Senin, 31 Mei 2021

UDANG KEJU PANGGANG

Udang Keju Panggang

 


Salah Satu menu kesukaan anak-anak adalah  “Udang Keju Panggang”  yang sering aku buat. Sebenarnya resep tersebut  aku dapat dari si bungsu yang dikirim via japri ke ig ku, depan pesan: “Mama buatin seperti ini.” 

Udang merupakan salah satu makanan kesukaan anak-anak, setiap anak jatahnya ½ kg udang.  Biasanya aku mengolah udang menjadi udang goreng tepung, udang saos padang, udang asam manis, udang saos tiram dan udang balado. Kali ini boleh lah dicoba, buatnya tidak terlalu sulit dan bahan lainnya tersedia juga.

Pertama dicoba, anak-anak suka banget dan seminggu sekali harus tersedia di meja. Apalagi kalau akhir minggu si Kakak akan menginap di rumah, pasti pesan dibuatkan menu tersebut. Tapi sudah tidak cukup dengan 1 kg udang, karena istrinya kakak juga suka. 


 

Pada puasa yang lalu, seperti biasa aku menanyakan ke Kakak dan istrinya. Nanti sore mau dibuatkan apa untuk lauk buka puasa, karena si juragan minta goreng ikan bawal dengan sambal kecap. “ya sudah sama saja dengan Papa,” jawab Kakak dan istrinya. Berhubung Ade ngga suka ikan bawal, aku tawarkan udang.

“Untuk buka udang keju panggang dan sahurnya udang goreng tepung, Ma.” Pesannya sebelum berangkat ke kantor. Udang ½ kg aku bagi dua, ¼ untuk dibuat goreng tepung dan sisanya udang keju panggang.

Saat berbuka puasa, kita hanya berempat, karena si kakak belum pulang kantor. Ade tidak menghabiskan udangnya, masih tersisa sepuluh ekor dan tidak ada yang memakan. Setelah itu ada kejadian lucu yang membuat kita tertawa. Saat si kakak pulang, kita sedang bermain dengan si kecil sambil mengobrol.

Istri si kakak menidurkan anaknya dan aku bersiap untuk salat taraweh. Kakak sempat bertanya, apakah udangnya boleh dimakan?.  Aku mengangguk, karena sahur Ade minta udang goreng tepung. Habislah sisa udang tersebut oleh kakak.

Sepulang taraweh, istri kakak yang ketiduran saat menina bobokan si kecil menanyakan sisa udang tersebut.  “Sudah abis dimakan kakak,” dengan raut wajah kesal dia  kembali ke kamar.  Dia protes sama kakak karena sudah menghabiskan udang.

“Tadi waktu buka kenapa ngga dimakan? Tanyaku.

“Aku sudah kenyang dan rencananya abis isya baru mau dimakan”

Pecahlah tawa ku dan yang lain.

“Ya..sudah nanti mama bikini lagi.”


 

Memang biasanya menu tersebut menjadi rebutan anak dan menantu. Padahal kalau buat biasanya sudah aku pisah di tiga tempat, masing-masing ½ kg perorang. Mereka kalau makan udang tersebut sambil mengobrol, karena makannya setelah selesai makan nasi dengan lauk lain. Udang keju panggan merupakan menu kesukaan anak dan menantu disamping rajungan saos padang atau sop iga.

Biar tidak ada keributan kembali, aku buat kembali udang keju panggangnya di hari sabtu.   Jadi semua ada di rumah dan bisa langsung makan bersama. Bahan-bahan yang diperlukan, sebagai berikut:

1,5 kg udang cukup besar

30 siung bawang putih

3-4 sendok makan mentega

30 grm keju diparut

½ sdt lada bubuk

½ sdt royko/kaldu bubuk

Garam

½ jeruk nipis.

Sambal Bangkok atau saos sambal.

Cara membuat:

Bersihkan udang, buang kumis dan kotoran di kepala. Biarkan kulitnya dan belah punggung udang, lalu beri garam dan perasan jeruk nipis. Diamkan selama 15 menit, lalu cuci bersih.

Bahan isi: cincang bawang putih, letakan di mangkuk dan campur dengan mentega, keju, lada dan royko. Lalu aduk rata.

Isi punggung udang dengan bahan isi sampai habis, lalu susun di happy call atau loyang bila menggunakan oven. Panggang selama 10-15 menit, lalu angkat dan siap dihidangkan dengan cocolan sambal Bangkok atau saos sambal.

Artikel ini dibuat untuk memenuhi tantangan Pasukan Blogger Joeragan Artikel bulan (Mei) 2021, tema “Resep Masakan”

 

 

 

 

Minggu, 30 Mei 2021

Kebangkitan Dunia Literasi Di Era Digital

 

 

Kebangkitan Dunia Literasi di Era Digital, sangat dibutuhkan pada saat ini. Masyarakat semakin haus akan informasi yang dapat diakses dengan mudah dan cepat. Namun tetap diperlukan edukasi dalam mengelola informasi yang didapat, agar tidak salah tafsir dan bermanfaat.

Memaknai Hari Kebangkitan Nasional tahun ini, Pemerintah muncurkan “Program  Literasi Digital Nasional pada tanggal 20 Mei 2021.  Program ini tentu dimaksudkan untuk memberikan harapan baik bagi masyarakat, untuk  menjadi peluang dan sekaligus juga tantangan.

Program Literasi Digital Nasional ini, diharapkan  dapat menjadi tonggak bagi kebangkitan literasi digital di Negara ini. Kebangkitan dunia literasi ini diharapkan dapat mewujudkan masyarakat digital yang menjunjung tinggi etika di dalam melakukan komunikasi secara digital. Bahkan Pemerintah menargetkan 100 juta masyarakat Indonesia cakap digital  dan setiap tahun, ditargetkan sebanyak 12,4 juta orang mengikuti pelatihan program Literasi Digital Nasional.

Apa sih Literasi itu?

Menurut Wikipedia,  literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung, dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.

Begitu pentingnya Literasi yang memiliki  tujuan:

1.  Meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan cara membaca berbagai informasi bermanfaat dan diperlukan.

2. Membantu masyarakat meningkatkan  pemahaman seseorang dalam mengambil kesimpulan dari sebuah informasi.

3.    Dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk memberikan penilaian kritis terhadap suatu informasi.

4. Dapat meningkatkan pengetahuan dan membiasakan seseorang melalui kegiatan membaca dan menulis.

Tentunya masyarakat juga akan mendapatkan berbagai manfaat dari literasi, yaitu:

1.     Menambah perbendaharaan kata “kosa kata.”

2.  Mengoptimalkan kinerja otak karena sering digunakan untuk kegiatan membaca dan menulis.

3.   Mendapat berbagai wawasan dan informasi baru, sehingga kemampuan interpersonal masyarakat akan semakin baik.

4.    Kemampuan memahami makna  suatu informasi akan semakin meningkat, sehinga  juga kemampuan analisis dan berpikir masyarakat.  

Dengan kebangkitan literasi digital diharapkan  semua masyarakat cakap digital. Cakap digital berarti dapat menggunakan teknologi dengan baik dan bijak, untuk sesuatu yang positif.

Mengapa Literasi Media Begitu Penting?

Mudahnya mengakses internet pada sebagian masyarakat melalui media, maka kita mengenal Literasi Media. Menurut Mba Reffi, pengertian Literasi Media adalah kemampuan dalam mengetahui dan memahami berbagai bentuk media “media elektronik, media cetak dan lain-lain” dan memahami cara penggunaan setiap media tersebut.

 Di era revolusi industri saat ini ditandai dengan banjirnya informasi. Hanya dalam sekejap puluhan, ratusan, bahkan ribuan informasi masuk dan dapat diakses masyarakat yang membutuhkan.  Begitu pentingnya literasi media bagi masyarakat  agar dapat berpikir kritis, logis dan  kreatif.

Sayangnya setiap informasi yang masuk tidak ada keterangan  yang menjelaskan   informasi tersebut benar atau bohong. Faktanya, informasi yang masuk sering berupa hoaks.  Akibatnya, banyak orang yang termakan berita bohong tersebut, karena berita bohong yang disampaikan berulang-ulang  dapat berubah menjadi kebenaran.

Untuk menghadapi berita bohong agar tidak terpengaruh sudah tercantum dalam  Alquran surah al-Hujurat ayat (6) yang artinya sebagai berikut:  

“Hai orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa informasi, periksalah secara teliti. Dengan demikian, tidak terjadi musibah gara-gara berita bohong yang kamu tidak mengetahui berita yang sebenarnya. Kalau terjadi musibah karena berita bohong itu, niscaya kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Dengan maraknya informasi yang didapat masyarakat dari berbagai media, tentu hal tersebut akan menimbulkan dampak negative dan posotif. Untuk itu  pergunakanlah Kebangkitan Dunia Literasi Di Era Digital ini dengan baik dan bijak, agar dapat meminimalisir dampak negative yang timbul. 

 

 

 

Jumat, 28 Mei 2021

PELAJARAN SETELAH PANDEMI

 

Pelajaran Setelah  Pandemi

 

Paket sembako yg kita berikan

Banyak pelajaran setelah pandemi yang dapat dipetik, antara lain kebersamaan antar warga makin erat, sifat gotong royong terbangun dengan baik dan empati makin terbentuk dengan sempurna dilingkungan tempat tinggal.  Sementara dalam lingkungan keluarga kesempatan berkumpul dengan anak-anak  lebih banyak dan bahagia bisa selalu bersama.

Sebagai pengurus RT dan juga anggota Gugus covid sedikit lebih sibuk dari biasanya, karena harus memantau warganya. Rapat dan briefing dari Lurah tentang penanganan covid 19 jika ada warga yang terpapar, secara rutin dilakukan. Walau aku berharap tidak ada warga yang terpapar, tapi pengurus RT rutin memantau warga.

Instruksi untuk pernyiapkan sarana cuci tangan, himbauan agar warga menggunakan masker jika keluar rumah dan tetap di rumah. Namun ketika ada warga yang terdampak, pengurus RT, Lurah dan tenaga medis dari puskesmas langsung membantu sesuai SOP. Kami menyiapkan segala keperluan keluarga tersebut, mulai dari konsumsi sehari-hari dan vitamin yang dibutuhkan.

Penyemprotan dirumah yg terpapar & lingkungan

 

Aku sempat tersentak melihat warga yang lain membantu dengan  memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Setiap ada warga yang terpapar, tanpa diminta  mereka langsung membantu. Luar biasa, rasa kebersamaan itu membuat kami pengurus RT bahagia dan alhamdulillah makin erat terjadi.

Dampak kondisi ini ternyata makin parah, satu persatu warga tumbang dalam mencari nafkah. Ojeg & taksi online mandek, beberapa perusahaan kecil gulung tikar. Bahkan PRT juga dipaksa berhenti oleh majikannya karena tidak mampu membayar gajinya.

Kebersamaan dan empati warga yang lain dengan bergotong royong menyiapkan paket sembako untuk keperluan mereka. Kami bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari 23 warga yang mengalami dampak tersebut. Juga bantuan kepada anak-anak yang harus belajar dari rumah, tapi tidak memilik telepon genggam dan jaringan internet.  Warga lain yang memiliki telepon genggam lebih dari satu dengan iklas meminjamkan. Secara rutin warga yang tidak terdampak menjadi donator untuk membantu sesama.

Hal tersebut terjadi karena bantuan pemerintah tidak pernah sampai ke mereka. Hanya beras yang kurang layak yang diberikan dari kelurahan, itu pun jumlahnya sangat kecil. Pengurus RT telah melakukan pendataan bagi warga yang terdampak, sesuai intruksi kelurahan, tapi sayang hal itutidak pernah terealisasi sampai detik ini. Aku bersyukur warga yang tidak terdampak rutin membantu sebagai donatur. Ini pelajaran sangat berharga bagi aku selaku pengurus RT, bahwa petugas di kelurahan itu masih bekerja seenaknya. 


 

Aku jadi mengetahui bagaimana kualitas pegawai kelurahan dan kecamatan. Mereka seakan tidak memikirkan orang lain dan tidak  ada tanggungjawab pada tugas. Kami memberikan pemahaman  kepada warga yang berdampak  tentang bantuan  langsung tunai dari pemerintah. Tidak usah berharap dan  kami pengurus RT  dengan sekuat tenaga akan  berusaha memenuhi  kebutuhan mereka, apalagi itu bulan ramadhan.  Seminggu sekali kami memberikan sembako yang in shaa Allah cukup untuk satu minggu. Alhamdulillah bantuan donatur mengalir deras, sehingga dapat berbagai kepada warga sekitar yang membutuhkan.

Sore itu berbagi kepada warga sekitar dan disalah satu keluarga membuat aku terisak. Kata pertama yang keluar dari keluarga tersebut  adalah: “ Yaa Allah…..Ibu,  kami hari ini belum tau mau berbuka dengan apa. Karena tidak memiliki makanan apapun dan ngga ada uang untuk  belanja.”  Berkali-kali beliau mengucapkan terima kasih. Aku segera pamit, karena sudah tidak kuat menahan air mata yang akan meloncat keluar. “Alhamdulillah…yaa…Allah, bantuan tersebut begitu bermanfaat.

Berbagi itu indah

Paket sembako masih  tersisa 3 lagi, aku akhirnya berjalan disekitar kembali  dan  kaki ini berhenti disebuah rumah sederhana karena melihat seorang ibu sedang memegang piring berisi nasi dan di depannya ada empat  piring kosong. Nasi tersebut akan dibagi lima saat berbuka nanti.   Aku meminta ibu tersebut untuk memasak nasi lagi dari beras yang aku bawa. Sementara aku membantu mendadar telur untuk lauk. 

“Yaa…Allah, lindungan mereka dan beri aku kekuatan agar dapat berbagi kepada yang membutuhkan. Aaamiin Yra.”

 

 Yaa….Allah ringankanlah terus langkah hamba, walau hanya sedikit paling tidak dapat menolong untuk hari-hari berikutnya.”   Berbagi kepada sesama baik dalam kondisi luas maupun sempit  lebih sering lagi, merupakan pelajaran yang aku dapat setelah pandemi ini.

 

 

Rabu, 26 Mei 2021

Pengalaman Memaafkan

 

                                                Pengalaman Memaafkan

 


 

Memaafkan memang mudah diucapkan tetapi sangat sulit dilakukan.  Padahal  memaafkan mampu menambah kemuliaan seseorang, sebagaimana diriwayatkan dalam  Hadish Muslim No. 2588: “ Apabila seseorang  memaafkan, maka Allah akan memuliakannya, dan ini telah dikabarkan Rasulullah SAW. Beliau bersabda, “Tidaklah seseorang memaafkan kecuali Allah akan menambah kemuliaannya.”

Namun hatiku masih merasakan sakitnya dibohongi berkali-kali, membuat ucapan permintaan maaf  adik iparnya  belum dapat diterima.  Kejadian itu terus saja membayang dipelupuk matanya setiap mengingat betapa uang pensiun yang diterima untuk biaya kuliah anak bungsunya raib ditangan adik iparnya.

Berawal dari permintaan tolong, adik ipar butuh biaya untuk anaknya sekolah dan menawarkan sapi peliharaanya untuk aku gantikan. Tidak tega dan berpikir tidak mungkin akan ditipu, aku pun membayar  seekor sapi limousine yang sangat besar dan sedang hamil seharga enam juta. Dengan janji akan merawat sapi tersebut dan dana perawatan akan aku kirim setiap bulan. Namun setelah berjalan  tiga   tahun, aku berniat menjual induk sapi yang ditaksir seharga tiga puluh juta untuk biaya si bungsu masuk kuliah. Namun apa yang terjadi diluar perkiraan, aku hanya diberi uang penjualan sapi seharga enam juta saja dengan alasan kondisi sapi yang sakit.

Namun saat kami pulang kampung, medapat cerita dari keluarga lainnya kalau induk sapi telah dijual adik ipar seharga  dua puluh juta. Setelah itu sapiku diganti dengan anak sapi yang baru gede, begitu kata sepupu yang tinggal tidak jauh dari rumah adik ipar. Aku makin meradang saat menanyakan kondisi anak sapi yang telah dilahirkan. Dengan enteng dijawabnya, bahwa anak sapi telah dijual ketika berumur satu tahun. Aku tidak banyak bertanya lagi dan menasehati agar tidak berbuat curang, karena semua perbuatan aka nada balasannya.

Kejadian berikutnya membuat aku tidak dapat memaafkannya dan bahkan melupakannya kalau dia adalah adik iparku. Pada suatu saat dia akan menikahkan anak pertamnya dan butuh biaya besar dan berniat menjual tanah warisan dari orang tuanya. Dia menawarkan tiga ratus meter persegi yang berlokasi tidak jauh dari rumahnya. Kita sama-sama melihat tanah tersebut dan aku setuju untuk membelinya setelah melihat surat tanahnya.

Namun ternyata dia menawarkan semua tanhanya seluas lima ratus meter persegi, aku pun setuju dan uang aku transfer. Sayangnya aku lupa meminta kwitansi pembeliannya dan saat aku minta, dia bilang tidak perlu.  Dia pernah mengabarkan kalau harga tanah ditawar  lima ratus ribu rupiah per meter persegi, karena akan dibangun stadion olahraga. Namun warga bertahan dengan harga satu juta per meter pesegi. Aku pun manut dan ternyata stadion tersebut telah berdiri dengan megah persis disamping kanan tanah milikku, sementara disebelah berdiri rumah sakit haji dan sebuah universitas.

Memaafkan itu Menyambung Tali Silaturahmi.

Bertahun-tahun itu berjalan dan aku berniat menjual tanah tersebut untuk  biaya  pernikahan anakku.  Aku tidak pasang harga, sudah satu juta per meter persegi dari ku. Tapi adik ipar terus berdalih macam-macam dan tidak mengakui pernah menjual tanahnya kepadaku. Aku kaget dan anakku yang kecil  yang kebetulan seorang pengacara akan membawa kasus ini ke pengadilan. Namun setelah aku pikir-pikir, tidak perlu melayani orang seperti ini.  Aku tunggu saja niat baiknya, tapi ternyata memang tidak punya niat baik.  Dia terus berkelit  mengatakan tidak pernah menjual tanah tapi pinjam uang.

Aku ikuti  saja dan terima  kalau dia akan kembalikan uang  sebagai bayar  hutang. Aku hanya mengatakan, “Ingat ya terima pengembalian uang ini, tapi kamu yakin mau bermain-main dengan urusan tanah?”

Dia tetap bertahan mengatakan tidak pernah menjual tanah dan tidak ada buktinya. Aku memang salah tidak meminta kwitansi pembeliannya saat itu. Aku melupakan begitu aja kejadian tersebut, walau sangat sulit. Anggap saja memang itu bukan rejekiku.

Setelah berjalan lima tahun, tiba-tiba adik ipar menghubungiku dan meminta maaf.  Aku masih belum percaya dia meminta maaf dan setelah aku cari info, ternyata tidak lama setelah kejadian tersebut dia banyak mengalami kejadian. Anak-anaknya satu persatu bercerai, adik ipar dan suaminya juga sakit-sakitan. Melihat kepedihan yang dia alami yang katanya  akibat perbuatannya kepadaku.

Memang tidak mudah memaafkan begitu saja, tapi melihat sendiri kondisi keluarganya membuat aku luluh dan ikhlas memaafkannya. Hal ini memperbaiki hubungan ku dengan adik ipar yang selama ini kurang baik. Aku juga mendapat pelajaran, bahwa setiap perbuatan akan kembali kepada diri kita sendiri. Perasaan yang paling indah adalah terjalinnya kembali silaturahmi dan membuat dada yang sesak selama ini, menjadi plong.