Dataran
tinggi Dieng merupakan kawasan
vulkanik aktif yang dapat
dikatakan sebagai gunung api raksasa dan memiliki beberapa puncak dan kepunden kawah. Hal tersebut
menyebabkan terdapatnya fenomena alam yang sangat menarik untuk dipelajari dan
dikunjungi.
Setelah puas berkeliling di Baturaden- Purwokerto, hari
kedua kita akan mengunjungi Dataran tinggi Dieng di Wonosobo. Saat sarapan, para ibu sudah ramai
dengan dress code aneka warna lengkap dengan
jaketnya. Jam 8 pagi, mobil sudah mulai bergerak menuju Wonosobo. Jalan yang mulus dan berliku, dilalui dengan
mulus apalagi dengan pengawalan polisi,
Purwokerto-Wonosobo ditempuh tidak sampai tiga jam.
Dataran Tinggi Dieng yang akan
kita tuju adalah sebuah kawasan
pegunungan yang terdapat di Jawa Tengah. Secara administratif Dataran Tinggi
Dieng, termasuk dalam dua kabupaten yaitu Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara. Kawasan ini tidak pernah sepi pengunjung,
untuk menikmati berbagai keindahan alam ciptaan
Allah yang menyajikan panorama lengkap yang mempesona, mulai dari ada pegunungan, bukit, perkebunan, kawah, telaga,
dan candi.
Sesampainya ditujuan ibu-ibu berebutan untuk turun dari
mobil, saat pintu mobil terbuka udara
dingin langsung menyapa dengan lembut. “Toilet di mana? Toilet dimana?” pertanyaan bertubi para ibu,
karena sudah tidak tahan dan ingin segera ngedrain segera..hahaha…. Aku jadi
ikut-ikut juga dan berrr… airnya seperti es, dingiiiin bingit.
Kepala Kanwil Kementerian Pariwisata jawa tengah, menyambut
kedatangan kita di kantor wisata tersebut dan diminta untuk sekedar
menghangatkan badan dengan secangkir minuman hangat terlebih dahulu. Di luar tetap saja dingin dan ibu-ibu mulai
merapatkan jaket masing-masing. Namun mentari begitu terik, sehingga cukup
membantu mengusir rasa dingin yang mengigit.
TELAGA WARNA
Kita menyusuri jalan menuju ke
telaga warna, dari pintu masuk mengambil arah sebelah kiri dan hanya dua ratus meter Telaga Warna sudah terbentang di depan mata.
Ibu-ibu mengabadikan diri di papan petunjuk lokasi telaga warna dan
lingkungannya.
background Telaga warna |
Telaga warna ini bukan telaga biasa, karena memiliki keunikan tersendiri yaitu warna airnya yang sering berubah-ubah seperti hijau, merah,
lembayung dan biru. Fenoma ini terjadi karena airnya mengandung sulfur yang cukup tinggi. Sehingga
bila terkena sinar matahari air telaga akan berubah warnanya. Kandungan sulfur tersebut juga yang
menyebabkan telaga ini tidak dapat dihuni mahluk air apapun.
Pemandangan di sekitar telaga begitu
sempurna, karena dikelilingi lembah dan perbukitan
hijau nan asri, dengan pepohonan rindang yang dapat menyejukkan dan menenangkan para pengunjung. Telaga Warna ini
merupakan salah satu destinasi
wisata favorit para wisatawan di daerah
dieng.
Telaga warna dari dekat |
Selain terkenal dengan
pemandangannya yang indah dan unik, Dataran
Tinggi Dieng juga terkenal dengan hasil
pertanian dan agrowisata yang menarik. Pasti
sering dengar kentang dieng kan? Sudah
pernah melihat kentang jenis lain, belum?
Kentangnya berwarna merah, yang sangat baik dikonsumsi penderita
diabetes dan harga dibandrol Rp. 20.000/
kg.
GOA SEMAR
Setelah puas menikmati keindahan
telaga warna, kita dibawa masuk ke lebih dalam untuk melihat goa yang ada di kawasan telaga warna
dan telaga pengilon. Jalan yang kita
lalui untuk menuju ke Goa Semar, masih berupa jalan tanah dan menaik. Namun
ibu-ibu dengan semangat mengekor pemandu
kita, sambal sesekali jeprat-jepret berfoto
ria dibeberapa engle menarik.
