Pengalaman Memaafkan
Memaafkan memang mudah diucapkan tetapi sangat sulit dilakukan. Padahal memaafkan mampu menambah kemuliaan seseorang, sebagaimana diriwayatkan dalam Hadish Muslim No. 2588: “ Apabila seseorang memaafkan, maka Allah akan memuliakannya, dan ini telah dikabarkan Rasulullah SAW. Beliau bersabda, “Tidaklah seseorang memaafkan kecuali Allah akan menambah kemuliaannya.”
Namun hatiku masih merasakan sakitnya dibohongi berkali-kali, membuat ucapan permintaan maaf adik iparnya belum dapat diterima. Kejadian itu terus saja membayang dipelupuk matanya setiap mengingat betapa uang pensiun yang diterima untuk biaya kuliah anak bungsunya raib ditangan adik iparnya.
Berawal dari permintaan tolong, adik ipar butuh biaya untuk anaknya sekolah dan menawarkan sapi peliharaanya untuk aku gantikan. Tidak tega dan berpikir tidak mungkin akan ditipu, aku pun membayar seekor sapi limousine yang sangat besar dan sedang hamil seharga enam juta. Dengan janji akan merawat sapi tersebut dan dana perawatan akan aku kirim setiap bulan. Namun setelah berjalan tiga tahun, aku berniat menjual induk sapi yang ditaksir seharga tiga puluh juta untuk biaya si bungsu masuk kuliah. Namun apa yang terjadi diluar perkiraan, aku hanya diberi uang penjualan sapi seharga enam juta saja dengan alasan kondisi sapi yang sakit.
Namun saat kami pulang kampung, medapat cerita dari keluarga lainnya kalau induk sapi telah dijual adik ipar seharga dua puluh juta. Setelah itu sapiku diganti dengan anak sapi yang baru gede, begitu kata sepupu yang tinggal tidak jauh dari rumah adik ipar. Aku makin meradang saat menanyakan kondisi anak sapi yang telah dilahirkan. Dengan enteng dijawabnya, bahwa anak sapi telah dijual ketika berumur satu tahun. Aku tidak banyak bertanya lagi dan menasehati agar tidak berbuat curang, karena semua perbuatan aka nada balasannya.
Kejadian berikutnya membuat aku tidak dapat memaafkannya dan bahkan melupakannya kalau dia adalah adik iparku. Pada suatu saat dia akan menikahkan anak pertamnya dan butuh biaya besar dan berniat menjual tanah warisan dari orang tuanya. Dia menawarkan tiga ratus meter persegi yang berlokasi tidak jauh dari rumahnya. Kita sama-sama melihat tanah tersebut dan aku setuju untuk membelinya setelah melihat surat tanahnya.
Namun ternyata dia menawarkan semua tanhanya seluas lima ratus meter persegi, aku pun setuju dan uang aku transfer. Sayangnya aku lupa meminta kwitansi pembeliannya dan saat aku minta, dia bilang tidak perlu. Dia pernah mengabarkan kalau harga tanah ditawar lima ratus ribu rupiah per meter persegi, karena akan dibangun stadion olahraga. Namun warga bertahan dengan harga satu juta per meter pesegi. Aku pun manut dan ternyata stadion tersebut telah berdiri dengan megah persis disamping kanan tanah milikku, sementara disebelah berdiri rumah sakit haji dan sebuah universitas.
Memaafkan itu Menyambung Tali Silaturahmi.
Bertahun-tahun itu berjalan dan aku berniat menjual tanah tersebut untuk biaya pernikahan anakku. Aku tidak pasang harga, sudah satu juta per meter persegi dari ku. Tapi adik ipar terus berdalih macam-macam dan tidak mengakui pernah menjual tanahnya kepadaku. Aku kaget dan anakku yang kecil yang kebetulan seorang pengacara akan membawa kasus ini ke pengadilan. Namun setelah aku pikir-pikir, tidak perlu melayani orang seperti ini. Aku tunggu saja niat baiknya, tapi ternyata memang tidak punya niat baik. Dia terus berkelit mengatakan tidak pernah menjual tanah tapi pinjam uang.
Aku ikuti saja dan terima kalau dia akan kembalikan uang sebagai bayar hutang. Aku hanya mengatakan, “Ingat ya terima pengembalian uang ini, tapi kamu yakin mau bermain-main dengan urusan tanah?”
Dia tetap bertahan mengatakan tidak pernah menjual tanah dan tidak ada buktinya. Aku memang salah tidak meminta kwitansi pembeliannya saat itu. Aku melupakan begitu aja kejadian tersebut, walau sangat sulit. Anggap saja memang itu bukan rejekiku.
Setelah berjalan lima tahun, tiba-tiba adik ipar menghubungiku dan meminta maaf. Aku masih belum percaya dia meminta maaf dan setelah aku cari info, ternyata tidak lama setelah kejadian tersebut dia banyak mengalami kejadian. Anak-anaknya satu persatu bercerai, adik ipar dan suaminya juga sakit-sakitan. Melihat kepedihan yang dia alami yang katanya akibat perbuatannya kepadaku.
Memang tidak mudah memaafkan begitu saja, tapi melihat sendiri kondisi keluarganya membuat aku luluh dan ikhlas memaafkannya. Hal ini memperbaiki hubungan ku dengan adik ipar yang selama ini kurang baik. Aku juga mendapat pelajaran, bahwa setiap perbuatan akan kembali kepada diri kita sendiri. Perasaan yang paling indah adalah terjalinnya kembali silaturahmi dan membuat dada yang sesak selama ini, menjadi plong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar