Berlatar belakang dari
berbagai alasan, kami dipertemukan disatu tempat yang tidak pernah di
duga, bahkan tidak direncanakan
sebelumnya. Kami terdampar di suatu perusahaan penerbangan di daerah
kemayoran dan kami terpilih dari ribuan pelamar yang ikut mengadu nasib.
Tahap demi tahap seleksi kami lalui dengan serius, apalagi aku
yang sama sekali ga pernah mimpi bisa ikut kecebur di tempat itu. Mungkin
itu yang disebut dengan takdir Allah.
Siapa tau ada sobat-sobitku yang punya cerita seperti aku, Karena aku sampai detik ini ga pernah dengar
cerita seperti itu dari teman-teman seperjuangan.
Akhirnya setelah melalui tes kesehatan, horeeee….kami
dinyatakan lulus dan diterima sebagai
calon siswa pramugari/pramugara. Awal kita bertemu di kelas dengan jumlah 30
orang, 4 orang laki-laki dan 26 orang perempuan hasil perekrutan dari Jakarta 19 orang dan 11 dari
Surabaya. Saat itu usia kami berkisar antara 18-20 tahun, masih sangat belia.
Mungkin hampir sebagian besar dari kami tidak mengetahui
dunia yang akan digeluti ini. Dunia
penerbangan, yang pada tahun delapan puluhan masih sangat-sangat ekslusif dan
lumayan dipandang masyarakat. Airport pun masih di kemayoran.
Kami sebagai siswa calon pramugari/pramugara akan mendapatkan
training selama 6 bulan, yang terbagi dalam 2 tahap training, yaitu 3 bulan
pertama mengikuti “Ground Course” atau
teori dan 3 bulan berikutnya tahap flight trainning. Pelajaran yang memakan
waktu terbanyak adalah flight safety (keselamatan Penerbangan), kurang lebih
80%. Sisa ada bahasa inggris, service,
regulation, Aviation madicine, announcement, handling, Atittute dan lain
sebagainya. Untuk dapat lulus pada ground course ini, nilai evaluasi harus tinggi. Terlebih untuk pelajaran
flight safety minimal nilai harus 80.
Ga bisa berenang ga masalah, yang penting belajar bagaimana bisa menolong orang keadaan darurat.
Kami tergabung dalam angkatan sebelas dengan anggotanya: Hadi
Yohana, Arna DH, Sulistiowati, Wahyu, Hera, Sri Ningsih, Hari Widayati, Anita
Widayati, Hesti N, Sri Suwarsih, Jeane Elisabert, Tita Damayanti, Tringgarto,
Djoko, Satmoko Edy, Hurip, Tati H, Cjandri, Nurfadila, Ani Lukita, Ari
Loesiana, Agustina, Johar Manik, Mujiyeni, Titiek, Yusnahningsih, Alit Kartini, Ria Panggabean,
Detty Heru, Astri ( Mudah-mudahan tidak ada yang terlewat namanya). Tawa canda,
ejekan dan kejailan adalah bumbu sehari-hari dalam mengikuti pelajaran. Hal itu
yang membuat kami makin rekat bersahabat.
Ini yang dipelajari pada flight safety, bagaimana keluar dari pesawat dalam keadaan darurat.
Alhamdulilah kami dapat melewati ground course dengan baik,
tinggal satu langkah lagi untuk dinobatkan menjadi seorang pramugari/pramugara
udara. Flight trainning adalah tiket terakhirnya, namun untuk menjalani flight
trainning membuat panas dingin bila mengingatnya. Anak baru istilahnya akan
dibully, apalagi masih siswa!.
Sebenarnya flight trainning adalah waktunya mempraktekan apa
yang telah dipelajari di ground course, tapi bila mengetahui akan di cek oleh
purser (checkernya) yang killer, tentu membuat kita kecil hati. Dimarahi,
dibentak dan di suruh yang aneh-aneh adalah sebuah bentuk bully yang diterima
warga baru. Yaaa….namanya juga warga baru, hanya bisa pasrah dan ada juga yang sampai menangis. Untuk menghibur diri agar tidak menjadi
bulan-bulan para senior ya persiapkan diri dengan baik, rajin dan kuasai apa
yang telah dipelajari.
Senang mendengar bisa lolos melalui pendidikan ini, tapi
sedih berpisah dengan teman-teman yang harus gugur. Enam perempuan dan satu
laki-laki harus keluar, karena tidak lulus pada tahap flight trainning. Tiba
saatnya pelantikan sebagai pramugari/pramugara, dengan ikatan dinas selama 3
tahun. Selama ikatan dinas tidak diperbolehkan menikah, apabila melanggar maka
harus membayar ganti rugi pendidikan.
Apabila keluar sebelum masa ikatan dinas berakhir, maka akan dikenakan
biaya ganti rugi pendidikan. Hal ini diberlakukan, karena besarnya biaya trainning
untuk menjadi seorang pramugari/pramugara. Setelah masa ikatan dinas berakhir,
seorang pramugari telah diijinkan menikah tapi apabila masih tugas terbang,
tidak diperbolehkan hamil.
Ini wajah-wajah 24 orang siswa yang telah resmi dilantik menjadi Pramugari/Pramugara
Pada bulan Mei 1981
kami resmi diangkat sebagai pramugari/pramugara, kami akan menerima
schedule terbang pertama kali. Schedule kita terima seminggu sekali. Untuk
teman-teman yang dari Surabaya mendapatkan home base disana, sementara yang
laki-laki menuju home basenya di Papua. Kesibukan kita terbang membuat jarang
bertemu teman-teman satu angkatan, kadang sulit dapat terbang bersama.
Dua course kami menjadi model kalender Perusahaan tahun 84 & menjadi cover tabloid Perusahaan. Pada tahun 2012 foto course kami menjadi salah satu pengisi lembar kalender perusahaan.
Waktu berjalan begitu cepat, tiga tahun masa ikatan dinas
terlampaui. Ada yang menikah dan langsung berhenti, ada yang terus melaksanakan
terbang dan ada pula yang abadi terbang terutama bagi yang laki-laki. Tapi
sebagian besar menghilang setelah menikah, ada beberapa yang menyambung
bertugas di darat (dikantor).
Pada reuni akbar mantan awak kabin perusahaan, ini course kami yang hadir
Pertemuan dalam reuni yang diadakan ikatan awak pesawat perusahaan
membuat kami dapat berhubungan kembali secara intens. Ngobrol di dunia maya, di
group WA atau BB sampai kopdar kami lakukan ketika ada kesempatan. Walau tidak
semua dapat hadir tapi cukup membuat rajutan silaturahmi kami sedikit demi
sedikit mulai terangkai. Heboh dan
ngalor ngidul ngobrol saat ada yang menikahkan anak. Rajutan ini
terus menguat dengan terus bergabungnya teman-teman yang ada di Surabaya. Kami
masih belum dapat kontak dua cowok yang tersisa, dimanakah dikau Edy &
Anto?
Semoga rekatnya rajutan silaturahmi ini membawa berkah dan
kebaikan bagi kami semua dan tetap dapat menjaganya sampai usai usia kami nanti.
Disalah satu menghadiri pernikahan anak teman kami Titiek AjawailaIni dipesta pernikahan anak rekan kami Astri
Pertemuan terakhir kami di ruumah Cjandri pada tgl 22 Desember yang lalu.