Jariku sedang asyik
berselancar di atas keyboard lappy saat si kakak pulang kerja. Dia duduk
disebelahku sambil melepaskan sepatu dan mengatakan, “Aku tahun depan mau
nikah, Ma”
Aku bagai tersengat aliran
listrik ribuan watt dan berusaha tenang dan menjawab, “O ya, bukan rencanamu
dua tahun lagi? Pertanyaanku dijawab hanya dengan senyuman. Bukan bermaksud
menghalangi keinginannya, tapi aku belum siap dana. Saat aku utarakan hal itu
kakak hanya menjawab, “Mama doain aja yang terbaik buatku dan nggak usah
mikirin dana, aku sudah siapkan”
Enam bulan lagi dan itu bukan waktu yang lama. Berpikir
positif dan berdoa adalah yang terbaik yang bisa aku lakukan saat itu. Akhirnya semua berjalan lancar sampai hari
yang ditentukan dan anak-anak mengurus
semua, aku hanya terima beres. Alhamdulillah.
Aku mencoba flashback tentang si
kakak, sejak kecil tidak pernah merepotkan. Dia sebenarnya anak ke duaku, tapi
karena anak pertama telah diambil yang kuasa setelah menanti tiga tahun lamanya.
Maka kakak hadir merupakan anugrah terindah yang pernah ada bagi keluarga
kecilku. Dalam pelajaran juga berjalan cukup baik, bahkan sebelum selesai
kuliah dia telah bekerja.
Dalam mendidik, anak
aku bersama suami melakukannya bersama dan bukan hanya melalui ucapan, tapi dibarengi dengan contoh
langsung. Karena anak-anak adalah pencontoh terbaik dan langsung paham
apa yang kita maksud. Saat masih kecil sampai remaja, anak akan mengikuti apa yang
kita sampaikan. Aku mempunyai keyakinan, bahwa anak lebih mudah merekam tingkah
laku dari pada ucapan atau nasehat dari
orangtuanya.
Namun
ketika dewasa anak dengan sendirinya mengaplikasikan ucapan dan contoh yang didapat
dari orangtuanya. Sebagai orangtua kita akan melihat hasil dari apa yang kita
ajarkan kepada anak-anak. Aku juga sering kali menceritakan bagaimana dalam
mengejar cita-cita atau keinginanku, hal ini sebagai acuan untuk anak ke
depan.
Kita
akan terkejut senang kalau yang dilakukan itu benar diaplikasikan dan akan
tersenyum kecut karena tidak seperti yang diharapkan. Tapi jangan bersedih dulu, hal itu masih bisa diperbaiki
dengan bimbingan dan nasehat.
Aku
tidak pernah meminta kakak untuk memberikan nomor telepon teman-temannya, aku
hanya berpesan kalau akan main sepulang sekolah atau ada kegiatan lain, jangan
lupa memberi kabar. Kebetulan waktu dia SMP telah ada hp dan aku membekalinya
untuk alat komunikasi, agar aku tau apa yang dikerjakan dan dimana. Kakak
dengan kemauan sendiri memberikan beberapa nomor telepon rumah dan hp teman-teman
yang biasa bersamanya. “Catat ya Ma, kalau aku ga bisa di telepon, Mama hubungi
nomor-nomor ini ya” tulis pesan singkatnya ke aku dan itu dilakukan sampai dia
SMA. Aku bahkan dikenalkan pada teman-temannya saat bertemu bila mengantar atau
menjemputnya di sekolah. Aku hanya ingin tetap bisa mengawasi anak-anak walau
aku seharian di kantor, hp salah satu
sarana yang memudahkanku untuk
berkomunikasi.
Setelah
kakak menikah aku makin bahagia melihat semua langkah yang diambil adalah hasil
didikan dan contoh yang kami berikan. Aku memang telah menyiapkan sebuah rumah
buat kakak sejak dia masih SD, sebenarnya hal itu bukan disengaja. Saat terjadi
kerusuhan tahun 1998, aku tidak sanggup membayar premi asuransi pendidikannya,
karena nilai tukar dollar terhadap rupiah melambung tinggi. Akhirnya uang
tersebut aku cairkan dan aku belikan sebuah rumah. Dalam benakku bila nanti kekurangan dana saat kakak kuliah, rumah
tersebut akan aku jual. Alhamdulillah rumah itu tidak terjual sampai sekarang
dan kuberikan kepadana.
