Setiap orang dalam memperingati hari lahirnya akan membuat
yang terbaik bersama keluarga dan
teman-teman. Mulai dari menyusun menu sampai tema, bahkan dress code yang akan digunakan para undangan.
Pokoknya dibuat seseru mungkin, biar berkesan tentunya.
Ga beda jauh dengan peringatan hari ulang tahun
kemerdekaan Indonesia tahun ini, dibuat semeriah dan sehikmat mungkin. Bukan
hanya bagi para pejabat, tapi gaungnya sampai menetes ke seluruh rakyat Indonesia di seantero negeri. Mulai dengan
pelaksanaan upacara bendera di
instansi-instansi pemerintah, sekolah-sekolah dan di kantor-kantor lainnya. Berbagai lomba diadakan sejak dua
minggu sebelum tiba waktu perayaannya.
Bukan hanya anak-anak yang menanti
untuk ikut ambil bagian dalam lomba yang diadakan dilingkungan tempat
tinggal, maupun di kantor-kantor, tapi
orang dewasa juga tak mau ketinggalan. Di beberapa obyek wisata sengaja mengadakan aneka lomba
dan menggelar pesta rakyat, semua hanya semata-mata ingin ikut bahagia di hari
bersejarah bagi bangsa ini. Dalam lomba ini bukan hadiah yang mereka incar,
tapi keseruan, kebersamaan dan keceriaan dalam perayaan hari lahirnya Negara tercinta Indonesia.
Saya setiap tanggal 17 Agustus
saat menyaksikan upacara detik-detik proklamasi
di istana Negara, selalu terbayang beberapa puluh tahun yang lalu. Setiap tujuh
belas agustus, saya bersama kakak-kakak pagi-pagi telah mandi dan akan digiring
ibu ke istana untuk menyaksikan upacara
detik-detik proklamasi diistana, utamanya masyarakat ingin mendengarkan pidato presiden
Soekarno. Masyarakat pada masa itu, dapat menyaksikan langsung di rumput yang terletak diseberang
istana. Terus terang mungkin saya belum
mengerti akan kegiatan tersebut, tapi kenangan itu ga pernah lengkang oleh waktu dibenak saya.
Saat SMP saya dapat ikut ambil bagian pada
perayaan 17 agustus di istana, karena selalu terpilih menjadi peserta AUBADE.
Dulu istilahnya begitu, saya sampai saat ini ga pernah ngerti artinya. Kata
guru saya, itu menyanyi lagu-lagu perjuangan di istana. Sekarang dikatakan
paduan suara pelajar. Latihan diadakan di Taman Ismail Marjuki, Cikini setiap
pulang sekolah sampai tiba untuk tampil di istana.
Ada kenakalan-kenakalan kecil
anak ingusan dikegiatan ini yang kami lakukan. Pada saat pelaksanaan, seluruh
pelajar peserta aubade ini berdiri tanpa tenda, pokoknya ya dijemur gitu
lah. Sementara untuk anak-anak SMA
mereka bertugas sebagai petugas kesehatan atau PMR (palang merah remaja). Kalau
anak-anak cewek biasa lirik-liriklah kalau ada petugas PMR seorang cowok yang “ganteng,”
mereka itu kan keliling mengecek barangkali ada yang sakit. Saya menunggu si
ganteng lewat deket dengan saya daaaaan…….saya pura-pura pusing dan edannya
seakan mau pisang dengan menjatuhkan diri ke si ganteng itu….hahahaha….terus ya
gitulah, pasti udah pada bisa nebak kan?..hehehehhe..
Setelah diberi obat dan minuman
hangat, biasanya kita diantar kembali kebarisan lagi kalau sudah merasa sehat
kembali. Temen-temen akan heboh begitu tau kalau saya hanya pura-pura, akhirnya
bergiliranlah kami melakukan kepura-puraan itu. Seandainya dulu sudah ada hp,
pasti sudah tuker-tukeran nomor hp deh…hihiihi…..”masa muda, masa paling indah,”
kata Koes plus…..
Sementara perayaan hari kemerdekaan masyarakat Indonesia
yang berada di luar negeri, juga tidak kalah meriah. Bahkan lebih greget,
kadang malah menjadi terharu karena kebersamaan dengan saudara sebangsa
memperingati jauh dari tanah air. Momen ini digunakan masyarakat Indonesia yang
ada di Negara orang untuk lebih memperkenalkan
Indonesia di mata dunia, melalui pertunjukan seni dan budaya, mempromosikan
wisata dan hasil kerajinan Indonesia untuk menarik wisatawan. Bahkan kuliner Indonesia
pun disuguhkan kepada tamu. Sebuah kegiatan yang berdampak positif bagia NKRI
tentunya.
Apakah kemerdekaan ini benar-benar sudah
dirasakan rakyat Negara ini? Pertanyaan
yang tidak mudah mencaria jawabannya, karena kita tidak memutup mata masih
banyak saudara-saudara kita di daerah-daerah terpencil belum tersentuh listrik
dan kehidupan yang memadai dalam menikmati kemakmuran Negara ini. Bahkan di
daerah perbatasan banyak masyarakat yang memilih menjadi warga Negara Malaysia,
karena kemudahan hidup yang di dapat. Di perbatasan Kalimantan timur dengan Malaysia,
banyak warga Indonesia lebih memilih memiliki KTP Malaysia dari pada Indonesia.
Hal itu terjadi karena kemudahan yang
masyarakat dapatkan, sementara pejabat
setempat tidak berdaya melihat kondisi ini karena tidak dapat memberikan solusi
terbaik bagi masyarakat. Seperti di daerahh ongko di pulau natuna, masyarakat
lebih mudahh membuat ktp Malaysia dari pada ktp Indonesia. Mereka juga lebih
mudah mendapatkan pekerjaan dan fasilitas kesehatan. Miris ya……kalau sudah tuntutan perut…yaaa…apapun
akan dilakukan. Semoga ke depan pemerintah akan
meratakan pembangunan keseluruh pelosok negeri ini, agar kekayaan bumi Indonesia
dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
7-8 juta anak bangsa yang pandai justru
berkarya di Negara orang, karena kemampuannya lebih dihargai disana. Mereka diterima
dengan baik, bahkan penghasilan yang wooow dapat mereka nikmati.
Padahal mereka ingin dan mau untuk
membangun Indonesia, kalau diberi kesempatan. Contoh : Menteri Keuangan kita
saat ini, yang rela melepaskan gaji miliaran rupiah demi membangun negeri ini.
Tapi sayang seorang anak negeri yang ditarik pulang untuk membangun negeri ini,
ditolak hanya karena pundi-pundi orang-orang tertentu merasa dirampas dengan
keputusan kebijakannya, kata berita ya.
Apa pun yang terjadi kau tetap Indonesia ku. Semoga akan semakin baik kedepannya dan
kemakmuran dapat dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia. Kado terindah
di 71 tahun
Kemerdekaan yang bertema “Kerja Nyata,” yaitu medali emas dan perak dari cabang bulutangis
dan angkat besi di olympiade Rio yang
dipersembahkan oleh pahlawan-pahlawan
olahraga kita. Merdeka!!!!.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar