Sabtu, 30 Juni 2018

NIKMATMU YANG MANA LAGI YANG DAPAT AKU DUSTAI


Salah satu Paket pesanan



Tahun  2018 merupakan momen penting dalam hidupku, karena menghentikan semua kegiatan yang berhubungan dengan kantor.  Terhitung    Januari 2018, aku resign dari kantor yang terakhir. Setahun sebelum pensiun tahun 2008,  aku  bekerja freelance  mengelola tabloid internal sebuah kantor. Tak terasa dua belas tahun aku bertahan di sana &  ingin berganti suasana, kebetulan  mantan bos menawarkan pekerjaan lain di perusahaannya. Tapi sayang seribu sayang, ternyata janji itu tidak terwujud. Yaa..aku ambil positifnya saja, mungkin memang bukan rejekiku.  

Mulailah aku merancang kegiatan untuk mengisi waktu, menulis terus bahkan  buku solo ku yang telah beberapa kali ditolak akhirnya terbit. Hanya dalam waktu seminggu, aku mendapat kabar kalau draft bukuku akan diterbitkan.  Alhamdulillah…jadi teringat perkataan seorang teman, sabar aja kalau sudah ada jodohnya  in shaa Allah. Harapanku buku tersebut dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Keluarga kecilku bersama anak & menantu
Seseorang akan bingung, begitu pun aku selepas pension ini. Kebayangkan  penghasilan mendadak terhenti, memang ini bukan pertama kali aku pension.  Aku & suami setelah pension harus mengelola uang pesangon dengan cermat agar dapat digunakan sampai rohani lepas dari badan. Sementara tidak terpikir akan bergantung kepada anak-anak di masa tua. Alhamdulillah…aku mendirikan kontrakan petakkan yang hasilnya digunakan untuk menyambung hidup sehari-hari. Memang aku sudah tidak mengeluarkan dana untuk biaya pendidikan anak-anak lagi, si Kk sudah berkeluarga & si Ade sudah bekerja. Malu rasanya menerima pemberian anak-anak setiap bulan, alhamdulillah mereka tanpa pernah diminta setiap bulan memberi uang  buat mama/papanya, katanya buat jajan. Sementara biaya listrik & internet dibayar anak-anak. 

Aku sangat bersyukur  Allah memberikan  anak-anak yang luar biasa, tapi semua itu perlu kita didik. Memang tidak mudah mendidik anak agar dapat dewasa secara mental  & finansial, karena anak butuh role model dari orangtuanya. Aku percaya semua kejadian itu ada sebab dan akan menimbulkan akibat, jadi  berpikir & berhati-hati dalam bertindak sangat diperlukan.

Di ramadhan ini aku diajak seorang keponakan untuk mengais rejeki dengan berjualan kue kering, yang ternyata telah lumayan banyak pesanan paket untuk corporate. Kita joint antara keponakan, aku dan seorang kakak. Kami berbagi tugas dan modal dipikul aku & keponakan, sementara  peralatan  kue dimiliki kakak. Marketing di pegang keponakan, Keuangan tanggungjawab aku, sementara kakakku memegang urusan produksi. Kita mulai menyusun rencana dan hunting bahan-bahan kue & mencari perbandingan harga.  Akhirnya 2 minggu sebelum memasuki bulan Ramadhan, kita sudah curi star karena 2 minggu sebelum hari raya semua harus sudah selesai produksi & close order. 

Waktu kerja dimulai jam 08.00 s/d 16.00, sementara jumat & sabtu libur. Karena hari jumat aku ada kegiatan “Jumat Berbagi” bersama tetangga, sabtu libur. Sabtu biasanya aku berkumpul bersama anak & menantu untuk buka bersama di rumah atau keluar.  Waktu begitu ketat berjalan, waktu istirahat menjadi sangat mahal. Namun aku tetap bertekat ibadah tidak boleh kurang, alhamdulillah khatam & tarawih serta sholat berjamaah tetap bisa  aku jalani sampai akhir ramadhan.

Paket pesanan lainnya
Ramadhan kali ini memberikan pelajaran yang luar biasa, aku salut kepada para perempuan & ibu yang selama ini menjalani bisnis kue kering ini. Aku salut & angkat topi kepada kalian!  Pekerjaan ini sangat berat menurut aku, ini kerja keras yang membutuhkan fisik prima. Namun aku ga boleh mengeluh, karena tetangga sebelah rumah seorang diri membuat kue kering sebanyak 100 lusin sendirian…sendirian loh.  Aku yang hanya membuat 40 lusin & bertiga pula, malu lah kalau mengeluh. Anak-anak sebenarnya tidak setuju, tapi selalu aku jawab: “Mama lagi cari THR, Nak”

Memang setiap tahun aku bukan diam berpangkutangan, karena mau ga mau harus melayani pelanggan yang telah mengetahui rasa manisan kolang-kaling buatanku.  Membuat  manisan kolang-kaling hanya berat saat harus memilih kolang-kaling satu persatu dari sang penjual dan membersihkannya, tapi setelah dibuat kita hanya perlu mehangatkan selama 5-7 hari, sebelum manisan jadi. Tahun ini aku hanya menerima 60 kg pesanan aja, karena waktu lainnya habis untuk mengerjakan kue kering.

Manisan kolang-kaling
Waktuku benar-benar ga tersisa & urusan tulis menulis praktis terhenti selama Ramadhan, karena ga sempat buka laptop. Bahkan pegang HP aja hanya untuk yang penting. Jangan ditanya lelahnya badan & seluruh tubuh  rasanya sakit semua. Aku  pikir, betapa hebatnya para ibu dan perempuan yang menggeluti bisnis ini. Sangat hebat malah! Tenaga terkuras habis, atau ini hanya karena aku baru pertama menggeluti bisnis ini dan terjun membuat kue itu sendiri. Ruaaaar biyasah pokoknya.

Hal yang membuat aku tersengat kaget, saat semua kegiatan telah selesai & menghitung hasil yang di dapat.  Memang keuntungan 100 % lebih dari modal, tapi menurutku hal itu ga sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan. Bukan tidak bersyukur, tapi membandingkan yang aku dapatkan apabila bekerja di kantor bisa 5 X lebih besar & badan ga rekoso.  Yaa…Allah, ini pengalaman luar biasa bagiku.

Aku ga melayani pesanan tambahan kolang-kaling dari pelanggan, karena ga ada waktu lagi. Sementara Idul Fitri tahun ini, merupakan giliran diadakan  dirumahku dari keluargaku. Kebayangkan persiapan yang harus aku lakukan, memang ga semua menu aku yang buat tapi dibagi ke keluarga yang lain. Tapi tetap aja rempong, aku 11  bersaudara ditambah keponakan dan cucu-cucu kurleb berjumlah 70 orang…..hehehe.

sedikit adik, keponakan & cucu2
Sementara keluarga dari pihak suami selalu berkumpul dirumah, karena suamilah saat ini anak yang tertua. Jadi hari kedua rumahkuu dipadati oleh keluarga suami & hari ketiga masih ada keluarga suami yang datang. Hari ke empat aku tepaaar, ga bisa bangun sampai harus memanggil tukang urut. Tapi aku bahagia, semua hidangan ludes & yang tersisa dibawa  pulang…hahaha…

Sumpah inilah Ramadhan & Idul Fitri paling berkesan dan terindah sepanjang hidupku, karena aku dapat belajar betapa hebatnya para perempuan yang bergelut pada bisnis kue kering. Juga kebahagiaan   makin lengkap, ketika  adik-adik suami datang dari Madura & berlebaran di rumah. Yaa…Allah….nikmatMu yang mana lagi yang dapat aku dustai.