Lohaa..Smart Ladies…
Melihat beberapa tayangan TV
tentang kisah nyata, ada yang menjadi perhatianku yaitu: si istri protes suaminya selalu pulang malam dan mencurigai punya WIL. Terjadilah
perang mulut yang kata-katanya membuat
aku menahan napas. Jawaban si suami: “kamu
sibuk terus dan ngga pernah mengurus suami” dan si istri dengan
suara tinggi menjawab: “Aku kan
kerja, udah capek. Memang kamu ngga bisa ngurus diri
sendiri dan pesan makanan di luar”
Aku akhirnya rajin mengikuti
kisah-kisah tersebut, ternyata beberapa episode inti masalahnya sama Seorang
istri yang juga bekerja diluar rumah, mengabaikan tugas utamanya sebagai IRT. Menyediihkan!.
Naah…waktu ikut nganter cucu sekolah di Mc Kid dekat
rumah. Sementara cucu belajar, aku duduk sambil mengawasi ke ruang kelas. Disebelah meja ku, duduk ibu-ibu muda sedang breakfast sambil bertukar cerita. Salah
satu ibu itu bercerita, bahwa dia malas kalau anaknya minta belajar bersamanya.
Begini ceritanya:
“Kemarin sore, anakku minta
ditemenin belajar. Males banget tau ga
sih! Aku bilang aja, sebentar Bunda
ngeteh dulu. Habis ngeteh, mandi terus
aku tinggal tidur aja. Biar aja, kan ada Ayahnya.”
Masya Allah……..Aku jadi berusaha menoleh
untuk melihat ibu mana yang cerita. Seorang ibu yang usianya kira-kira tiga puluh lima tahun, berhijab sportif dan cukup cantik. Tapi maaf emang aku nguping
pembicaraan mereka, setelah mendengar isi
ceritanya.
Apa yang salah dengan ibu-ibu
tersebut ya?......
Jaman now, kesempatan terbuka
luas bagi perempuan yang ingin berkarier.
Bahkan angkatan kerja perempuan cukup membuat para lelaki merasa ketar-ketir,
karena tersaingi. Banyak perusahaan yang
lebih memilih perempuan sebagai karyawannya, karena lebih teliti dan tidak
banyak menuntut. Hanya sangat
disayangkan andai ada perempuan yang
mengabaikan tugas dan tanggungjawabnya sebagai istri dan ibu rumah tangga.
Tidak dapat dipungkiri banyak
suami yang mengijinkan istrinya bekerja diluar rumah, bukan hanya semata untuk
membantunya mencari nafkah. Namun memberikan kesempatan istrinya untuk
mengamalkan ilmu yang dimiliki dan beraktualisasi diri. Dengan syarat tetap mengurus istri dan rumah tangga adalah
yang utama.
Hidup itu pilihan dan setiap
pilihan ada konsekwensi yang mengikutinya. Berperan ganda sebagai ibu yang
bekerja diluar rumah dan IRT, memang tidak mudah. Tapi bukan tidak mungkin,
asal mempunyai niat dan kesadaran
tingkat dewa. In syaa Allah semua bisa disiasati.
Ada 5 hal yang harus dipersiapkan
seorang Ibu bekerja, dibawah ini yang
tercantum dalam buku “Jadi Ibu terbaik. Siapa Takut?”
Memang tidak dapat dipungkiri, berbagai latar
belakang yang mendasari seorang istri bekerja seperti:
1.
Memperoleh Pendapatan Tambahan
Selama 25 tahun terakhir, perkantoran yang semula
didominasi pria secara signifikan telah berevolusi dipenuhi oleh perempuan. Bahkan jenjang karier yang dicapai
bisa mensejajarkan pegawai
laki-laki. Makin meningkatnya kebutuhan hidup yang tidak
dapat terpenuhi dari penghasilan suami, juga menjadi salah satu alasan suami
mengijinkan istri bekerja.
2.
Orangtua Tunggal/Suami
Mau tidak mau, suka tidak suka
sebagai orangtua tunggal dia harus bekerja agar
biaya hidup terpenuhi. Andai ibu
sebagai tulang punggung keluarga, karena suami tidak bekerja, sebaiknya
dibicarakan dengan suami untuk sementara dapat bertukar peran.
3.
Bertukar Peran
Masa kini
banyak pasangan keluarga
yang berpikiran modern, dengan istri yang
bekerja karena kedudukan atau
karier istri lebih tinggi dari suami. Hal
ini dapat dibicarakan dengan pasangan agar anak-anak tetep ada yang menemani di rumah, Anda dapat bertukar peran dengan suami. Suami di rumah mengurus anak-anak dan rumah
tangga dan ibu yang bekerja.
4. Menyiasati
Tugas IRT
Seorang ibu rumah tangga
selalu dikatakan multitasking, karena
dapat melakukan semua pekerjaan rumah tangga dan mengurus anak-anak, walau dia
bekerja diluar kantor. Untuk dapat melakukan hal tersebut Anda harus disiplin dan dapat mengatur waktu dengan
baik. Lelah? Kata itu tidak boleh ada
dalam kamus seorang ibu bekerja, saat
anak-anak masih kecil memang sangat repot. Namun ada saatnya anak-anak justru
dapat membantu Anda dan akan lebih mandiri.
5 Hal yang harus dipersiapkan
seorang ibu bekerja yang tercantum di buku saya dibawah ini.
Alhamdulillah saya dapat
menjalankan tugas ganda dengan baik selama hampir 30 tahun. Bekerja di luar kantor yang lokasinya
sangat jauh dari rumah dan hampir setiap minggu harus dinas keluar kota untuk
berapa hari. Di saat orang lain masih nyenyak
tidur, saya sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan, bekal anak ke sekolah dan
hidangan makan siang anak-anak. Bahkan kalau musim liburan sekolah, saya
membawa anak-anak ke kantor. Bahkan tidak jarang si Ade saya bawa dinas keluar kota, sejjak
usianya 4 tahun. Saya yakin semua ibu
bisa melakukannya, asal ada kemauan, ikhlas melakukannya, disiplin & dapat
mengatur waktu dengan baik.
Perdana Menteri
Selandia Baru bekerja dengan membawa serta anaknya.
Jacinda Ardern adalah perdana
menteri termuda dari Selandia Baru dan pejabat
pertama yang mengambil cuti hamil saat menjabat. Ia kembali bekerja pada awal
Agustus setelah mengambil cuti hamil selama enam minggu. Beliau telah membuat sejarah
sebagai pemimpin dunia pertama, yang
menghadiri pertemuan sidang umum PBB dengan membawa serta bayinya yang baru berusia 3 bulan.
Sejak kembali bekerja setelah
cuti melahirkan dengan membawa serta anak bayinya ke kantor, karena dia harus
tetap menyusui. Bahkan saat harus dinas
ke negara lain, bayinya tetap dibawa serta.
Jacinda Ardern dalam wawancaranya di jaringan NBC AS, yang dikutif dari
The Guardian.
“Lebih sulit mana memerintah
Selandia Baru atau membawa putrinya dalam penerbangan 17 jam Selandia Baru –
New York”.
Ardern menjawab, “Sama-sama sulit.” sembari tertawa.
Jacinda Ardern mengisi waktu
menunggunya dengan bermain bersama Neve bayinya, sebelum memberikan pidato di KTT perdamaian
Nelson Mandela. Ketika dia berpidato ke mimbar depan, Clarke Gayford suaminya menggendong Neve di pangkuannya.
Pihak Perserikatan Bangsa-Bangsa
senang melihat bayi Neve di Sidang Umum, kata juru bicara PBB Stephane
Dujarric.
“Perdana Menteri Ardern
menunjukkan, bahwa tidak ada yang lebih
memenuhi syarat untuk mewakili negaranya daripada ibu yang bekerja. Hanya lima
persen perempuan yang menjabat sebagai
pemimpin dunia. Jadi, kita perlu membuat mereka diterima di sini sebaik
mungkin,” katanya.
Terkait kapasitasnya sebagai ibu
yang baik sekaligus juga pemimpin sebuah negara, Jacinda Ardern menyatakan
setiap ibu mempunya kondisi yang berbeda-beda dalam membesarkan anaknya.
“Saya memiliki kemampuan untuk
membawa anak saya bekerja. Sayangnya, tidak banyak tempat kerja yang mengizinkan
bayi dibawa ke tempat kerja. Namun begitu, saya bukan standar baku untuk
membesarkan anak. Ada hal-hal terkait keadaan saya yang sama sekali tidak sama
dengan ibu-ibu yang lain,” kata Jacinda Ardern.
Masa Anda kalah dengan Perdana Menteri Jacinda Ardern..hehehe
Saya berharap Anda dapat melaksanakan tanggungjawab sebagai IRT dengan baik
Saya berharap Anda dapat melaksanakan tanggungjawab sebagai IRT dengan baik
#ODOP6
Bunda, memang super woman 😍👏
BalasHapusBisa menjalankan perannya sebagai IRT dan pekerja dgn baik.
Saat anak ke dua lahir, akhirnya aku memutuskan untuk berhenti bekerja. Karena tidak ada yg nenjaga anak².
Gapapa Mba, klo saya Alhamdulillah suami mau turun tangan mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Jd semua bisa lancar, bagi2 kerjaan gitu.
HapusJleeebb..Terima kasih sudah diingatkan Mbak Srie
BalasHapusMemang nih kadang ada masanya merasa enggak banget dengan kerjaan rumah tangga. Padahal memang selalu ada tanggung jawab mengikuti saat kita diamanahi anak atau sebuah pekerjaan di rumah atau di luar rumah yaa.
Ah, saya jadi suka kadang baca-baca lagi bukunya Mbak Srie. Manteep banget . Tercerahkan jadinya.
Alhamdulillah klo buku tersebut bermanfaat. Saya bisa meracuni otak & semua virus yg ada di buku tsb ke anak2.
HapusSenang denger si kk; ngomong ke istrinya : "aku yg nyuci, ngepel & cuci piring. Mama & papa begitu ngajarin aku, sampe sekarang pp msh mengerjakan pekerjaan itu. Jd kita bagi2 kerjaan rumah.". Berhasil!
Klo si Ade, lebih parah lagi. Dia inget semua nasihat atau obrolan dg saya. Baik ttg pelajaran sekolah, bagaimana hidup mandiri & memulai menyiapkan diri untuk hidup berumah tangga. Kemarin dia bilang begini sama saya, "Ma, th depan aku mau mulai beli rumah, mau cari beasiswa S2 ke Korea & penjabaran planingnya ke depan.
Papanya langsung, bisikin saya : "emaknya banget tuh!"..wkwkw
Semua itu untuk mereka, krn saya ga bisa meninggalkan harta tp tekat & semangat untuk fight dlm hidup ini walau orangtuanya sdh ga ada.
Meskipun saya belom ada bocah didalam rumah tangga saya mulai terbiasa jadi IRT mba..tapi beberapa bulan ini saya mulai kembali jenuh dan bosan..ditinggal suami kerja pulang malam..kadang saya mager..ngelakuin hobbi yg saya suka duh kalo udah datang gak mood kacaw deh. Mungkin krna saya harus tetep beradaptasi sama status baru saya sebagai IRT.
BalasHapusTapi mba kalo boleh usulan yang no 4 tetep hakikatnya sesuai agama laki-laki yg menjadi tulang punggung dan mencari nafkah bukan sebaliknya.
Sedangkan istri menjadi madrasah bagi anak-anak dan keluarganya..
Jadi meskipun hidup di era modern tetap tidak melupakan aturan dan sunnah agama. Itu aja mba masukan dari aku. selebihnya aku suka tulisan mba srie
Manusiawi kok Mba sekali-kali kita mager, asal jangan keterusan ya. Hehee.
HapusMba Megha...betul semua harus sesuai kondrat & tuntutan agama, tp kita tetap harus siap kalau Allah berkehendak lain. Yg perlu digarisbawahi bahwa itu terjadi dalam kondisi emergency & tentunya hanya temporary.
Terima kasih untuk masukannya.
Sabar ya Mba, saya dulu 3 th menikah baru dpt anak tp itupun hanya sementara, krn diambil.kembali kpd Pemilik Hidup. Alhamdulillah dua th berikutnya dpt ganti.
Sekarang jg menantu saya hampur 2th menikah belum diberi rejeki anak, In shaa Allah akan datang waktunya...
Bundaaa, aku malah rindu banget mendampingi anak-anak belajar. Lelah memang, seharian bekerja, malam belajar, sebelum tidur dan pagi-pagi menemani anak-anak belajar. Tapi bahagianya luar biasa. Mereka pun antuasias sekali kalau mamanya ini ikut menemani mereka mengerjakan tugas. Wah, tak terlukiskan deh pokoknya.
HapusAlhamdulilah...itulah masa2 emas kebersamaan kita dg anak2 Mba. Dulu anak2 saya malah menunggu saya pulang kantor untuk bercerita aktivitasnya hari itu & belajar bersama sampai saya antar mereka berangkat tidur. Mba tau apa yang terjadi setelah anak2 besar? Saya kaget saat si Ade cerita dg lengkap apa yang dulu saya ajarkan waktu kecil sampai dia kuliah. Dengan belaian dan perhatian yang kita berikan, semua membekas dan menjadi kenangan indah bagi anak. Yg utama itulah pedoamn dia untuk melangkah di dunia ini. Terima kasih sudah mampir Mba Melina, peluk sayang buat anak.
HapusSaya IRT yang kadang menghadapi dilema bila ada event diluar yang harus dihadiri.Tapi kalau sebelum berangkat urusan rumah tangga beres, enteng ya melangkah keluar. Semoga kita selalu sehat untuk bisa berkegiatan di dlm rmh dan luar rumah. Aamiin..
BalasHapusAamiin yra. Betul Mba, saya klo dinas 1 monggu ya ada 7 tupper wear berisi lauk matang yg saya masak buat suami & anak2. Jalan ringan langkah kita..hee
HapusMantab betul bunda, emang suami istri itu satu paket. Harus salong berbagi peran. Kalau keluarga hepi, semua pasti lancar. Kerjaan lancar, bahagia sejahtera.
BalasHapusBetul Mba Bety, semua beres dikerjakan bersama. Always happy deh
Hapussaya pribadi lebih memilh jadi IRT mba, kasihan saya bisa kehilangan momen terindah dalam hidup mereka. nanti kalo mereka sudah besar dan mandiri belum tentu mau kita ajak bermain lagi
BalasHapusBegitu ya Mba. Klo saya untuk masalah anak2 jd egois, hanya saya yg akan mwngurusnya & saat kerja diurus PRT tapi kendali tetap ditangan saya. Begitu sampai rumah, anak2 langsung saya take over kembali. Alhamdulillah senua moment dot saya lewati bersama.
HapusSaya juga pingin deh di rumah saja pakai daster tapi produktif. Menghasilkan uang dan generasi yang berkualitas. Menjadi ibu adalah panggilan jiwa menjadi wanita karier panggilan dunia. Tetep keren jadi ibu rumah tangga kok melayani anak dan suami itu bikin Heppy
BalasHapusHidup itu memang pilihan & setiap pilihan ada konsekwensinya. Apapun pilihannya kita harus disiplin menjalankannya sesuai.yg kita.pilih.
HapusMasya Allah, Barakallah Bunda keren banget buku solonya. Semoga laris manis bukunya dan sukses terus bun.
BalasHapusAaamiin yra. Makasih Mba Steffi untuk doanya
HapusWaw keren ya perdana menterinya. Walau sibuk bekerja tetapi tetapi merusaha MengAsi anaknya. Bener bun sesibuk apapun kita di luar sana jangan pernah lupa dengan peran kita sebagai ibu
BalasHapusKeren kan! Setujuuuu....hehe
HapusPernah baca sekilas trg PM Selandia Baru itu. She's rock! Keren.
BalasHapusDan tentang tugas IRT, saya sudah merasakan dua2nya, baik pada saat masih bekerja di luar rumah atau skrg saat full di rumah. Semua punya tantangannya sendiri2. Saya bersyukur pernah merasakan rempongnya tugas rumah tangga sembari berangkat pagi2. Sekrang pun bersyukur bs mendampingi tumbuh kembang anak setiap hari. Yang penting harus jadi ibu terbaik ya, Bu Srie? ^^ sukses berkah tuk bukunya :)
Oh gitu...keren kan?... Siip....Mba. Aaamiin yra. In shaa Allah bisa Mba, yg penting kita konsekwen dg pilihan kita & tau tanggungjawab.
HapusTerimakasih ilmu dan sharingnya Bun, saya jadi lebih bersemangat menjalankan peran ganda, semoga menjadi amal sholehah ya.
BalasHapusSama2 Mba. Alhamdlillah, salam buat keluarga
HapusTerimakasih ilmu dan sharingnya Bun, saya jadi lebih bersemangat menjalankan peran ganda, semoga menjadi amal sholehah ya.
BalasHapusBunda ningsih sungguh luar biasa dengan semangatnya yang membara. Saya lebih memilih di rumah setelah lima tahun bekerja di kantor. Rasanya lebih nyaman berpenghasilan dari rumah daripada meninggalkan anak dan suami, hehehe
BalasHapusHidup itu pilihan Mba, yg penting kita konsekwen dengan pilihan kita. Salam hangat untuk keluarga
HapusSaya setuju dengan tugas utama ibu. Apapun sebutannya, ibu rumah tangga atau ibu bekerja, keduanya tetap ibu. Yang penting seimbang saja dan tugas utama jangan sampai kedodoran. Bisa juga berbagi peran dengan suami, meskipun ada bbrp hal yg memang nggak bisa didedikasikan.
BalasHapusBetul Mba, keduanya sama yg penting jangan melupakan tugasnya.
HapusSeandainya disuruh memilih antara jadi ibu perkerja dan IRT, sekarang aku sudah berani menjawab jadi IRT full aja. Setelah 1 thn resign dr kantor dan jadi IRT sejati aku merasa masih sangat kurang dlm mengurus keluarga. Apalagi kalau disambil kerja. Bagaimanapun juga rasa lelah yg didapat di kantor itu sulit untuk tidak membawanya pulang. Akhirnya anak dan suami yg menjadi korban.
BalasHapusItulah beratnya sebagai berperan ganda Mba, tapi pandai2lah memilah dan berdiri dimana, tukarlah mind setnya biar semua berjalan sesuai koridornya
Hapus