Memang tidak dapat dipungkiri
banyak orang khawatir, bahkan takut
menghadapi hari tua nanti dengan
berbagai alasan. Apakah kita akan tetap bersama dengan pasangan, masih sehat
dan biaya hidup masih terpenuhi?
Semua pertanyaan tersebut
terjadi pada semua orang, karena
usia tua biasanya dihubungkan dengan hal-hal yang tidak menyenangkan seperti menurunnya
fungsi tubuh, fisik mulai melemah, timbulnya penyakit kronis
dan pada sebagian orang tidak lagi
memiliki penghasilan dan bergantung
kepada anak.
Pastinya setiap orang ingin hidup
tenang dan nyaman menikmati masa tua
nanti. Bagaimana caranya?
1. Rencanakan
sejak awal dengan baik masa tua
seperti apa yang Anda inginkan. Setiap orangtua
memang memerlukan biaya untuk anak-anaknya tapi jangan lupa, Anda juga
butuh menabung untuk masa tua agar tidak bergantung kepada anak-anak. Apalagi
bagi Anda yang tidak mendapatkan uang pensiun setiap bulannya.
2. Usahakan pola hidup sehat dan biasakan rutin
berolahraga, walau hanya seminggu sekali sampai usia senja menjelang. Hal
tersebut diperlukan, agar dimasa tua Anda tetap sehat. Memang tidak ada
orangtua yang sehat seratus persen, tapi paling tidak Anda tetap masih bisa
beraktivitas normal tanpa bantuan orang lain.
3. Jangan lupa ikut asuransi kesehatan seperti BPJS
atau sejenisnya, karena kita tidak pernah mengetahui yang akan terjadi didepan.
Paling tidak Anda telah prepare dalam menghadapi kesehatan di masa tua nanti.
4. Kita tidak pernah mengetahui kapan saatnya
dipanggil Sang Pemilik Hidup. Kita lebih dahulu atau pasangan yang akan pergi
duluan, untuk itu biasa hidup mandiri
agar dapat melakukan aktivitas sendiri.
Terutama dapat menolong diri sendiri
dalam kegiatan sehari-hari.
5. Didik anak-anak untuk menghormati orangtua dan
tanamkan iman dengan baik sejak dini, agar dimasa depan mengerti bagaimana
mengurus orangtua. Bukan malah diserahkan mengurus anak-anak mereka.
Tetap sehat diusia lansia |
Jangan Menjadi Orangtua Rese
Menurut pepatah, Apa yang kita tanam, itu akan dituai. Pendek kata setiap akibat, pasti
ada sebabnya. Betul ga gaees?....... Disadari atau tidak suatu saat kita akan
menerima akibat apa yang telah kita perbuat. Begitu pula jika kita menanam angin,
maka akan menuai badai. Menanam kebaikan, tentu akan berbuah kebaikan. Entah
siapa yang akan menerima kebaikan tersebut, kita sendiri atau anak-anak.
Tidak sedikit orangtua yang
menyesali tingkah laku anaknya yang
tidak baik, setelah anak besar dan dewasa. Padahal sudah merasa mendidiknya dengan baik, tapi
acapkali para orangtua lupa memberikan contoh kepada anak-anak. Semua mengetahui bahwa anak-anak adalah
peniru nomor wahid dan akan
merekam apa yang diajarkan
kepadanya, terutama contoh kongkrit yang dilihatnya. Untuk itu gaes,
jadilah role model bagi anak sebelum
terlambat.
Saya dapat mengatakan tersebut diatas, karena kenyataan yang terjadi pada anak-anak di rumah. Setelah anak laki-laki
saya berumah tangga, dia berbagi tugas rumah tangga dengan istrinya. “Aku yang nyuci
baju, nyapu & ngepel, juga cuci piring,”
ucapnya
“Oh begitu, jawan istrinya”
“Iya lah, seperti papa di rumah. Mencuci, bersih-bersih
rumah dan cuci piring papa yang ngerjain”
Jawab anak lanangku. Aku
senyum-senyum mendengar obrolan mereka dan terselip rasa senang,
yang dulu tanpa disengaja berbagi pekerjaan rumah tangga dengan suami, ternyata
menjadi contoh melekat dibenak anak-anak.
Karena kantor saya lokasinya jauh, maka pagi buta sudah harus memasak. Hal ini membuat saya
rutin belanja di pasar tradisional setiap minggu, untuk menyiapkan persediaan selama
seminggu. Saat belanja, anak-anak kami bawa. Jadi kita belanja bersama &
kalau libur beberes rumah dan masak bersama. Naaah….si kakak, menyuruh istrinya
ikut saya belanja untuk keperluan mereka. Jadi kita janjian bertemu di pasar,
kebetulan rumahnya memang tidak jauh dari rumah saya. Ini kejutan kedua dan
kejutan-kejutan berikutnya menunjukan wajahnya..hehehe. Ternyata contoh itu ngefek bingit dan terekam
dengan baik oleh anak-anak gaes.