Ternyata
sebelum mengatakan menikah, kakak telah juga ada rumah yang akan ditinggalinya
bersama sang istri. Aku ingin langsung hidup mandiri, seperti mama dulu. Walau
rumah itu masih kosong, belum ada perabotan rumah tangga. Nanti pelan-pelan aku
beli, katanya menolak permintaanku saat aku tahan untuk tinggal dulu di rumah
atau di rumah mertuanya.
Kebetulan
lokasi rumahnya tidak terlalu jauh dari tempat tinggalku, kakak bisa
bolak-balik menanyakan segala hal untuk mulai membangun rumah tangga kecilnya. Di
suatu kesempatan buka di rumah, istrinya bercerita akan meminjam asisten rumah tangga
orangtuanya untuk menyetrika baju selama seminggu. Namun si kakak bilang, tidak
usah nanti aku yang mengerjakan. Seperti papa katanya mempunyai tugas
menyetrika baju untuk bantuin mama. Kakak juga meminta istri belanja setiap hari sabtu, seperti mama. Jadi
setiap hari masak nggak repot lagi cari tukang sayur, buat bekal makan siang di kantor.
Jadilah
hari sabtu lalu aku mengajari anak menantuku belanja dan cara menyimpannya di
kulkas. Aku memang selalu berdua dengan suami kalau pergi ke pasar. Aku yang
belanja dan suami membawa keranjang belanjaan yang mengekor dibelakangku. Hal
itu pula sekarang yang dilakukan si kakak. Aku senang melihat kondisi ini,
mereka tidak malu bertanya dan mengaplikasikan apa yang telah aku ajarkan
selama ini. Itulah enaknya kalau mendidik anak-anak, selain dengan ucapan juga dengan
contoh langsung.
Setiap
anak itu unik dan tidak sama antara satu dan lainnya, walau pun saudara
sekandung. Si Ade tidak terlalu beda jauh dengan sang kakak, hanya pola
pikirnya lebih realistis. Sementara si kakak lebih condong ke seni, santai tapi
semua tugas selesai. Bedanya si Ade lebih banyak mengadop jalan pikiranku yang
praktis, selalu memasang target dan semua terencana dengan matang. Cara belajar pun berbeda, saat
SMP si kakak kalau belajar sendiri. Setelah merasa sudah mengusai dia akan
memintaku untuk mengujinya dengan berbagai pertanyaan. Sementara si Ade, cara
mengajarinya aku jadi seperti guru. Dengan white board dan spidol ditangan, aku
harus mahir menerangkan pelajaran sekolahnya. Dia lebih suka aku buat seperti
skema dan bagaimana detailnya. Repotnya aku harus mempelajari dulu buku
pelajarannya, sebelum menjelaskan.
Ade
itu kemauannya keras dan never give up. Aku tidak pernah memaksakan kehendak
kepada anak-anak, hanya aku mencari info apa yang dipilihnya dan aku jelaskan
negative, positif dan masalah apa yang akan dihadapinya. Seperti tekadnya saat
akan masuk kuliah, “Aku harus dapat negeri dan di universitas ini” Sampai si
kakak menjanjikan akan mengganti hp nya apabila mendapat jalur undangan untuk
diterima di universitas negeri. Saat benar mendapat jalur undangan, dia hanya
bilang, “Aku nggak mau ambil undangan ini, karena yang diterima pada pilihan
kedua. Aku mau ikut tes di universitas negeri yang lain.” Melihat kegigihannya
belajar membuat aku geleng-geleng kepala. Alhamdulillah Ade lulus sesuai dengan
pilihannya dan kakaknya menepati janjinya mengganti hp Ade. Sementara aku khawatir dengan pilihannya, karena lokasinya di luar
kota. Sementara dia belum pernah jauh dari keluarga, tapi aku pantang
memperlihatkan kekhawatiranku.
Saat
mengantarkannya pindah ke tempatnya kuliah, si kakak sambil berlinang air mata
pesan ke aku untuk mencarikan tempat kos yang terbaik. “Nanti difoto kamar,
kamar mandinya dan fasilitas lainnya” pesan si kakak lagi. Dia tidak bisa mengatar
Ade, karena tidak diijinkan cuti. “Kakak
nggak usah nangis dunk, ini simpan foto aku” sambil menyodorkan fotonya.
“Simpen di dompet kakak dan kalau kangen tinggal liat fotoku” lanjut si Ade
dalam perjalanan menuju stasiun. Dua minggu aku menemaninya di tempat kos dan
dengan berat hati serta sederat pesan ku sampaikan.
Aku
menahan diri untuk tidak menelponnya setiap hari, agar Ade tidak bimbang.
Ternyata aku salah, dia menjelman dari anak mama menjadi mandiri dan menjadi tumpuan temen-temannya di
saat ada masalah. Yang menjadi ganjalan hanya satu, masalah makanan. Ade itu
terbiasa dengan masakanku dan agak sulit menerima masakan orang lain. Namun ada
dua hal yang harus dipilih, kelaparan atau makan yang ada. Hebatnya lagi dia
menyiasati dengan memasak sendiri. Setiap hari mengalir permintaan resep, “Ma,
klo bakwan jagung bumbunya apa? Sayur bayam dan ayam goreng gimana
bikinnya?” Setelah matang, akan di foto
dan diposting ke aku. Seiring
berjalannya waktu, kalau aku sedang mengunjunginya kesempatan itulah digunakan
untuk belajar memasak.
Kehebatan
berikutnya, dia jago mengatur uang saku. Aku memberikan uang saku sesuai permintaanya
yang tentu logis. Uang saku itu bisa sisa yang langsung ditabungnya. Waktu
begitu cepat berlalu dan tanpa terasa Ade sudah masuk semester empat. Saat itu
jatah aku mengunjunginya, pada suatu malam saat ngobrol-ngobrol dia bilang,
"aku pengen cepat pulang Ma"
“wow,
kalau mau cepet pulang ya, gampang De. Cepet klar kuliahnya. Kamu kan yang milih kuliah di sini"
Jawabanku ternyata menjadi pecut
baginya. Pagi-paginya aku melihat post it besar berwarna kuning mencolok ditempel
didinding dekat meja belajarnya, yang betuliskan "Kalau mau pulang, cepet
klar De" dengan ukuran huruf yag besar dan dapat aku baca dari pintu
kamar.
Aku tersenyum membacanya dan dia
menjabarkan langkah-langkah yang akan dilakukan ke depan, lalu bertekad
"aku harus lulus secepatnya, Ma"....
Emaknya cuma melongo dan menyuntikan semangat. "Ok, Mama doain"
Alhamdulilah Ade dapat membuktikan, kuliahnya
diselesaikan dalam waktu kurang dari empat tahun dengan hasil sangat memuaskan. Hanya menunggu
dua minggu langsung mengikuti wisuda
dengan menerima beberapa penghargaan dan seminggu setelah itu, dia
langsung pulang ke rumah tepat kamar kosnyapun selesai masa sewanya.
Terbayang kembali apa yang aku lakukan
dalam mendidik mereka sejak kecil dan hebatnya, anak-anak mengerti semua yang
dilakukan orangtuanya adalah rule model yang direkamnya. Kini mereka
aplikasi dalam kehidupannya. Hal
ini membuat mama bangga menjadi ibumu,
Nak
#ODOP15
Masya Allah, rasanya baru saja melihat anak-anak lahir dan kini mereka sudah dewasa aja. Selamat ya mba, anak2nya telah menjadi kebanggaan orang tua.
BalasHapusSangat betul Mba. Rasanya baru kemarin saya menyapihnya, kini sudah satu2 hidup mandiri
HapusMemang kadang kita tidak menyangka, anak di rmh manja. Ternyata, di luar mandiri. Mgkn krn jauh dr ortu jd terpaksa manja
BalasHapusBwtul Mba Liesda, alhamdulillah diluar mereka belajar hidup sendiri & berhasil.
HapusWah Bun...aku tuh masih canggung uy ama mantu perempuan. Boro² aku berani ngajarin belanja dan ajak ke pasar. Haha...
BalasHapusMenantu itu juga anak kita kan Mba. Dia sudah terbiasa melihat saya, karena saya bekerja & semua harus direncanakan.
HapusAnak.laki2 saya mengajatkan istrinya seperti yg saya lakukan, & minta belajar sendiri karena dia juga bekerja.
Alhamdulillah anak-anak sudah mandiri ya Mbak Srie..
BalasHapusSaya simpan buat pembelajaran: teladan orang tua yang utama dan itu melebihi ribuan kata-kata,
Terima kasih sudah membagikan cerita ini Mbak
Sama2 Mba Dian. Sanagt betul, teladan dan role modelitu sangat diperlukan anak2.
HapusSeneng ya, rasanya kayak udah tuntas menjadi orangtua (meskipun belum juga), tapi bisa punya anak-anak kayak gini hebatnya, pasti juga perjuangannya Mbak Sri nggak mudah. Salut Mbak
BalasHapusSaya juga ga pernah menyangka Mba. Jadi saya dg suami sepakat untuk memberi pelajaran lengkap dg contoh yg kita.lakukan. dan hasilnya bikin saya takjub. Alhamdulillah semua berbuah manis pada akhirnya.
HapusWah bun. Ternyata anaknya udah gede ya dan siap nikah. Cerita bunda membuat aku membayangin suatu hari anakku meminta untuk menikah. Pasti perasaanku nanti akan sama seperti yang bunda rasakan ya.
BalasHapusIya Mba, timggal si bungsu yg belum menikah. Masih banyak cita2 yg perlu dicapai katanya..hehe..masih mau ambil S2, mau ambil lawyer dan lainnya. Saya bingung melihat semangatnya...semoga semua tercapai..aamiin
HapusIn shaa Allah Mba
Salut sama Bunda Sri, bisa mendidik anak-anak menjadi orang yang sukses semua. Semangat Bun!
BalasHapusAamiin yra. Alhamdulillah Mba, ternyata ini hasil yg selama puluhan tahun saya lakukan. Makasih ya supportnya
HapusAlhamdulillah, bahagia banget ya bun, punya anak yang mandiri, serta mengikuti nasehat orang tuanya, semoga menjadi keluarga samara
BalasHapusAlhamdulillah Mba, semua perjuangan memang ga sia-sia. Aamiin yra. Terima kasih & semoga Mba Sunarti sukses mengantarkan anak-anak.kegerbang kesuksesan.
HapusMasyaAllah ... Anak-anak sholih dan sholihah tentunya nggak lepas dari doa tulus orangtuanya. Semoga mereka senantiasa bertumbuh dan bermanfaat bagi orang banyak ya, Bun.
BalasHapusAamiin yra. Makasih doanya Mba.
HapusAlhamdulillah..saya sering ga percaya dg apa yg telah saya tanamkan pd anak2, ternyata begitu lekat dibenak mereka.
Semoga Mba sukses dlm mengurus anak2 ya
Masya Allah, saya kok ikut bangga ya baca ini. Bunda Srie dan suami bisa mendidik anak2 yg sukses dan saling menyayangi begitu. Sungguh Indah bila masa pensiun spt itu melihat anak2nya berhasil. Salut.
BalasHapusAamiin yra. Mba..saya sendiri jg tidak pernah membayangkan, bahwa ini hasil didikan kami. Alhamdulillah...terima kasih Mba
HapusAlhamsulilla anak2 sdh dewasa y mb..
BalasHapusSmg acaranya so kaka lancar ya mb, aamiin
Aamiin yra. Alhamdulillah lancar sesuai rencana. Terima kasih Mba
HapusMasyaa Allah, semoga lancar dan dimudahkan niatnya ya, Bun...
BalasHapusAamiin yra. Terima kasih doanya ya Mba
HapusMasya Allah turut bangga Mbak lihat kesuksesan anak. Semoga berlanjut terus ya. Aamiin
BalasHapusAamiin yra. Terima kasih doanya Mba.
Hapus