GUGUS COVID-19 TINGKAT RT & RW
Sejak wabah corona merebak di China, Negara yang pertama kali ditemukan virus tersebut pada Desember 2019. Aku hanya mengikuti berita di TV atau media on line. Virus tersebut akhirnya berkelana keseluruh dunia termasuk Indonesia, aku hanya sebatas menyimak dan memuaskan rasa ingin tau perkembangannya dengan perasaan was-was.
Saat pertama kali ditemukan di bumi Indonesia, dengan terpaparnya dua warga Depok, Jawa Barat awal Maret lalu. Maka terjadi kehebohan, orang tersentak kaget dan aku tetap di rumah mengikuti berita tersebut. Tapi aku jadi sedih, karena begitu cepat penyebaran virus ini di Indonesia. Hal tersebut tentu tidak akan terjadi andai warga mengikuti imbauan pemerintah untuk tetap diam di rumah.
Peningkatan tajam jumlah penderita menjadi seribuan, karena terjadi diluar rumah. Menurut Juru Bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto. Padahal pemerintah sudah menginstruksikan masyarakat. salah satunya untuk melakukan social distancing atau menjaga jarak. Bila instruksi ini tidak dipatuhi, risiko penularan akan makin membesar bahkan bisa tidak terkendali.
Virus corona menular lewat lendir (droplet) manusia positif COVID-19, yang meloncat ke manusia lain yang negatif COVID-19. Lendir itu terciprat saat manusia positif COVID-19 bersin, batuk, atau berbicara lalu terkena orang lain yang negatif. Untuk itu diajurkan tidak keluar rumah, menggunakan masker, cuci tangan dan menjaga kebersihan.
Kenapa harus tetap tinggal di rumah?Karena setiap masyarakat berperan untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona atau COVID-19. Caranya seperti instruksi pemerintah, yakni: melakukan social distancing dan tidak keluar rumah. Bagi para pekerja diimbau untuk kerja dari rumah atau work from home. Sayangnya masih banyak warga yang berkerumun di luar rumah. Inilah yang menyebabkan lonjakan kasus virus corona di Indonesia.
Aku sedih melihat para tenaga kesehatan berjuang untuk menolong yang terpapar, tapi pernah ga kita berpikir kalau mereka tidak bisa bertemu keluarganya? Coba bagaimana perasaan Anda kalau mengalami seperti itu. Berjuang menolong orang lain dengan tulus, namun tidak dapat dihindari mereka banyak yang gugur. Mari sadari dan ikuti anjuran pemerintah, demi untuk kebaikan bersama.
Perangkat Gugus Covid 19 dilingkungan aku , terdiri dari:
-Ketua
-Koordinator Kesehatan
-Koordinator Logistik
-Koordinator Keamanan
-Humas
- Anggota.
Pengurus ini diangkat oleh Kelurahan setempat, yang beranggotakan pengurus RW & RT yang mengacu pada :
1. Surat Edaran Nomor HK.02.01/MENKES/202/202
2. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid – 19 Rev 3 Kementerian Kesehatan
3. Surat Edaran Walikota Tangerang tentang Kampung Siaga Covid – 19 tingkat RT
Fungsi Gugus Tugas Covid 19 ini, antara lain :
1. Melakukan pengawalan dan pengawasan untuk pendisiplinan social distancing dan gerakan tinggal di rumah
2. Melakukan pemantauan terhadap kesehatan warganya. Untuk warga yang kurang sehat dan sedang dalam proses karantina, RT/RW setempat harus memastikan warga tersebut mengisolasi diri/karantina di rumah
3. Memantau warganya yang kurang mampu dalam memenuhi kebutuhan pokoknya sehari-hari.
Sudah bekerja satu bulan, baru dilakukan pelantikan……hehe. Menurut aku sih ngga terlalu penting juga acara semonial tersebut, toh kita sudah langsung aktif begitu surat pengangkatan dikirim ke WAG.
Naah….pada awal april, aku dihubungi Ketua RT diminta ikut berpartisipasi pada Kelompok Gugus Covid 19 dilingkungan. Dan pada tanggal 10 April 2020, aku diangkat menjadi Koordintor Kesehatan Gugus Covid 19 tingkat RW & RT. Begitu terbentuk, kita langsung rapat untuk mengatur langkah dan rencana apa yang harus dilakukan.
Aku ditunjuk jadi Ketua Koordinator Kesehatan, dengan tiga orang anggota. Tugasnya:
-Memastikan akses dan fasilitas kesehatan
-Mengatur kebersihan lingkungan dan tempat isolasi sementara
-Bersama Humas melakukan sosialisasi dan promosi kesehatan
Di daerah ku satu RW terdiri dari 4 RT dan kita mendapat 2 buah alat penyemprot desinfektan, lengkap dengan obat & APD untuk petugas yang melakukan penyemprotan. Seminggu sekali kita lakukan penyemprotan dilingkungan, sementara di rumah menjadi tanggung jawab masing-masing warga & kita hanya memantau kebersihan rumah warga.
Alhamdulillah warga sigap membantu dan dibeberapa titik menyediakan air dan sabun cair untuk mencuci tangan. Pokoknya keren deh warga RT aku. Kompak dan siap membantu pengurus RT nya. Maklum pengurus RT nya semua perempuan dan ini sudah 2 periode, warga tidak mau pengurus yang sekarang diganti. Laah…..semoga ngga sampai tiga kali…hehehe, karena menyalahi Perda No 3 Tahun 2011. Dua kali cukuplah, toh semua harus ada akhirnya & perubahan lainnya bisa dilanjut oleh penggantinya nanti.
Bantuan Pertama dari Pemerintah
Pengurus mulai bergerilya memantau warga dilingkungannya. Aku juga mulai turun ke warga, terutama dikontrakan petakan dilingkungan RT. Pertama kali kelurahan memberikan bantuan 100 kg beras untuk setiap RW. Berhubung satu RW terdapat 4 RT, maka dibagi empatlah beras tersebut. Sesuai instruksi dari kelurahan, beras tersebut harap diberikan kepada warga yang membutuhkan terutama yang berdampak covid-19.
Diawal-awal pandemi memang belum terlalu terasa, pengurus masih membagikan jatah beras + 5 bh mie instans kepada warga yang kurang mampu saja. Kondisi warga masih aman dan belum terdengar ada yang kena PHK dan lainnya. Pengurus RW mendapat jatah beras kembali, kali ini 200 kg/RW. Alhamduillah RT bisa mendapatkan 50 kg dan mulai mendata warga, jatah beras ditambah dengan sarden & telur untuk lauk dari kas RT.Setiap awal bulan aku keliling door to door mengantarkan kartu pembayaran iuran sampah dan keamanan kepada warga dilingkungan RT ku. Kesempatan tersebut, aku & Ketua RT pergunakan untuk mengetahui keadaan warga. Kita mulai mendapat info beberapa warga kontrakan mulai kena imbas dari covid ini, mata pencahariannya terhenti. PHK dan tidak dapat usaha lagi terdengar sangat menohok hatiku, apalagi warga kontrakan di jalan sebelah tidak sedikit jumlahnya. Setelah di data, dari 64 kepala keluarga 23 yang perlu dibantu karena dampak pandemi ini.
Dampak kondisi ini ternyata makin parah, satu persatu warga tumbang dalam mencari nafkah. Ojeg & taksi online mandek, beberapa perusahaan kecil gulung tikar. Bahkan PRT juga dipaksa berhenti oleh majikannya karena tidak mampu membayar gajinya.
Aku dan Ketua RT terus memantau kondisi warga yang kena dampak dan mencari donatur untuk membantu yang membutuhkan. Minimal setiap minggu kami bisa memberi 5 kg berat, lauk dan lainnya. Alhamdulillah ada warga yang bersedia memberi paket lengkap untuk yang membutuhkan. Aku ngga ngebayang dibulan ramadhan ini mereka tidak memiliki makanan untuk keluarganya. Sementara kabar tentang bantuan dari pemerintah sebesar Rp. 600.000, belum pernah ada.
Sembako pertama |
Aku dan Ketua RT akan memberikan sembako setiap minggu sampai akhir ramadhan dan mereka bisa merayakan Idul Fitri dengan hidangan tersedia dimeja. Beras yang diberikan dari kelurahan, kami lengkapi dengan lauk pauk walau hanya telur dan sarden. Paling tidak ada makanan untuk saur dan berbuka puasa. Yaa…Allah, doaku diijabah. Bantuan mengalir cukup banyak, bahkan aku mendapat kiriman 50 paket sembako dari seorang dermawan, yang mengirimkan langsung ke rumah setelah mengetahui kegiatanku. Satu paket tersebut dapat digunakan untuk 2 minggu, karena isinya dua kali lipat seperti yang biasa kami berikan.
Kelonggaran bantuan tersebut, membuat aku berbagi kepada warga sekitar diluar warga RT ku. Berbagai ekpresi dari mereka saat menerima, membuat aku tak dapat membendung air bening yang turun dari sudut mata. Ada yang langsung sujud, glosor dan berlinang air mata menerima bantuan tersebut. Masya Allah……..hatiku bergetar melihat semua ini. Aku pasang kuping barangkali ada tetangga lain yang butuh bantuan.
Bantuan dari donatur 50 paket & 25 paket lainnya |
Disuatu siang, aku mendapat kabar ada seorang tetangga yang membutuhkan bantuan. Namun Juragan ragu, takut orang tersebut tersinggung dengan bantuan yang kita berikan. Akhirnya aku memutuskan, kita tetap sowan ke rumahnya dengan segala kemungkinan. Andai mereka tidak mau menerima dan tersinggung, kita akan meminta maaf.
Berangkatlah sore itu menuju rumah tetangga tersebut daaaan, kata pertama yang keluar dari mulutnya adalah: “ Yaa Allah…..Ibu, kami hari ini belum tau mau berbuka dengan apa. Karena tidak memiliki makanan apapun dan ngga ada uang untuk belanja.” Berkali-kali beliau mengucapkan terima kasih. Aku segera pamit, karena sudah tidak kuat menahan air mata yang akan meloncat keluar. “Alhamdulillah…yaa…Allah, bantuan tersebut begitu bermanfaat.
Paket tersebut masih tersisa 3 lagi di rumah, untuk berjaga-jaga kalau ada kejadian seperti diatas. Pada masa itu rasanya setiap saur dan berbuka, aku selalu berdoa semoga ngga ada yang tidak saur karena ngga punya makanan. Hal itu membuat selera makanku menurun. Di hari berikutnya aku teringat pada satu tetangga yang pindah ke blok lain, karena rumah yang dikontraknya akan dijual pemiliknya. Awalnya mereka tinggal di rumah kontrakan yang lokasi persisi di depan rumahku, seorang nenek yang tinggal bersama anak dan 5 orang cucu. Aku meminta Juragan untuk mengantarkan paket sembako ke rumahnya.
“ Ma, katanya terima kasih. Si Mika (cucunya), bilang : “Makasih Opa, aku udah laper dari pagi belum makan. Kata Eyang ngga punya beras.” Aku menahan napas mendengar cerita Juragan dan meleleh lagi. “Yaa…Allah, lindungan mereka dan beri aku kekuatan agar dapat berbagi kepada yang membutuhkan. Aaamiin Yra.”
Warga RT aku |
Kenapa Hanya Beras?
Awal-awal mendapat beras kami terima tanpa banyak pertanyaan, namun kok tetap beras yang diberikan dari kelurahan. Itu pun dengan jumlah kecil dan tanpa meminta data warga dari Ketua RW dan RT yang perlu dibantu.
Aku heran kok bantuan dari presiden ngga ada kabar beritanya, kapan turun. Hanya mendapat jatah beras, beras dan beras lagi dari kelurahan dan sering kali kondisinya sudah ngga layak konsumsi. Tetiba mendapat kriman video pelaksanaan pembagian BLT Rp. 600.000 di group Gugus Covid. Belum pernah ada pendataan kok sudah dibagikan dan siapa yang mengurus di lingkungan RW aku?. Aku mencari info dan ternyata yang mendapatkan hanya 6 warga, itupun bukan yang berdampak covid. Tapi warga yang setiap bulan mendapat honor dari kelurahan sebagai guru ngaji, kader PKK, amil (istilah pemandi jenasah) dan guru senam kelurahan.
Namun ternyata namaku beredar, dikelurahan heboh karena mereka ngga tau siapa itu “Ningsih.” Begitu cerita Ketua RW saat mengambil jatah beras ke kelurahan. Hehehe….. Apalagi aku, ngga pernah berurusan dengan kelurahan. Beberapa hari berikutnya, Pak Camat woro-woro agar pengurus RT mendata warganya untuk mendapatkan BLT, karena masih tersisa untuk 1300 orang lagi. Utamakan yang berdampak covid yang tinggal dikontrakan, begitu perintah di dalam group WA.
Aku dan Ketua RT langsung bergerak mendata warga dan meminta foto copy KK dan KTP sesuai ketentuan yang diminta. Ini bantuan BLT yang kedua loh, yang pertama kita ngga dapat info. Ternyata semua ini tidak terkoordinasi dengan baik, karena setelah data kita kirim ke kelurahan tapi sampai tulisan ini ditangan pembaca bantuan tersebut tidak pernah ada kabarnya lagi. Saat ditanyakan di kelurahan, dilempar ke Kecamatan dan di sana juga mengatakan tidak tau.
Katanya langsung ditangani petugas dari Depsos. Logikanya, petugas Depsos tidak mempunyai kewenangan tentang data warga, tapi harus melalui Kelurahan kan. Tapi itulah kejadiannya, makanya dari dulu aku paling anti berurusan dengan pemerintahan. Ribet dan ngga pernah mendapat kejelasan. Jadi entah kemana lagi kami harus mengurus agar warga kami mendapatkan BLT. Sampai saat ini yang namanya bantuan yang 600.000, baik dalam bentuk uang atau paket, belum pernah kami terima sampai detik ini.
Bantuan dari MUI Tangerang tp hanya 5 paket & bingung baginya |
Dari pada memikirkan BLT yang ngga jelas, kita usaha sendiri aja. Kami mendapatkan beras kembali dari kelurahan beberapa hari sebelum Idul Fitri dan kami membagikan diakhir puasa, dengan menambahkan kue-kue lebaran dipaket tersebut. Alhamdulillah kami mendapat bantuan dari donatur dan menggunakan dana social RT. Senang rasanya melihat senyum mereka bisa merayakan idul fitri besok hari.
Akhirnya Covid 19 Mampir
Mendata apa saja bahan makanan yang dimiliki, kekurangannya kami yang suplay. Tetangga yang lain beratensi dengan menggalang dana untuk kebutuhan konsumsi penderita dan keluarga. Bukan hanya bahan makanan, juga vitamin dan buku-buku bacaan. Alhamdulillah penderita memiliki rumah 2 lantai, dan dia tinggal dilantai dua yang terpisah dari anggota keluarga yang lain.
Pak Camat dan Pak Lurah turun langsung ke lokasi, aku dan Ketua RT mendampingi. Lokasi dan lingkungan satu RW disemprot desinfektan. Juga diserahkan bantuan sembako dari Pak Lurah ke keluarga penderita. Terus terang memang kami selaku pengurus RT sempat panic, maklum pengurus Ketua RT dan jajarannya emak-emak semua. Alhamdulillah 2 minggu berlalu dan penderita juga disiplin menjalani masa isolasi, akhirnya dinyatakan positif setelah hasil swap terakahir keluar.
Tidak lama setelah itu, ada warga yang terpapar kembali. Rata-rata tertular dari kantor di Jakarta, hanya keluarga penderita tidak melakukan aturan yang diperintahkan. Mereka masih berkeliaran, membuat warga lain kesal dan ngeyel saat ditegur.
Dan saat ini kembali seorang warga terpapar yang tertular dari kakaknya yang baru kembali dari luar kota, tapi kita sudah santai menghadapinya. Kan sudah pengalaman…hehehe Saat ini masih menjalani isolasi mandiri dan semoga cepat sembuh.
Dibalik Dampak Covid
Tetiba seorang perempuan berlari-lari kecil menghampiri tempat aku berdiri dan mengatakan: “Saya boleh minta dua bungkus ga Bu? Anak saya dari kemarin belum makan, karena ga ada uang. Dari kemarin dagangan saya tidak ada yang beli.”
“Silakan Mba, ambil lebih juga boleh,” jawabku.
Ya…Allah betapa aku bersyukur masih dapat makan, sementara mereka? Limpahkan mereka rejeki dan lindungilah mereka yaa Rabb.
Yang awalnya hanya berbagi di hari jumat, aku bergabung dengan keponakan untuk berkelilingi dua hari sekali. Di pasar pun, para pedangan kecil mengeluh tidak ada pemasukan. Alhamdulillah donatur bertambah dan kami bisa membeli sembako, memang ga banyak tapi paling ngga bisa untuk makan dua atau tiga hari. Beras, minyak goreng, gula, teh celup, telur, sarden, nugget dan mie instan dalam satu paket.
Aku ngga bisa ngebayangin mereka harus menahan lapar, karena tidak ada yang membeli dagangannya. Penumpang bus, kereta dan angkot sepi karena diberlakukan PSBB. “Ga ada pembeli,” kata mereka. Apalagi saat bulan puasa, apa saja yang orang berikan untuk sedekah aku terima. Aku bisa memberikan makanan matang untuk berbuka dan paket sembako untuk kebutuhan berikutnya.
Pernah kami masuk disuatu perkampungan yang ga jauh dari tempat aku tinggal, disatu rumah yang kami datangi. Seorang ibu sedang memegang sepiring nasi dan dibagi kedalam 4 piring kosong lainnya. Terus terang, aku langsung terduduk menyebut asmaMu ya Rabb. Ibu tersebut membagi nasi buat keempat anaknya dan dirinya untuk berbuka puasa dengan lauk garam!
Aku sudah ga bisa menahan tangis, sesegukan yang tertahan pun tumpah. “Bu, gorenglah telur ini untuk lauk dan masih ada waktu untuk memasak beras ini” sambil aku sodorkan dua kantong plastik berisi sembako. Ibu tersebut memandangiku dengan berlinang air mata. Keponakanku mengambil alih membantu menggorek telur dan yang membuat aku tambah kejer menangis, dua anaknya yang berusia 5 dan 7 tahun berlari lari sambil mengatakan: “ makan telor…makan telor…makan telor dengan penuh gembira.”
Aku pun terus berjalan, mendatangani saudara-saudara kita yang perlu bantuan. Apalagi tanpa terduga, donatur terus bertambah, sehingga dapat meringankan mereka. Bahkan disalah satu WAG ku, ada yang menawarkan sarung. Aku japri dan jawabannya membuat aku kaget. “Buat beli gas dan makan tiga anak saya, Bu. Jualan lagi sepi, ibu bisakan beli kain sarung saya. Masih baru kok Bu.” Aku meminta norek untuk transfer, memang ngga banyak. Paling ngga bisa buat beli makanan beberapa hari kedepan.
“Yaa….Allah ringankanlah terus langkah hamba, walau hanya sedikit paling ngga dapat menolong untuk hari-hari berikutnya.” Alhamdulillah…..berjalan lancar, sementara untuk warga dilingkunga juga terjaga atas bantuan tetangga lain yang ikut membantu. Bantuan masih tetap hanya beras dan beras aja, entah raib kemana bantuan pemerintah pusat. Malas aku dipimpong pegawai kelurahan saat menanyakan hal tersebut. Terima kasih kepada donatur yang percaya padaku mengelola bantuannya, semoga Allah membalas semua kebaikan mereka.
Kejadian ini membuka mata ku, betapa masih banyak saudara-saudara kita yang perlu ularan tangan kita. Membuat aku lebih sering bersyukur atas semua nikmat yang Allah berikan. Semoga pandemi ini cepat berlalu, aamiin yra.
#berbagiituindah
#mengasahkepekaan
#semoga covid cepat berlalu
MasyaAllah semoga kebaikan Ibu dan seluruh rekan mendapat balasan terbaik dari Allah. Beruntung ada yang mau bersusahpayah membantu mereka yang kekurangan.
BalasHapusAamiin yra. Terima kasih doanya Mba. Berbagi itu indah Mba, walau kadang hanya menyalurkan dana orng lain.
HapusSemangat mbak. Yuni terkena dampak pandemi ini. DIrumahkan dan begitulah, Hanya di rumah aja.
BalasHapusMAri berharap pagebluk ini segera berakhir.
Yaa Allah Mba...semoga sehat selalu ya & segera membaik kondisi ini.
HapusDi lingkungan tempat tinggal saya juga ada gugus/satgas covid Bund, suami salahsatunya ditunjuk jadi anggota. Betul ya, di musim pandemi seperti saat ini banyak di sekeliling kita yang sebetulnya membutuhkan bantuan tapi enggan dan mungkin malu untuk membinta bantuan, makanya harus ada peran aktif dari masyarakat sekitar.
BalasHapusBetul Mba, ga semua mau terus terang. Jd kita yg aktif mendatangi mereka, alhamdulillah kita bisa membantu dg segala daya. Sehat2 ya Mba
HapusDuh sedihnya mendengar cerita mbak ningsih. Pandemi covid ini ternyata dampaknya begitu menyedihkan. Sampai beberapa orang tidak bisa makan gitu.
BalasHapusKalau saya kan tinggalnya di kota kecil. Iya sih banyak juga yg kesusahan tapi karena si pedesaan masih termasuk mudah cari apa yg bisa dimakan, jadi tidak sampai kelaparan gitu, mbak.
Kalau soal kena virus nya mungkin lama lama kita sudah terbiasa menangani. Tidak begitu parno lagi. Tapi dampak kesusahan ekonomi nya ini diprediksi masih akab memburuk di tahun 2021.meskipun Alhamdulillah sudah banyak jenis bantuan. Selamat bertugas mbak. Barakallah.
Iya Mba, apalagi saat ramadhan. Air mata terus aja tumpah melihat saudara2 kita yg ga beruntung. Semoga th depan lebih baik Mba, asal masyarakat mau ikut mematuhi prokes dg tertib. In shaa Allah pandwmi ini cepat berlalu. Terima kasih Mba, sehat2 ya
HapusMasya Allah Mbak Srie, semoga Mbak dan suami juga pengurus lingkungan tempat tinggalnya diberi kesehatan ya..diberkahi kegiatan mulianya
BalasHapusSaya pun heran bantuan ini enggak standar ternyata. Di tampat teman ada yang komplek perumahan (padahal tergolong mampu) sudah beberapa kali datang paket bantuan. Sementara di lokasi yang warganya terdampak malah enggak ada kabar...hiks
Semoga semua segera pulih, kondisi membaik lagi dan semua bisa mencari rezeki kembali. Aamiin
Aamiin yra. Matur suwun doanya Mba. Klo diwilayah DKI semua warga dapat Mba, mau mampu & ga.Dapatnya juga lumayan banyak. Betul Mba, sedih tp kesal liatnya. Kita dipimpong klo cari info. Aamiin yra. In shaa Allah, pandemi in cepat berlalu.
HapusMasya Allah semoga semua langkah kebaikan yang Bu Sri lakukan mendapat balasan kebaikan juga dari Allah. Membantu sesama yang terkena dampak covid, walaupun hanya sedikit tetap memberikan rasa bahagia bagi mereka, karena memang benar2 membutuhkan. Semoga terus dimudahkan langkahnya untuk berbagi.
BalasHapusAamiin...aamiin yra. Terima kasih doanya Mba, alhamdulillah hanya bisa membantu tenaga & pikiran. Sehat2 ya Mba
Hapus