Saya dalam mengurus rumah tangga
menganut azas terbuka, semua hal yang dilakukan disampaikan kepada anggota
keluarga. Diskusi terjadi di meja makan
atau berdesakan di tempat tidur kamar. Saat
kelas 3 SD saya sudah memberitahu kalau
si kakak sudah saya ikutkan pada asuransi pendidikan, lengkap dengan guna dan fungsinya & saya perlihatkan
polisnya. Saya bukakan rekening tabungan sejak TK dan lainnya. Jadi
semua anak-anak mengetahui dan setelah SMA, baru saya beritahu masalah surat
tanah/rumah dan dari mana asalnya sampai bisa membeli itu semua.
Percaya ga kalau anak-anak saya memberikan
nomor telpon teman-teman akrabnya, dengan pesan: “Kalau aku ga bisa dihubungi,
mama telpon salah satu nomor tersebut. Aku main bersama mereka.” Saya ga pernah minta loh! & itu juga
terjadi sampai anak-anak kuliah. Saya
kenal dan akrab dengan teman anak-anak.
Ingatan masa-masa itu timbul kembali, karena saat kini seperti
video yang sedang diputar oleh anak-anak. Untuk pertama kalinya, si
kaka bilang “doain aku berhasil ya ma. Aku
mau nembak cewek yang sudah lama ku incar.”
Emaknya ketawa, ternyata anak mama sudah besar. “Ok, good luck ka” Saat si
kakak baru masuk kuliah. Adeknya mencerita lengkap siapa cewek yang dimaksud.
Jadi gaes apa yang kita ajarkan
kepada anak-anak, akan lebih baik jika diikuti dengan keteladanan yang
dilakukan orangtua. Awali membuka
komunikasi dengan membiasakan mendengarkan
cerita kegiatan anak-anak hari itu. Kebiasaan tersebut akan menjadi kebiasaan, asal dilakukan secara
rutin tapi jangan lupa kita pun ikut
menceritakan kegiatan kita loh. Ajarkan
sesuai tahapan usianya dan temukan kejutan diwaktu lain, sebagai buah yang
telah kita ajarkan.
Kok serem benar sih sub judulnya, RESE?..hehehe
Kata “Rese”
dalam kamus Bahasa Gaul Kekinian dan Pasaran artinya “Menyebalkan”
Coba siapa sih yang mau dibilang nyebelin? Pasti ga ada yang mau kan gaees!....
Lalu bagaimana agar kita tidak dilabelin kata
rese, apalagi oleh anak-anak sendiri. Berasa jlebnya kan
.
Diatas telah
saya tulis 5 cara menghadapi
masa tua, salah satunya agar kita bisa mandiri & tetap beraktivitas di usia
senja, tanpa merepotkan anak. Syukur-syukur dijauhi dari label rese. Namun adakalanya anak yang melihat
orangtuanya masih sehat dan dapat beraktivitas, menyerahkan tanggung jawab
lain, yaitu diminta mengasuh cucu. Betul ga gaes?
Banyak kejadian tersebut terjadi disekitar kita. Kalau ingat hal itu,
jadi teringat ibu. Dulu ibu saya mempunyai aturan sendiri. Setiap anak yang
telah menikah, wajib tinggal terpisah setelah satu minggu menikah. Agar dapat
merasakan menjadi seorang istri yang mengurus rumah tangga dan suami & itu tidak bisa ditawar. Walau ibu akan mengontrakan rumah
bagi anak yang belum punya rumah dan hal itu yang memotivasiku untuk bisa membeli
rumah, agar tidak terkatung-katung dari kontrakan satu ke kontrakan lainnya setelah menikah nanti…hehehe……
Yuuk…..Gaes kita jadi oma-oma yang sehat dan mandiri, tidak merepotkan anak-anak. Bagi yang belum
jadi oma, mulai sekarang persiapkan diri untuk masa depan. Untuk yang sudah
jadi oma, mulai detik ini ayo mandiri. Karena saya prihatin melihat disekitar lingkungan, ternyata cukup banyak anak-anak
yang kurang peduli dengan orangtuanya saat dibutuhkan. Walau memang tidak selalu anak yang salah
dalam kondisi ini. Ada hal-hal yang harus diketahui orangtua, kenapa anak tidak
peduli. Hal tersebut, mungkin berasal dari diri kita sendiri sebagai orangtua. Mungkin kita dilabelin dari salah satu kata dibawah ini, oleh
anak-anak:
1. Cerewet. Percaya
ngga sih kata ini yang pertama keluar dari mulut anak-anak, terutama untuk
ibunya. Apa-apa dikomentarin, begini salah. Begitu apalagi dan rasanya malas
dengerin dia ngomel.
2. Rese.
Kata pergaulan yang sudah umum dipergunakan masyarakat kita, menjadi
salah satu penyebab anak-anak malas berdekatan dengan ibunya dalam satu kesempatan. Kebanyakan anak
mengatakan ibunya rese, karena masih sering ikut campur urusan rumah tangga
anaknya. Minta dilayani secara berlebihan, semua tinggal teriak dan ngomel kalau tidak
diikuti kemauannya. Sehingga anak tidak merasa nyaman berdekatan dengan ibunya sendiri dan
memilih menghindar agar tidak terjadi gesekan.
3. Bagi anak-anak remaja setingkat SMP dan SMA,
biasa mengatakan “Mama ku ga asyik tau.”
Hal ini saya pernah mewawancarai
20 orang anak dan mengatakan hal tersebut pada ibunya. Arti ga asyik menurut mereka: cerewet dan
rada rese, kalau menyuruh ngomongnya diulang-ulang. Padahal sekali ngomong kita juga sudah mengerti dan maunya cepet-cepet dikerjain. Kalau
kita cerita ga didengarkan, dikacangin dan yang bikin sebel lagi, ga percaya
kalau kita pulang telat itu pasti dibilang main.
Gaeees……ibu atau ibu mertua mana yang
mau dikatagorikan “cerewet, rese
dan ga asyik.” Pasti ga ada yang mau lah, tapi
mari kita instrospeksi diri atau
bercermin. Apakah kita termasuk dalam salah satu katagori tersebut? Jujur ya bu, tapi sebenarnya ga sulit kok
untuk mengetahuinya. Kita bisa bertanya kepada diri sendiri. Apakah anak-anak pernah
mengatakan anda cerewet, atau menurut Anda bagaimana? Karena tidak semua anak
akan mengatakan langsung.
Jika seorang anak sudah
mengatakan ibunya menyebalkan alias rese, rasanya si ibu perlu mawas diri lebih
dalam. Coba perhatikan gelagat si anak,
karena tidak semua anak mau bicara terus terang. Namun lebih sering menghindar
dengan berbagai alasan. Tapi aku pernah melihat seorang anak yang menolak pergi
bersama ibunya, dengan alasan “Mama nanti rese lagi disana, nanti aku malu sama
teman-teman”
Belum pernah di undo tuh anak
kali ya, dia pikir keluar dari perut
sapi apa! hahaha………
Gemas aja dengarnya
ngomong seperti itu sama ibunya.
Anak lanang nemenin emaknya kumpul teman2 |
Alhamdulilah anakku “ANAK SIAGA” siap antar jaga Emaknya, kaya iklan KB aja…..wkwkwk
Saat suami
dinas diluar kota dan pulang tiga bulan sekali, sementara si bungsu masih kuliah diluar kota juga. Aku
hanya tinggal berdua dengan anak lanang,
kemana aja Emaknya pergi. Dia siap mengantar, bahkan rutinas belanja ke
pasar tradisional setiap hari minggu ya diantarin. Bukan hanya
nganterin, tapi menunggu sampai aku selesai belanja. Juga di saat ada acara dengan teman-temanku,
ya ikut menyatu. Begitu juga saat di
kantor ada event, ya anak lanang ini
yang bantu saat libur kuliah.
Gaes sudah mengetahuikan, hadish
yang mengatakan bahwa anak laki-laki itu milik ibunya. Bunyi hadish tersebut: “Siapakah
yang berhak terhadap seorang wanita? Rasulullah menjawab: “Suaminya” (apabila
sudah menikah). Kemudian Aisyah Radhiyallahu ‘anha bertanya lagi: “Siapakah
yang berhak terhadap seorang laki-laki? Rasulullah menjawab: “Ibunya,” (HR.
Muslim).
Jelas tertulis dalam Al-Quran, bahwa orangtua
menjadi tanggungjawab
anak-anaknya di usia lanjutnya :
“Dan Tuhanmu telah
memerintahkanmu supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan “ah” kepada keduanya. dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka dengan perkataan yang mulia,”
(QS. Al-Isra’: 23).
Mari gaees, kita
coba menjadi ibu yang bijak dan
membuat anak atau menantu nyaman dengan kita. Tepis label “cerewet, rese dan ga
asyik” dari kamus diri kita, agar dapat menjadi teman yang baik dan bijak bagi anak-anak.
#selfreminder
#loveumychildren
Mungkin sebagian hati mereka seperti itu ya tapi sekarang aku sedang menikmati peran mereka menjadi anak siaga bagiku sejak ayahnya meninggal 2013 lalu bahkan sampai aku menikah lagi kini 2 tahun yang lalu
BalasHapusSubhanallah Mba. Semoga berkah memeluk keluarga Mba selalu ya
HapusAnak saya tiga yang dua laki2 Mbak. Alhamdulillah hubungan kami sangat dekat. Yang no 1 sudah kelas 8. Memasuki masa remaja. Hubungan kami selain sebagai Ibu dan anak, juga seperti teman. Dia suka curhat apapun tentang kegiatannya. Kebetulan tinggalnya di pondok. Jadi curhatnya kalau pas sambangan, tumpah semua deh hehehe.
BalasHapusAlhamdulillah Mba, semoga terus terjaga hubungan erat itu ya Mba. Saya sedih menyaksikan teman dimarahi anak.laki2nya, pdhal.anak tsb rajin ibadah & tak tinggal.puasa daudnya.
BalasHapusWaduh sereeem..saya ndak mau mbak dicap emak emak bawel plus rese. Ehehe.. Tapi ups kok mulut ini masih suka auto reply saat merintah. Ternyata anak gak suka yaa kalau kita merintah berulang ulang lebih karena emaknya ini suka ga sabaran.
BalasHapusNoted nih, meningkatkan komunikasi terbuka dengan anak. Semoga bisa yaa saya
Betul Mba, mau tau jawaban anak yg ditanya sebel.sama ibunya:
Hapus"Klo nyuruh berulang-ulang. Sekali jg udah tau" 😃😃
Lalu saya tanya lg: emang maunya mamanya seperti apa?
" Ngasih tau sekali kita juga denger kok, jangan bawel. Apalagi klo ngomongnya ada temen aku."....hehe
Komunikasi terbuka sangat penting & itu akan diingat sepanjang usia anak. Selamat mengantarkan anak2 ke gerbang kesuksesan, tp reward & punishment jangan pernah dilupakan. Krn dr situ akan tumbuh disiplin bagi anak.
Duuhhh gusti. Dengan kebiasaanku sekarang, aku sering ngebayangin tua nanti kaya apa ya.. Nyebelin nggak ya... Kadang berdoa semoga pas udah tua NGgak bikin repot anak
BalasHapusSemoga doanya diijabah Mba. Tapi sekali ada waktu, mulai mempersiapkan anak2 & diri sendiri. Sukses ya Mba
HapusSo Far, yuni tidak pernah merasa mama yuni rese dan sebagainya. semenyebalkan apapun (misalkan) sikap mama dan bapak yuni, yuni ndak masalah. yuni selalu ingin dan terus dekat dengan mereka. meski saat ini bekerja di perantauan selalu ada waktu untuk menghubungi mereka.
BalasHapusAh yuni jadi kangen mama dan bapak. Hehehe
Anak solehah Mba Yuni, bahagianya orangtuamu memilikimu. Salam takzim untuk orangtuamu ya.
HapusMbak Srie..dua anakku cowok iniii. Semoga bisa juga jadi Anak Siaga seperti putranya Mbak ..Aamiin.
BalasHapusNoted: menoba menjadi ibu yang bijak dan membuat anak nyaman dengan kita. Tepis label “cerewet, rese dan ga asyik” dari kamus diri kita, agar dapat menjadi teman yang baik dan bijak bagi anak-anak.
Oke..terima kasih sharingnya
in shaa Allah bisa Mba Dian, didik mulai dr sekarang dg diberikan contoh. Jadikan anak2 itu seperti teman & pelajari pergaulan ditiap tingkat sekolah, agar kita bisa masuk di dunia anak .SMP atausaat sdh SMA. Rangkul teman2nya. Jaga kepercayaan & beri kepercayaan pd anak2.
HapusTeman anak2 merasa nyaman dg saya, bahkan sampai kuliah. Anak2 sampai kuliah bawa bekal Mba, teman2nya mungkin suka ikut makan. Kadang ke rumah mereka pesan dimasakin apa gitu..
Klo si bungsu kuliahnya diluar kota, saat saya jenguk teman2 makan dikosan bareng2. Saya masakin sesuai keinginan mereka, sampe kadang diberatin ga boleh pulang.
Pokoknya seneng Mba, sampai sekarang teman2 SMP & SMA msh main ke rumah, klo kngen dg saya..🤭
Makasih tipsnya bunda.sangat bermanfaat nih buat saya yang belum jadi Oma. Hehe. Paling tidak saya bisa mempersiapkan diri seperti tips bunda
BalasHapusSama2 Mba, silakan dipersiapkan semoga sukses ya.
BalasHapus