Prasasti goa Semar |
Goa Semar terletak paling atas
diantara goa-goa lain, dari luar
terlihat mulut Goa ditutupi oleh pintu dan pagar besi. Sesuai informasi ukuran luas
ruangan Goa Semar hanya sekitar 4 meter persegi. Menurut mitos yang berkembang, Goa Semar ini
dijaga oleh Eyang Semar dan akhirnya namanya diabadikan pada goa tersebut. Goa ini dianggap
keramat dan dgunakan untuk bersemedi dan
menurut sejarah pernah digunakan sebagai tempat pertapaan para raja Jawa dan beberapa pemimpin negara,
salah satunya yaitu Presiden
Soeharto pada tahun 1974.
GOA SUMUR
Kita lanjut mengikuti jalan
setapak yang mulai agak menurun menuju Goa
Sumur (Eyang Kumolosari). Di kanan pintu goa,
ada sebuah patung berwarna kuning keemasan. Di goa ini terdapat kolam kecil bertuah,
airnya dimanfaatkan untuk upacara Muspe dan Mabakti oleh umat
Hindu dari Bali. Air kolam tersebut dikenal
dengan nama Tirta Prawitasari dan dijaga oleh Eyang Kumolosari, dipercaya bisa menyembuhkan penyakit dan
membuat kulit menjadi halus.
Pintu Goa Sumur |
GOA JARAN
Goa terakhir bernama Goa
Jaran, kita berjalan agak menurun untuk sampai ke goa ini. Goa ini merupakan tempat pertapaan Resi Kendaliseto dan Jaran dalam bahasa indonesia, artinya kuda. Konon kisahnya,
saat hujan deras ada seekor kuda
beristirahat disana. Namun saat keluar, kuda tersebut berbadan dua. Kejadian tersebut memicu masyarakat,
mempercayai jika
ada pasangan yang sulit memperoleh keturunan, maka si istri bisa
bersemedi di goa ini untuk memohon keturunan.
Pintu masuk Goa Jaran |
BATU SEMAR DAN BATU TULIS
Batu besar ini terletak di antara Goa Semar
dan Goa Jaran, yang berdiri kokoh dan tertutup lumut dan tanaman liar diseluruh
permukaannya. Di depan batu besar tersebut, terdapat patung berwarna kuning keemasan, juga terdapat arca
Gajahmada dan sebuah batu bertuliskan
Legenda Batu Tulis. Jika diperhatikan dari kejauhan, batu tersebut menyerupai semar, salah satu
tokoh pewayangan. Maka batu tersebut disebut Batu Semar, pada masa lalu tempat ini digunakan untuk
bermeditasi bagi masyarakat hindu. Di hari hari tertentu, ada sesaji yang diletakkan di depan Batu Tulis.
Batu Semar & Batu tulis |
Area Batu Tulis ini merupakan salah
satu tempat prosesi acara ruwatan
cukuran anak gimbal Dieng. Dalam ruwatan tersebut, mereka didoakan
agar sukses dan mendapat kemudahan dalam belajar. Konon katanya bila orang tua berdoa memohon kepada Yang Kuasa dibatu ini, agar anaknya
bisa membaca, akan dikabulkan.
PERTAPAAN MANDALA SARI
Dari goa jaran kita agak naik
keatas menapaki tangga kecil melingkar untuk menuju Pertapaan Mandala Sari. Di depan
pertapaan ini terdapat patung semar
berwarna kuning keemasan, karena pintu tempat ini tertutup kita tidak dapat
melihat ruangan dalam. Pertapaan ini masih digunakan sampai saat ini.
Pintu masuk Pertapaan Mandala Sari |
Dari pertapaan ini, kita kembali turun dengan
menapaki jalan setapak kembali untuk dapat sampai kembali di pintu masuk wisata ini. Kita istirahat sejenak, lanjut menuju ke
Dieng Plateu.
DIENG PLATEU THEATER
Kebiasaan ibu-ibu, begitu sampai yang dicari lagi-lagi
toilet…hehehe. Dan disambung dengan nongkrong di warung mencicipi kentang goreng
dieng yang lezat, sambil menghimpun tenaga untuk mendaki dataran tinggi dieng
menuju Jembatan Merah Putih.
Dieng Plateu Theater |
Tidak jauh dari
tempat kita nongkrong, ada Dieng Plateu
Theater. Konsepnya seperti bioskop komersil pada umumnya, menayangkan film documenter Seputar Dataran Tinggi Dieng
dengan judul “Bumi Kayangan Dieng”. Diharapkan
dapat menambah wawasan pengunjung
awal mulanya terbentuknya dataran tinggi Dieng, berbagai
objek wisatanya dan budaya penduduk
setempat. Theater ini diresmikan oleh Presiden SBY, berkapasitas 60 orang dan pertunjukan film tersebut berdurasi 25 menit dengan harga tiket Rp.
4.000/orang.
JEMBATAN MERAH PUTIH
Kita lanjut menuju dataran tinggi
setelah dibagikan tongkat berupa bambu kecil, diharapkan dapat membantu kita
untuk menapaki anak tangga yang menjulang sampai di atas dataran tinggi. 3 orang ibu mengundurkan diri, tidak ikut
rombongan ke atas. Mereka mengukur
kemampuan diri, dari pada nanti merepotkan yang lain.
Kita mulai
meniti anak tangga yang cukup curam, bahkan kadang hanya jalan setapak berupa
tanah keras. Di pemberhentian pertama ada warung kecil, sekedar untuk
beristirahat sambil minum. Sumpah perjalanan ini sangat menantang dan menguras
tenaga, maklum yang jalan oma-oma diatas 50 tahunan. Pelan tapi pasti kita akhirnya sampai di dataran
cukup luas, ada sepasang burung hantu
yang langsung diajak berfoto. Kita jalan ke depan ada Batu Ratapan Angin dan sejauh mata
memandang indahnya telaga warna dari ketinggian. Di
depan terdapat menara untuk berfoto dengan harga Rp. 5000/orang.
Diketinggian dg telaga warna di kejauhan |
JEMBATAN MERAH PUTIH
Sebagian ibu menyerah dan kembali
turun, sementara sebagain lagi meneruskan perjalanan menuju dan ingin merasakan
sensasi berjalan di Jembatan Merah putih. Ternyata jembatan tersebut merupakan wahana baru di
lingkungan dieng, dan popular. Jembatan dengan panjang 26 meter ini, memanjang dari timur ke barat untuk
menghubungkan dua buah bukit sekitar 50 meter di atas Batu Ratapan Angin.
Disamping dapat menikmati pemandangan area dataran tinggi dieng, naik jembatan gantung
merah putih ini akan menimbulkan sensasi
buaian yang mendebarkan. Namun jangan khawatir , setiap pengunjung diberikan
alat pengaman berupa helm dan
tali pengaman. Selain itu, ada Tim Rescue
yang memandu saat naik ke jembatan tersebut.
Hanya dengan uang receh Rp
5.000,-/orang, kita bisa memacu adrenalin.
Kenapa diberi nama Merah Putih?
Jembatan Merah Putih |
Nama tersebut diberikan sebagai
simbol kekayaan alam Indonesia sehingga tumbuh rasa cinta terhadap tanah air
Indonesia. Selain itu, jembatan yang selesai pembuatannya pada tahun 2016 ini juga sebagai
apresiasi kepada Komunitas Panjat Tebing Tim Vertikal Rescue yang
menyelenggarakan Sekolah Panjat Tebing Merah Putih. Dan merupakan penggagas pembuatan jembatan ini.
Tingginya jembatan tersebut |
CANDI ARJUNA
Tak terasa waktu sudah rmenunjukan,
jam makan siang. Kita maksi sambal mencoba wedang uwuh, yang bisa membuat tubuh
menjadi hangat. Selesai maksi, langsung sholat dan dilanjut mengunjungi Candi
Arjuna. Kita cukup berjalan kaki dari
lokasi tempat maksi tadi ke komplek candi
arjuna, yang wisata budaya. Ada sebagain candi yang rusak dan sedang berusaha
untuk dipugar. Komplek candi ini selain
candi arjuna, juga terdapat Candi Semar,
Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra.
Candi Arjuna |
Kompleks Candi arjuna ini, diperkirakan dibangun pada awal abad IX M dengan
ciri khas pintunya
menghadap ke barat dan atapnya meruncing ke atas. Candi ini dikelilingi oleh bukit yang asri dan indah, sejauh mata memandang. Dipelataran
candi ini lah, biasa diadakan acara Dieng
Culture Festival dan Jazz Atas Awan.
Pelataran candi |
Setelah berkeliling komplek candi arjuna, kita langsung take off ke Purwokerto dan kembali ke
Jakarta. Istirahat sejenak di hotel, makan malam di resto Oemah Iyong. Packing barang dan menuju stasiun
kereta untuk kembali ke Jakarta. Waduuh…sampai Jakarta bingung dibawain
oleh-oleh begitu banyak, terutama tempe mendoan yang belum jadi dan lengkap dengan tepung dan sambal
kecapnya. Muantaab.
Mari kita pulang & see u |
Dieeeeng..Jadi ingat anak bermabut gimbal yang mesti diupacarai sebelum memangkas rambutnya.
BalasHapusWah, bagus ya..Ada Candi Arjuna yang ternama karena jadi tempat Dieng Festival yang terkenal itu..
Mbak Srie , pasti seru nih jalan sama Ibu-Ibu begini..Berangkat tas cuma satu pulang nambah tentengan tiga haha..Apalagi ada tempe mendoan setengah jadinya..:)
Keren!
Sangat kereen dieng itu & romantis Mba Dian.
HapusOleh2 ga beli Mba, rejeki emak sholehah. Jalan2 diundang, ee...pulang dibawaan tentengan..haha
Asik banget ya jalan-jalan ke tempat wisata yang bersejarah gini,Bun. Wisata alamnya dapet, sejarahnya juga dapet. Apalagi kalau bisa liat festival jazznya hehe. Aku pernah liat acara cukur rambut gimbal anak Dieng di tivi doang hehehe.
BalasHapusIya asyiik, kota juga udah kelewat untuk festivalnya tp Alhamduliah bisa liat semua.
HapusAaaahhh Dieng.... Pengen banget ke sana, apalagi anakku pas tau di sana sempat ada salju.
BalasHapusSeruuuu Mba..pasti anak2 senang & murmer
HapusEmang ya, nenek gaul ini gak ada habisnya. Adaaa aja cerita perjalanannya. Dieng masih sekedar angan-angan. Duh, banyak banget cita-citaku. Bismillah, semoga ketularan Bunda yang sudah melangkah ke mana-mana.
BalasHapusHahaha....menikmati masa tua Mba Damar. Saya doakan Mba Damar bisa membawa keluarga liburan ke Dieng.
HapusGa perlu ke Dieng, baca ini udah ngena banget pesona Dieng mbak, foto fotonya bagus bagus mbak.. Keren semangatnya 😍
BalasHapusAlhamdulillah Mba, kalau tulisan ini dapat memuaskan pembacanya. Terima kasih
HapusWah ibu-ibunya kompak ya. Sayang ikh lokasinya jauh dari tempat tinggal saya. Tapi udah kebayang banget kalau main ke sini barenh orang-orang terkasih. Pasti seru ya
BalasHapusSangat kompak Mba, In shaa Allah Mba bisa ke sana suatu saat nanti
HapusWah, jadi ngiler aku baca tulisannya. Jadi pengen ke sana. Penasaran juga sama kentang merahnya deh. Tempatnya bagus ya.
BalasHapusHayoo....sambangi dienglah Mba, sangat seru lho..hehehe
HapusKentang merahnya maknyus.
Duh, seru ya Bu. Pergi bareng2 naik kereta. Ke Dieng pula. Telaga warna masih tetap cantik 👍. Eh, kok saya penasaran ma kentang Dieng. Tetangga sy kebetulan lagi kena diabetes. Makasih cerita jalan2nya ya, Bu :)
BalasHapusAlhhamdulillah sangat seru Mba. Saya juga baru pertama melihat kentang merah tersebut, akhirnya ikut beli juga..
HapusPernah ke Dieng zaman kuliah. Wow...sekarang udah keren banget nih. Ada Jembatan Merah Putih segala. Perlu nih disambangi lagi...
BalasHapusMakasih Bun sharingnya...
Saya dulu ke dieng waktu bulan madu th 80, kemaren kesana udah kereeen banget Mba. Sangat perlu disambangi lho..heheh
HapusKeren banget banyak area wisata ya Dieng, Ada Candi Dan goa. Yang menarik jembatannya.
BalasHapusWisata alam yg masih asli tapi cukup terawat & lengkap. Jembatan untuk uji nyali Mba. seruuuu
HapusKereen Bun seneng sudah bisa ke Dieng. Makasih informasi dan sharingnya, semoga suatu saat bisa juga menikmati liburan ke Dieng.
BalasHapusKereen Bun seneng sudah bisa ke Dieng. Makasih informasi dan sharingnya, semoga suatu saat bisa juga menikmati liburan ke Dieng.
BalasHapusIya Mba Susan, alhamdulillah. Aamiin yra, In shaa Allah bisa kesana tak doain
HapusMau juga dong jalan-jalan gratis masih dikasih oleh-oleh. Serunya nih ya, jadi kota impian yg mesti di kunjungi itu Dieng.
BalasHapusAsyiiknya kalau diajak Bos, begitu Mba Ummu. tinggal jalan semua terjamin..hehehe. Harus ke sana Mba, kereeen soalnya
HapusWah makin penasaran sama Dieng. Apalagi jembatan merah putihnya yang menantang dilewatin :)
BalasHapusHarus nyoba sensasi jembatan itu Mba, buat uji nyali..hehehe
Hapus