Sabtu, 07 Oktober 2017

FUTURE-PRESENT-PAST


Bagaimana kita di masa depan?  jawabannya masih misteri, walau apapun yang telah Eamk rencanakan. Tanya kenapa? Karena hanya Allah segala penentu rencana kita.




Menyiapkan masa depan bagi sebuah rumah tangga merupakan suatu keharusan.  Diawali dengan membangun rumah tangga dari nol  dan berusaha menata  kemandirian  dan bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari.  Syukur-syukur masih bisa menabung,  karena akan hadir anak-anak yang akan menjadi tanggungjawab orangtua. 

Setiap orangtua berusaha bagaimana memenuhi semua kebutuhan rumah tangga dan bisa menabung buat masa depan anak-anaknya. Semua untuk anak, itulah tekad setiap orangtua. Begitu sayangnya setiap orangtua kepada anak, sampai lupa memikirkan dirinya sendiri.  Memang  menyiapkan masa depan anak-anak adalah tannggungjawab orangtua, sampai anak-anak bisa mandiri.  Namun  orangtua  juga harus mempersiapkan  masa tuanya.  

Apakah ibu & bapak mau hidup menumpang dengan anak di masa tua nanti?

Saya yakin semua orangtua  akan koor menjawab, TIDAK!.  tidak ada yang mau menumpang dengan anak di masa tua, kecuali terpaksa. Terpaksa itu  berbagai macam alasannya, seperti tidak memiliki penghasilan lagi, sakit dan lainnya. Untuk itu Maaaak….persiapkan juga masa depan buat diri sendiri. Syukur-syukur bagi yang mempunyai uang pensiun sampai akhir hayat, walau tidak seberapa namun cukup untuk menyambung napas. Tapi kalau tidak ada mau dari mana biaya hidup kita sehari-hari? Minta dari anak, ya kalau  hidup anak mencukupi, kalau tidak. Tidak sedikit  orangtua yang tetap bekerja diusia senja, untuk sekedar menyambung hidup.  Lalu bagaimana kalau sakit? Apakah  Emak punya  asuransi kesehatan?. Itu kalau anak-anak sudah selesai pendidikannya & telah menikah, kalau masih kuliah bahkan ada yang masih sekolah. Tentu orangtua tetap harus bekerja, bukan?.

Untuk menjawab semua itu, sebaiknya Emak juga mempersiapkan diri untuk masa tua dengan cara:

1.   Menabung, menyisihkan berapa persen untuk kehidupan masa tua atau ikut program pensiun. Ada beberapa bank yang memberikan fasilitas ini, terutama bagi pasangan yang tidak memiliki uang pensiun bulanan setelah waktu purna bakti terjadi. Namun yang punya pun dapat mengikuti program ini. Besar kecil iuran setiap bulannya tergantung dari usia dan keinginan masing-masing peserta, nanti bank akan membantu mencarikan yang paling sesuai dengan kantong & kebutuhan Emak.

2.       Emak juga bisa ikut asuransi masa tua, program ini bisa bayar bulanan sampai 5-10 tahun, setelah itu biarkan uang Emak berkembang sampai saatnya jatuh tempo untuk dicairkan. Jangan lupa Emak juga bisa mengikuti asuransi pendidikan bagi anak-anak, yang besarannya bisa disesuaikan dengan kemampuan.

3.    Menyimpan logam mulia, bisa perupa perhiasan maupun emas batangan. Jangan takut dulu ya, emas batangan ini ada yang beratnya hanya 1 gr kok. Kalau perhiasan jika disimpan dalam jangka waktu lama, cukup menguntungkan. Namun bila dalam waktu dekat, sebaiknya menyimpan emas batangan, karena harga jualnya tidak terlalu rugi.

4.     Buka usaha atau bisnis kecil-kecilan. Untuk usaha sebaiknya dijalani lima tahun sebelum waktu pensiun tiba, akan lebih baik kalau dirintis sejak muda. Sehingga waktu tiba masa pensiun, bisnis ini sudah berjalan mulus dan menghasilkan.

Kita tidak pernah tau sampai kapan usia kita. Rencana memang telah disiapkan, tapi jangan lupa kita hanya dapat berencana. Penentu rencana Emak hanya Allah. Apakah rencana kita akan berjalan sesuai rencana kita, atau tiba-tiba perusahaan tempat kita bekerja tutup dan terkena PHK. Belum rencana anak-anak, apakah mereka tepat menyelesaikan pendidikannya atau molor waktunya. Jadi buat rencana A,B atau C  untuk mengcover bila rencana A, gagal dan seterusnya.

Emak boleh biilang, “rejeki Allah yang atur” tapi perlu diingat, bahwa rejeki itu tetap harus dicari dan diusahakan.  Andai Emak mengandalkan bantuan dari anak, Alhamdulillah kalau anak-anak mengerti dan mau mengurus orangtuanya saat mereka telah mandiri. Yang perlu diingat Mak, mungkin anak kita melakukan itu tapi bagaimana dengan menantu kita. Apakah rela berbagai dengan mertuanya? Hal ini perlu dipikirkan juga. Walau kita telah mendidik anak-anak dengan baik, tapi pasangannya akan menarik lebih kuat anak-anak kita.  Hal ini bukan untuk menakut-nakuti, tapi Emak tetap perlu memikirkan sampai ke sana.Kita sebagai orangtua tentu saja tidak mau berkonfrontasi dengan anak-anak. Jadi sebaiknya siapkan itu dengan baik.

Semua ini pernah saya alami, rencana A gagal karena perusahaan bangkrut walau suami masih tetap bekerja. Sementara anak-anak masih kuliah semua, Alhamdulillah uang pesangon dapat saya simpan untuk keperluan anak-anak & saya dapat kerja kembali. Namun saya harus berhenti kerja karena kesehatan dan setelah suami pensiun putus, uangnya saya jadikan usaha kontrakan. Hal ini saya lakukan agar setiap bulan ada uang masuk untuk biaya hidup sehari-hari. 

Lalu siapa yang menolong pada saat butuh uang untk biaya kuliah anak-anak? Simpanan perhiasan saya, yang membuat  terkejut. Bayangkan perhiasan yang saya beli seharga Rp300.000,- saat saya butuh ternyata laku  Rp9 juta. Akhirnya, bila perlu untuk bayar kos anak perhiasan tersebut saya lego satu-per satu.

Saya juga punya beberapa asuransi dan saat jatuh tempo, bertepatan waktunya dengan kebutuhan yang harus dipenuhi. Sampai saat si kakak mengatakan ingin menikah, asuransi tersebut cair disaat saya butuhkan. Walau biaya pernikahan semua ditanggung si kk dan pasangannya, saya hanya mengeluarkan untuk biaya pengajian dan lainnya.

 Malah asuransi pendidikan si kakak bisa saya belikan sebuah rumah untuknya. Itu merupakan suatu keuntungan luar biasa. Ceritanya saya ikut asuransi pendidikan si kakak dalam bentuk dollar, tapi saat itu terjadi reformasi(kerusuhan thn 1998) yang harga kurs melambung sampaiRp15.500/dollar. Sementara saya harus membayar US$ 600 pada saat dollar begitu tinggi, tentu ga sanggup saya bayar & akhirnya minta dicairkanl saja.  Hasilnya taraaa…..kebeli sebuah rumah dengan luas tanah 152M2.
Jatuh bangun di masa tua adalah hal yang paling menyedihkan dan menyakitkan. Apalagi jika kita sampai sakit, Alhamdulillah  saya dapat melalui itu berkat sebuah hobby & kemampuan manajerial yang  cukup handal, bisa memberikan lembaran rupiah. Tapi apakah Emak akan seperti itu?

Dulu ibu saya membuat aturan, bahhwa setiap anak yang telah menikah harus hidup terpisah. Kalau belum punya rumah, ibu akan mengotrakan sebuah rumah. Bukan kejam, tapi agar kalian merasakan bagaimana mengurus suami/ istri dan rumah tangga. Becermin dari hal itu, aku sampai berniatkalau sudah bekerja akan membeli rumah. Supaya tidak merepotkan ibu untuk mengotrakkan rumah, Alhamdulillah niat itu terwujud, walau beli dengan cara dicicil. Untuk itu anak-anak ku didik untuk bisa memiliki rumah sebelum menikah, walau anak laki-lakiku aku siapkan rumah hasil dari asuransi pendidikannya yang tidak ku pakai. Pada kenyataannya, dia dapat membeli rumah sebelum akad nikah berlangsung. Pendidikan yang diajakan ibu, aku pergunakan untuk mendidik anak-anakku. Didik dan latihlah anak-anak untuk hidup mandiri dini mungkin, tapi ingat mencontohkan hidup mandiri jauh lebih mudah terekam dari pada hanya  berteori. Selamat berjuang Mak…semoga tulisan ini bermanfaat dan bisa menginspirasi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar