Smart Ladies…
Pernah dengarkan kata-kata “Uang
itu ngga kenal saudara” yang artinya kalau berurusan dengan masalah uang, saudarapun bisa saling bermusuhan. Tidak sedikit antar saudara
terpecah belah karena masalah uang atau harta waris. Pada saudara, ada yang bersifat tamak atau serakah kalau
berbicara masalah uang atau harta waris. Bahkan ada pula anak yang mengugat
orangtuanya, dengan pokok masalah uang atau harta. Betul ngga?
Bertolak dari
masalah uang atau harta waris, aku mendapat
curhatan dari beberapa orang tentang masalah
tersebut. Ada anak yang mau menguasi harta orangtua dan ada
pula keluarga lain yang mau ikut menguasi
harta warisan kakak/adik atau keluarga lainnya. Setiap mendengar curhatan
masalah tersebut, aku hanya bisa menahan napas panjang, karena dalam
keluargaku pun mengalami hal yang sama.
Kadang aku sendiri tidak mengerti,
kenapa orang percaya curhat
masalahnya padaku.
Apakah karena aku dianggap bisa memberikan solusi, atau bersedia memasang telinga untuk mendengarkan
tanpa protes. Atau menganggap curhatannya
pasti aman ditanganku. Entah lah,
tapi aku pernah bertanya kepada
salah seorang yang curhat. Dan
jawabannya membuat aku, tersenyum sambal mengernyitkan alis. Katanya aku bisa
memberi solusi, karena pandangan dan pengalamannya banyak. Alhamdulillah, andai
itu jawabannya semua…hehehe
Tetiba hp berbunyi nada dering WA masuk dari
seorang teman lama yang tidak bertemu, tapi keep contac via hp. Terbaca
dilayar hp, dia bercerita kesal dengan
sang kakak yang meributkan
warisan. Padahal sang ibu
dalam kondisi sakit, sehingga
sering membuatnya anfal karena memikirkan hal ini.
“Apa salah, kalau sertifikat rumah orangtua aku yang simpan?”
tanyanya
“Mamamu tau ngga kalau kamu yang
menyimpannya?” jawabku
“Ini mama yang memberikan, agar
aku simpan. Karena kakak membongkar lemari mama, mencari sertifikat rumah.”
“Oh…ya gapapa kalau memang mamamu
yang menyuruhnya. Tapi kalau boleh
saran, sebaiknya focus mengurus
mamamu dulu”
Teman ini hanya dua bersaudara menurutnya, sang kakak seringkali meminjam uang ke mama
dan tidak pernah dikembalikan. Entah ada masalah apa, sekarang meminta sertifikat rumah orangtuanya.
Di lain waktu seorang
tetangga mengeluh tentang anak-anaknya, yang sudah meributkan warisan di saat bapaknya
sedang terbaring sakit. Memang keluarga
tersebut, menurut penuturannya memiliki
harga yang tidak sedikit. Hanya mungkin waktunya yang belum tepat saja
untuk membicarakan hal tersebut. Namun menurut aku, apapun harus dibicarakan sebelum masalah jadi
berlarut-larut dan tambah runyam.
Ada pula yang telah tiada kedua orangtuanya dan
anak-anaknya sudah berumah tangga semua.
Tapi rumah peninggalan orangtua di tempati oleh dua anak yang lain, daaan si adik yang tingal di pavilion di usir sang
kakak. Rumah akhirnya dibeli oleh si kakak tapi dia memberi harga sesuka hatinya. Beruntung anak yang lain
tidak ada yang mau ribut, semua diterima dengan ikhlas. Namun yang membuat
keluarga tersebut sedih, si kakak pembeli rumah memutuskan tali silaturahmi
dengan saudara lainnya.
Ada satu lagi yang agak aneh dan
perlu aku cuitkan juga di sini, saat orangtua mereka meninggal. Ada 4 anak yang
masih sekolah SMP & SMA. Disamping ada kakaknya yang membantu biaya
pendidikan, juga masih ada uang pensiun bapak. Tapiiiii katanya kakak tertua
yang menguasai uang pensiun dan barang-barang rumah tangga, diangkut ke
rumahnya. Aku geleng-geleng mendengar
curhatan ini, karena ternyata uang pensiun bapaknya digunakan kakaknya.
