Selasa, 09 April 2013

Anak Gunung Krakatau, Lukisan Alam nan Elok



Ingin mendaki gunung tanpa    berkemah, bahkan dapat dilakukan  hanya dalam waktu sehari. Juga  tidak perlu  membawa perlengkapan yang membebani punggung   ?. 

Kita semua pasti mengenal  Gunung Krakatau, gunung vulkanik yang terletak di Selat Sunda dan merupakan salah satu gunung berapi yang dimiliki Negara kita. Letusannya  tercatat paling dahsyat dalam sejarah gunung berapi,  yang terjadi  pada tanggal 27 Agustus 1883. Letusan tersebut  menimbulkan gelombang laut pasang setinggi 40 meter, yang menewaskan 36.000 penduduk di sekitar pulau Jawa dan Sumatra. Suara letusannya terdengar sampai di Alice Springs di Australia dan Pulau Rodriques dekat Afrika.  Kekuatan ledakannya diperkirakan mencapai 21.547,6 kali ledakan bom atom. Hujan abu vulkanis dan batunya mencapai areal seluas 300.000 mil persegi dalam radius 150 km persegi.
Letusan itu mengakhiri  aktivitas  Gunung Krakatau yang  menghancurkan tiga per empat bagian tubuhnya. Sisa bagian itu kini hanya merupakan gundukan tanah  yang ditumbuhi  pohon pinus  yang menyembul di permukaan laut. Gunung Krakatau yang sudah tidak aktif itu, kini di sebut Pulau Rakata Besar.

Lahirnya Anak Gunung Krakatau  
Setelah tertidur selama 44 tahun dan tidak aktif lagi,  pada tahun 1927 di sekitar lokasi letusan timbul  gundukan tanah dari dalam laut  yang  menyerupai  gunung api di  sekitar Gunung Krakatau. Rupanya telah lahir generasi baru Gunung Krakatau yang dinamai sebagai Anak Gunung Krakatau yang kini tingginya telah mencapai 315 meter di atas permukaan laut. Anak Gunung Krakatau ini, terletak di tengah-tengah  antara Pulau Sertung, Pulau Rakata dan Pulau Rakata besar. 
Anak Gunung krakatau   dapat dikunjungi sebagai objek wisata yang sangat eksotik,  kita dapat menyaksikan keindahan alam, gunung, pantai, terumbu karang  dan menyelam. Walaupun Gunung Krakatau  berada di Provinsi Lampung, tetapi letaknya lebih dekat di capai dari Provinsi Banten. Wisata ini dapat di kunjungi selama satu hari  saja atau pulang- pergi. Dari Jakarta  ke Anyer dapat di tempuh dengan dengan kendaraan pribadi   atau bus yang dapat ditempuh selama 2 jam.      

Pucuk di cinta ulam tiba
Sebenarnya  saat itu bukan hari libur, tetapi karena jenuh menghadapi pekerjaan rutin sehari-hari. Saya memutuskan untuk  mencari suasana baru barang sejenak. Masih mikir-mikir mau  kemana.  Tiba-tiba ada undangan  untuk    mengunjungi Anak Gunung Krakatau di  Anyer.   “Pucuk di cinta, ulam tiba…..!”.
 Karena ingin benar-benar santai, saya memutuskan untuk mencoba naik kendaraan umum.  Setelah bertanya kepada teman, kendaraan umum apa yang dapat mengantar saya ke Anyer, akhirnya saya  naik bus Arimbi jurusan Merak  dengan  ongkos sepuluh ribu rupiah per orang. Rupanya harga tersebut untuk bus ber AC, kalau tanpa AC hanya delapan ribu rupiah saja (harga sebelum kenaikan BBM). Bus tersebut cukup bagus dan nyaman. Saya  turun di depan Mal Cilegon dan  melanjutkan dengan naik angkutan kota jurusan Labuhan dan  turun di depan Hotel Sol Elite Marbella (Tempat kami  menginap) dengan ongkos sebesar seribu rupiah per orang (Semua harga tersebut sebelum kenaikan  BBM).   Jika Anda menggunakan  kendaraan pribadi, dapat  melalui  tol Jakarta- Merak dan keluar  di pintu tol Cilegon Barat   Anda juga  bisa langsung datang, tanpa harus menginap dahulu. Tetapi  berangkatnya tentu harus lebih pagi.
Lukisan Ilahi yang tiada tara indahnya.
            Jam delapan pagi  sebuah speed boat telah menjemput kami  di belakang Hotel Sol Elite Marbella. Karyawan hotel ini mengadakan acara untuk membersihkan Anak Gunung Krakatau yang bertema “Bersihlah Krakatauku”.  Acara ini diadakan sebagai wujud kepedulian terhadap asset Negara yang  merupakan  obyek wisata yang  tidak terurus.   Kami bergiliran naik ke speed boat  untuk di transfer ke kapal laut yang lebih besar, dan parkir (bersandar) agak di tengah laut. Setelah semua peserta naik, berikut perlengkapan kebersihan (Sapu lidi, pengki dan plastik hitam) dan perbekalan perut tentunya. Kapal  langsung mengangkat sauh dan berangkat. Kapal besar dapat memuat lima belas orang penumpang, belum termasuk dua orang  awak kapal. Sementara  speed boat dapat mengangkut  lima orang penumpang  plus satu orang  pengemudi.
            Karena  laut sedikit kurang bersahabat dengan ombaknya yang rada lumayan besar,  walaupun langit sangat cerah. Teman-teman mulai ada yang mabuk laut, dari kanan dan kiri tempat duduk saya, mulai terdengar suara ..hoek…hoek… orang menumpahkan isi perutnya ke kantong plastik karena terayun-ayun dimainkan ombak. Setelah menempuh perjalanan  satu jam,   pemandangan yang menajubkan terhidang  di depan mata. Ada  lumba-lumba nampak mengikuti laju geraknya kapal, sambil melompat-lompat walaupun cuma  beberapa menit saja tontonan tersebut luar biasa menarik.  Subhanallah…….!.
            Gunung Krakatau Induk terlihat kehijauan dari kejauhan, bagaikan lukisan  alam ditengah hamparan laut yang membiru. Semakin dekat, pemandangan itu semakin menajubkan. Dari kejauhan Anak Gunung Krakatau terlihat berwarna hitam keabu-abuan dan kapal  berjalan  memutari  Anak Gunung Krakatau untuk merapat ke pantai. Semakin dekat baru terlihat jelas, kenapa warna Anak Gunung Krakatau terlihat hitam keabu-abuan. Karena sebagian besar memang terdiri dari kerikil dan pasir hitam,  hanya sedikit pohon pinus  dan rerumputan liar yang mengelilingi kaki gunung tersebut.
            Akhirnya kami  tiba di lokasi dan perjalanan yang seharusnya dapat ditempuh dalam 1,5 jam, karena ombak yang sedikit mengganggu, akhirnya waktu tempuh  molor  menjadi  dua jam   lima belas menit. Jarak antara Pantai Anyer, Carita dan Labuhan ke Anak Gunung Krakatau kira-kira sejauh 48 kilometer. Seperti waktu berangkat,  kini kami harus di transfer kembali ke speed boat untuk mencapai kaki gunung anak krakatau. Untuk kenyamanan, sebaiknya  kita mengenakan  celana pendek, sandal  jepit,  topi  dan   jangan lupa membawa air minum jika akan berkunjung kesini (Ngga ada warung yang jualan lo !).
            Dari pantai Anak Gunung Krakatau kita dapat beristirahat sejenak, sambil menikmati deburan ombak biru Selat Sunda. Pasir putih, bebatuan yang aneka warna dapat ditemukan di sini. Batu apung  bertebaran hampir disetiap tempat, sedangkan batu koral ada yang berwarna merah, abu-abu, hitam dan kebiruan. Tidak ketinggalan  sampah juga bertebaran, ada botol plastik, sandal, kaleng dan balok atau batang pohon yang cukup besar. Sampah-sampah tersebut diduga berasal dari para wisatawan yang berkunjung dan  ada juga yang dibawa oleh ombak   
            Setelah puas menikmati deburan ombak di  pantai  dan tim kebersihan selesai menjalankan misinya, kami satu-persatu  mulai   menapaki  jalan setapak untuk mendaki  Anak Gunung Krakatau. Jalan mulai menanjak dan semakin  tinggi mendaki,  langkahpun  mulai melambat karena kaki mulai berat diajak melangkah.  Rombongan yang tadinya jalan mendaki sendiri-sendiri, kini mulai berkelompok dan saling membantu bagi rekan yang   mulai terengah-engah dan kehabisan  tenaga. Bahkan  air minumpun mulai laris dan jadi rebutan,  ditengah sengatan matahari yang membakar kulit. Kakipun ikut terasa panas yang disebabkan oleh pasir dan kerikil gunung. Walau dengan tertatih-tatih, akhirnya kami sampai juga  mendaki di ketinggian 200 meter diatas permukaan laut.  
            Rasa penat, lelah dan  panas yang membakar hilang seketika begitu kita melihat  pemandangan indah dari ketinggian tersebut,  di bawah  nampak laut biru yang dikelilingi oleh Pulau Rakata Besar dan Pulau Sertung. Bagaikan sebuah danau biru yang ditopang oleh kaki langit, seakan lukisan Ilahi yang tiada tara indahnya.  

Cagar Alam Laut
            Ironisnya masih sedikit wisatawan yang berkunjung ke Anak Gunung Krakatau. Setiap minggu hanya berkisar antara 10-20 orang wisatawan saja, bahkan setelah terjadi tsunami di Aceh  hampir tidak ada yang datang berkunjung. Kebanyakan yang berkunjung adalah kaum ekspatriat. Mereka biasanya setelah puas menikmati keindahan Anak Gunung Krakatau, melanjutkan ke Pulau Rakata Besar untuk memancing dan menyelam. Karena terumbu karangnya masih terjaga dengan baik, bahkan  kita dapat menyaksikan aneka ikan yang berenang-renang dari atas perahu. Sayangnya keindahan Anak Gunung Krakatau, pada bulan Nopember sampai dengan Januari  tidak dapat dinikmati, karena kapal tidak berani mengantar.  Di bulan tersebut, ombaknya terlalu besar.
            Sedikitnya wisatawan yang berkunjung, apalagi wisatawan domestik, mungkin disebabkan karena masyarakat kurang mengetahui kemana  mereka mendaftar atau mencari informasi untuk berkunjung. Atau mungkin Dinas Pariwisata kurang gencar mempromosikan obyek wisata ini, atau karena mahalnya biaya yang harus dikeluarkan. Hotel Sol Elite Marbella, harus merogoh kocek dalam kegiatan ini sebesar Rp. 9 juta belum termasuk biaya snack dan makan siang untuk kira-kira 20 orang. Dengan rincian, untuk sewa kapal dengan kapasitas 15 orang sebesar Rp. 7 juta dan sebuah speed boat  untuk 5 orang sebesar Rp. 2 juta. Kalau dihitung secara kasar,  biaya yang dikeluarkan untuk setiap orang sebesar Rp. 500.000,-.
            Sebenarnya kawasan Anak Gunung Krakatau dan sekitarnya ditetapkan sebagai kawasan cagar alam laut, sesuai Surat Keputusan Menteri Kehutanan RI No. 85/Kpts.II/1990 tanggal 26 Februari 1990 yang papan pemberitahuannya dipasang di pantai Anak Gunung Krakatau. Wisata ini sayangnya, belum dikelola dengan baik. Jika Anda tertarik untuk berpetualang mendaki Anak Gunung Krakatau yang merupakan juga cagar alam dan bagi yang ingin observasi tetang gunung berapi dapat dilakukan di tempat ini. Untuk memudahkan perjalan anda  dapat menghubungi Bpk. Ansori di No.   telepon (0254)-384159 atau  HP No. 0813- 14791172. Biaya sebesar Rp. 500.000,- per orang belum termasuk biaya asuransi dan pembelian tiket. Walau saat ini memang tidak ada tiket resmi untuk memasuki obyek wisata kawasan Anak Gunung Krakatau, sejak tahun 2002 tidak ada lagi petugas penjaga tiket masuk di Labuhan. Pos penjaga di Anak Gunung Krakataupun, dibiarkan kosong tidak berpenghuni. Tapi  Anda tidak akan merasa rugi  mengeluarkan uang sebesar itu, untuk menikmati  Lukisan Alam nan Elok. Memandang deburan ombak dipantai,  mendaki gunung, memancing, dan menyelam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar