang sering diucapkan orang tua kepada anaknya, tanpa menyadarinya. Memang  anak  harus menuruti  perkataan orang tuanya, tapi ingatkah kita bahwa anak adalah juga seorang individu seperti orang tua yang minta dihargai pendapatnya  dan diakui keberadaannya.  Jaman saat ini mungkin sebaiknya kita menganggap anak kita sebagai teman yang dapat saling berbagi cerita, tentunya tetap sesuai norma-norma. Untuk point pertama dan kedua, komunikasi dua arah sangat perlu diperhatikan dan dipelihara dengan baik untuk menjaga kestabilan hubungan.
Ketiga : Hubungan komunikasi antara kakak dan adik dalam keluarga  tidak selalu terbina dengan baik,  hal ini memang terdengar aneh. Karena  kita tumbuh bersama dari kecil sampai besar, tapi  karena tumbuh itulah setiap individu  masing-masing mempunyai pendapat berbeda-beda, walau mereka sekandung. Tapi mereka telah mengetahui sifat dan kebiasaan masing-masing, namun setelah mereka masing-masing berkeluarga, yang berarti bertambah dengan orang lain yang menjadi pasangan masing-masing. Tentunya   perbedaan pendapat diantara mereka semakin kompleks,   itu  hal biasa  dan  pasti dapat diatasi asal komunikasi yang baik tetap terjalin. Hal yang paling penting untuk menjaga  komunikasi adalah   tetap harus saling menghargai pendapat masing-masing dan mencari  pemahaman yang sesuai agar hubungan harmonis tetap terjaga.
Keempat  : Hubungan dengan teman dan tetangga tetap membutuhkan komunikasi yang baik, karena kita hidup tetap membutuhkan orang lain selama kita ada di dunia ini. Komunikasi disini tidak selalu harus dua arah, adakalanya kita hanya perlu menyediakan rasa empati dan telinga kita untuk  membuka hati mendengarkan cerita atau keluh kesah orang lain. Kalau saya ibaratkan disini, anggaplah diri kita sebagai tempat sampah yang menerima buangan sampah dari orang. Lalu apakah sampah tersebut akan kita berikan kepada orang lain lagi ?. Tentunya tidak bukan !.  Ya, sudah kita buang sampah tersebut ke pembuangan sampah terakhir dan  terkubur disana. Agar bau busuk sampah tidak mengganggu orang lain dan orang itu sendiri. Maksud dari perumpaan ini adalah, jika ada teman siapapun dia yang percaya kepada kita dan ingin berbagi rasa. Usahakan  cerita tersebut tidak diceritakan kembali ke orang lain, cukup ditelan sendiri saja.  Agar tidak menimbulkan masalah dikemudian hari, atau bahkan keributan yang dapat mengganggu hubungan baik kita dengan teman atau tetangga. 
Karena  setiap informasi yang disampaikan secara getok tular atau dari mulut ke mulut,  semakin banyak orang yang menyampaikan  akan semakin jauh dari aslinya. Dikhawatirkan informasi tersebut akan  ditambahi atau  mungkin ada pula yang berkurang, kecuali informasi itu dalam bentuk tertulis dijamin tidak akan ada perubahan walau  ribuan orang yang menyampaikannya. Ga percaya  ?.
Silakan anda coba dengan  lima orang saja. Caranya bisikan  satu orang yang dekat dengan anda  dengan satu kalimat saja dan biarkan orang tersebut menyampaikan bisikan anda kepada orang yang dekat dengannya dan begitu seterusnya sampai orang kelima.  Setelah itu, tanya satu-satu dari lima orang tersebut apa yang dia dengar. Dijamin, tidak semua mengatakan sesuai dengan kalimat yang dimaksud.
Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi seandainya cerita yang sebenarnya, berubah setelah ada pengurangan atau penambahan !. Informasi itu akan bertambah keruh jika diterima oleh orang yang  bersifat temperamental ( mudah marah).  Maka akan terjadi kesalahpahaman dan terjadilah keributan.  Mungkin kalimat ini perlu Anda cerna baik-baik maknanya : “Ketahuilah apa yang dikatakan lawan bicara Anda, tapi jangan katakan  apa yang Anda ketahui. Apalagi kepada orang yang tidak tepat”   
Jadi komunikasi itu memang sangat penting bagi hubungan dengan sesama manusia dan dengan Sang Pencipta, hal itu tertulis dalam Al Quran yang berbunyi : Hablum minannas dan Hablum minallah. Bagaimana kita menjaga hubungan  dengan sesama mahluk Allah dan menjaga hubungan dengan Allah SWT melalui komunikasi yang berbeda tata caranya.   Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan saat berkomunikasi dan menjalin hubungan. Ketahui siapa lawan bicara kita,  tingkat pendidikannya dan latar belakang dirinya. Akan lebih baik kalau kita juga mengetahui sifat dan karekternya. Tetap menjaga tata krama berkomunikasi dan  usahakan  tidak mengambil topik diri orang lain dalam berkomunikasi.
Sekali lagi perlu Anda ingat, ketahuilah apa yang dikatakan kepada  Anda dan  pikirkan  beribu kali, apakah Anda perlu mengatakan apa yang Anda ketahui kepada orang lain.