Smart Ladies
Rasanya ngga akan selesai kalau
semua curhatan ditulis semuanya di sini. Sebaiknya kita coba memberikan solusi
agar hal tersebut tidak terjadi dikeluarga kita, paling tidak dapat meminimalisir kondisi yang terjadi.
Langkah Solusi
Sebagai orangtua, sebaiknya terbuka dengan anak tentang
apa yang orangtua miliki. Lakukan sejak anak mulai menginjak SMA. Saya melakukan itu sejak
anak-anak SMP. Awalnya ngobrol santai,
menceritakan tentang rumah yang kita tempati dan bagaimana cara mendapatkan
rumah tersebut. Jadi ini rumah kita
bersama dan harus dirawat bersama-sama juga. Ada beberapa langkah yang perlu dilakukan orangtua:
1. Bicarakan
dengan anak-anak tentang harta
yang orangtua miliki, yang sekira perlu anak mengetahui. Andai orang tua
menyiapkan sesuatu bagi anak-anaknya, beritahu dengan alasan yang mudah
dicernak. Hal ini perlu dilakukan, agar tidak terjadi perebutan
harta warisan dikemudian hari.
2. Ilmu agama sangat perlu ditanamkan, tapi seringkali
tidak menjadi jaminan anak mengerti pembagiannya. Apalagi kalau istri atau suami anak ikut campur.
3. Bagi orang tua yang mampu, biasanya telah menyiapkan rumah bagi anak-anaknya dan
sebaiknya dengan harga yang sama, agar
adil. Ada baiknya katakan hal itu
sejak awal kepada anak-anak.
4. Andai Anda tidak melakukan pemberitahuan kepada
anak-anak sejak awal, “berwasiatlah.” Hal ini sangat penting, karena kita tidak
pernah mengetahui kapan kita dipanggil Allah. Hal itu penting untuk mencegah terjadi perang saudara. Buat lah wasiat sejak Anda memang sudah menyiapkan hak anak-anak.
Tidak perlu berwasiat dengan menggunakan seorang notaris, cukup buat surat yang
Anda tandatangani untuk istri dan anak-anak. Tapi jangan lupa bicarakan dengan
pasangan, agar sama-sama mengetahui, kan
kita ngga mengetahu siapa yang akan pergi lebih dahulu.
Berkaca dari pengalaman, di keluarga saya juga tidak luput dari masalah
harta warisan. Memang tidak banyak yang ditinggalkan orang tua, kita pun tidak pernah meributkan sampai ibu
bercerita diakhir kepergiannya. Bahwa
sebuah rumahnya telah dijual salah satu kakakku, tanpa ijin ibu dan
diakui sebagai rumahnya. Sementara rumah
yang ditempatinya, ternyata juga telah diambil alih suami dari adikku tanpa
sepengetahuan ibu. Alhamdulillah, anak yang lain menerima semua itu tanpa ribut.
Yaa..sudah, memang bukan rejeki. Ibu
senang mendengar jawaban anak-anaknya yang tidak mempermasalahkan soal warisan
tersebut.
Aku dan suami sejak mempunyai
anak, memang sudah berniat memberikan
si kakak dan Ade rumah. Walau sebenarnya
belum mengetahui dari mana uang untuk membelinya. Kita kan boleh bermimpi, aku
percaya Allah akan membantu mewujudkan niat tersebut. Ternyata rumah untuk si kakak aku beli dari
uang asuransi beasiswanya. Saat cair,
alhamdulillah aku masih mampu membiayai kuliahnya sampai selesai dan uang
asuransinya kubelikan rumah KPR. Kekurangannya
biayanya aku cicil selama 3 tahun dan
begitu pula dengan si Ade.
Saat mereka SMP, aku sudah mengatakan niat tersebut dan
mohon doa mereka agar dapat terwujud. Saat rumah buat si kakak terbeli. Aku
beritahukan dan akan aku berikan saat
mereka telah menikah. Aku tunjukan
sertifikat rumah tersebut dan silakan dibalik nama setelah kalian mampu. Aku selalu berpesan jangan sampai ribut masalah harta,
tapi bagi rata dan jangan ikut sertakan
pasangan kalian bila membicarakan hak waris.
Alhamdulillah si
kakak sudah dapat membeli rumah
sendiri sebelum menikah, yang enak
Emaknya. Tiap tahun dapat uang kontrak rumahnya yang aku belikan....hehehe. Si Ade itu kiblatnya adalah kakaknya, dia
ngga mau kalah sama kakaknya. Sekarang
lagi menabung buat ambil rumah juga…hehe
Bukan bermaksud mau show up, tapi
belajar dari pengalaman sangat perlu untuk memperbaiki langkah kita. Ngga ada salahnya kan, apalagi
kalau hal itu memang baik. Kita perlu
merencana semuanya dan berusaha untuk
mencapainya, tapi andai tidak semua bisa terwujud. In shaa Allah bisa
dilanjutkan oleh anak-anak. Jadi jangan lupa
“Berwasiat lah” Semoga
bermanfaat dan bisa diambil hikmahnya.
kalo ngomongin wasiat aku sedih bun, heu. tapi emang penting sih ya, apalagi kalo anaknya banyak, bisa jadi rebutan. Untung aku hanya berdua dan cewe semua, mungkin tinggal bagi rata hehe~
BalasHapusMemang sedih tp akan levih sedih klo ga diurus. Anak sedikit juga ga jaminan aman, tergantung dr sifat anak maaing-masing.
HapusIni yang sering terlupa sebagai manusia. Walau ada juga yang merasa tabu seakan umur tinggal besok, tapi bagus juga masukannya Bun
BalasHapusDi masyarakat kita, kadang perasaan ga enak. Tabu, ga baik acapkali muncul. Padahal rasa tersebut dpt memicu keluarga terpecah belah. Lebih baik mencegah dr pada ribut antar anak dikemudian hari kan Mba.
HapusKisahnya bagus, Bund. Memang demikian lah yg terjadi di masyarakat kita. Gegara warisan, hubungan persaudaraan rusak.
BalasHapusAlhamdulillah, di keluarga besar Kami tidak terjadi. Eyang saya dari kedua belah pihak sudah berwasiat sebelum mereka wafat. Ibu Bapak saya dan saudara mereka sudah mendapatkan bagian masing2. Insya Allah tidak ada keributan. Teladan ini tinggal saya teruskan bersama adik2. Naudzubillah, jangan sampai Kami memiliki watak rakus .
Btw, biasanya sih yg menguasai warisan itu butuh uang untuk menutup utang yg besar, juga untuk memenuhi tuntutan gaya hidup. Duh, sayang sekali. Padahal persaudaraan itu lebih mahal
Salut saya dg orangtua Mba yg sudah menyadari untuk berwasiat.
HapusBetul Mba, seperti itulah manusia rakus memaknai harta. Menyedihkan
Di sini pun pernah ada Mbak kejadian serupa, dimana anak bungsu yang dipercaya untuk merawat ortunya yang sudah sepuh mengambil sertifikat rumah orang tua secara diam2 malam hari bersama suaminya dan pergi dari rumah itu, belakangan baru ketahuan saudara2nya jika sertifikat telah digadaikan saat ada yang menagih. Eeeh jadi ndongeng saya...
BalasHapusNaah...hal.sepwrti itu yg membuat sedih, maka berwasiat itu perlu. Agar ga.terjadi hal seperti.itu ya Mba.
HapusKebanyakan dari kita memang tidak terbiasa dengan wasiat ya Bun, padahal kegunaannya sangat besar. Semoga aja di keluarga kita ngggak sampe kejadian keluarga jadi pecah gara-gara harta. Amin
BalasHapusMemang tak biasa tp harus dibiasakan ya Mba. Karena walau saudara kita ga tau sifat keserakahannya. Jadi untuk menjaga kerukunan keluarga yg mau ga mau. Suka ga suka kita harus berwasiat
HapusMasyaAllah ... Aku juga ingin seperti itu, Bun. Mampu memberikan rumah untuk anak-anak kelak. Nggak tahu darimana uangnya tapi semoga nanti dibukakan jalan. Masalah warisan memang seringkali menjadi gerbang retaknya hubungan keluarga. Sedih ya. Tapi semoga itu semua nggak terjadi lagi ya, Bun. Semua sama-sama menyadari bahwa yang kita punya toh cuma titipan.
BalasHapusAamiin yra. Semoga diijabah Mba.
HapusBetul Mba, tp sayangnya ga semua orang menganggap harta itu titipan Mba. Maka ada keserakahan..
Masya Allah semoga saya nanti juga dimampukan seperti Mbak Srie ya...mendidik anak sampai rukun nanti dan tidak ribut masalah harta dengan saudara.
BalasHapusWasiat memang penting ya Mbak..Ini di keluarga suami sudah mulai ribut masalah harta padahal Ibunya masih ada. Hiks! Sayangnya beberapa kali saya ingatkan Beliau tetap enggan berwasiat.
Aamiin yra. In shaa Allah diijabah Mba. Tolong diingatkan terus Mba & bila perlu diberikan cerita kejadian2 Mba. Itu untuk kerukunan antar keluarga, saat beliau sdh tidak ada. Semoga beliau berkenan berwasiat ya Mba Dian.
HapusKeluarga besar alm. papaku sempat pecah karena warisan. Bersyukur setelah no papa dan selurih saudanya meninggal, kami generasi anak cucu bisa rukun. Semoga nanti aku dimampukan mendidik anak menjadi bijaksana. Dan mampu berwasiat agar kesedihan seperti yang papa alami nggak sempat terjadi. Amiin
BalasHapusAlhamdulillah & tentunya generasi berikutnya ga mau hal.itu terulang ya mba. In shaa Allah mampu Mba, demi untuk kebaikan.
HapusSaya juga punya pengalaman tidak menyenangkan terkait warisan. Itulah kalau ngomongin warisan, saya suka sedih...
BalasHapusSemoga tidak terjadi pada generasi berikutnya ya Mba. Tentu dimulai dr Mba sendiri.
HapusMasalah prninggalan hrta ortu mmg riskan yaa. Tp klu dibicarakan dgn bauk saling adem hati tdk mnumbulkn konflik kluarga. Peran ortu sangat pnting mngingat ortu yg wajin dan berhak untuk mmbicarakan dgn anak2nya
BalasHapusSmg kita smua dijauhkn dr hal2 yg negatif krn urusan dunia. Aamiin..
Aamiin yra. Betul Mba, dr orangtua lah keluarga itu mau dibawa kemana. Semoga generasi berikutnya bisa dijauhkan dr sifat2 tamak ya Mba
HapusUrusan warisan memang banyak bikin masalah. Inti dari semua adalah, keserakahan. Padahal.dalam.Islam sudah diatur yenyang pembagian waris, tapi banyak yang tidak mau mengikuti.
BalasHapusBetul Mba, makanya saya bilang iman ga mempan kalau sudah kena penyakit tamak. Untuk mencegahnya, selain aturan agama juga perlu campur tangan orangtua.
HapusBener Bun, apalagi jika sudah ada campur tangan pasangan dari si kakak atau si adek, hehe. Sering berbeda dengan tujuan awal orang tua. Padahal sejatinya waris itu kan harta kerja kerasnya orang tua.
BalasHapusTapi begitulah ... urusan duniawi selalu menyilaukan, hehe.
Betul, makanya anak2 diberitahu sebwlum mereka punya pasangan. Baik langsung bicarakan atau dg berwasiat
HapusAlhamdulillah, ibu saya sudah wanti wanti dari kami usia sekolah, kalo soal warisan ga boleh diributkan karena hartanya emang seuprit. Alhamdulillah kami semua dapat memiliki rumah sendiri. Semoga saya juga bisa memberikan rumah yang layak buat anak anak kelak, aamiin. Terimakasih sharingnya bunda.
BalasHapusKlo sejak awal diberitahu tentu enak pada akhirnya ya Mba. Aamiin yra, sama2.
HapusAkupun sering menjumpainya. Bahkan ada yang sampai bermusuhan. Hanya bisa berdoa semoga keluarga saya tidak demikian. Dan Allah menjaga kami dari harta yang bukan bagian kami. Amiin
BalasHapusAamiin yra. Untuk itu perlu berwasiat kan Mba, paling ga untuk keluarga kecilnya.
HapusWarisan hasil penjualan rumah yg dibagi ke anak², tuh kalo dipikir ibarat uang panas. Kalo engga bijak, bisa lenyap tak berbekas.
BalasHapusSangat betul. Bukan hanya rumah tp warisan dlm bentuk.apapun klo tidak bijak penggunannya malah akan menjadi mudarat Mba.
HapusNumpang promo ya Admin^^
BalasHapusingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat
ayo segera bergabung dengan kami di ionqq^^com
add Whatshapp : +85515373217 || ditunggu ya^^