Kemandirian perlu diajarkan kepada anak sedini mungkin, tapi sayangnya banyak
orang tua yang melewatinya dengan berbagai alasan. Salah satunya karena kesibukan
orang tua dengan pekerjaan diluar rumah.
Bisa juga karena ketergantungan anak kepada orang tua atau
pengasuhnya.
Pelajaran pertama dan utama anak
di dapat dari rumah, karena lingkungan itu yang
ditemuinya setiap hari. Ajari
kemandirian ini secara bertahap sesuai usia anak dan tidak perlu takut untuk
melatihnya, asal tetap diawasi. Pada usia setahun anak sudah dapat dilatih dan perlu
diketahui setiap usia anak memiliki
pemahaman dan daya tangkap yang berbeda ketika dilatih kemandirian, sehingga harus di bedakan cara melatih sesuai dengan
usia anak.
Tahap latihan kemandirian pada anak ada 3
tahap :
1.
Tahap Balita
Saat usia anak 1 tahun: anak belum dapat memahami aktivitas rutin sehari
hari. Misalnya k apan waktunya minum susu, mandi, makan, tidur dan lainnya. Di
peran orangtua sangat diperlukan untuk melatih melakukan rutinitas tersebut, misalnya
melatihan anak untuk mulai makan dan minum sendiri. Latih
juga anak untuk dapat bergerak dari satu
tempat ke tempat lain, sehingga anak mengenal lingkungan sekitarnya.
Keingintahuannya yang besar akan membuat anak mengeksploirasi lingkungan dan
kemampuan motorik, orangtua hanya perhatikan
dan berikan pengawasan saja.
Usia anak 2 tahun: pada usia ini mulai
ajari anak menggunakan toilet, tapi tetap diawasi. Latih untuk membuka dan
menggunakan celana dan pakaian sendiri. Mulai juga ajari berdoa dan merapihkan
mainnya setelah bermain.
Usia anak 3 tahun: Biarkan anak berjalan
sendiri, sesekali berikan kebebasan untuk melompat, berlari dan memegang,
sehingga anak mengerti mana yang nyaman untuknya.
Orangtua di masa ini dapat melatih anak melakukan tugas rumah. Ajari anak naik sepedah dan berikan kesempatan
anak mendapatkan pengalaman tanpa harus
mengkhawatirkan bahaya selama anda mengawasinya.
2.
Tahap Anak-anak
Di tahap ini, anak mulai dapat
mengerjakan sendiri dan mulai meniru
serta menolak apa yang di perintahkan orangtua. Masa anak-anak ini bukan hanya perlu dilatih
tapi yang utama diberikan contoh yang kongkrit, karena anak adalah pencontoh
yang paling baik. Anak mulai dapat berargumen, apabila yang dilatih tidak
sesuai dengan yang dilakukan orangtuanya.
Begitu pula pada saat remaja, orangtua
perlu hati-hati dalam mengajari dan melatih anak. Mereka sudah bisa berdiskusi,
protes dan mendebat apabila yang diajari orangtua tidak sesuai dengan yang
dilihatnya.
3.
Tahap Dewasa
Di tahap ini seorang
anak sudah dapat dikatakan mulai menjalankan pola hidup mandiri, dan pola pikirnya juga sudah
dapa membedakan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Pengaruh teman dan
lingkungannya bermain sangat besar, di sini orangtua sebenarnya tugas orangtua lebih
berat. Namun orangtua tetap harus mendampingi dan lebih banyak berkomunikasi, agar
tindakan yang dilakukannya sudah dapat
dipertanggungjawabkan.
Di masa ini
anak juga ada yang sudah mulai masuk dunia kerja dan hidup mandiri dalam memenuhi kebutuhan
ekonomi. Setiap anak akan mengalami proses mandiri untuk kehidupan masa depannya. Babak baru ini
merupakan cikal bakal rancangan masa
depan anak dengan penghasilan yang diperolehnya. Secara bertahap orang tua sebaiknya mulai
memberikan pengertian masa peralihan ini kepada anak. Bagaimana menggunakan
penghasilannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan merancang masa depannya.
Setiap orang
tua tentunya ingin anaknya dapat hidup lebih baik dari dirinya, dengan maksud
itu orang tua memberikan bekal pendidikan yang cukup. Namun pendidikan yang diterima tidak selalu menuntunnya dalam menjalani
kehidupan nyata, disini peran orang tua dibutuhkan untuk membimbingnya.
Secara harafiah
hidup mandiri dapat diartikan hidup diatas kaki sendiri, karena setiap orang
dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Kemandirian ini tidak mungkin di dapat
seketika, tapi bertahap diajarkan orang tua. Anak yang mandiri biasanya
memiliki beberapa karakteristik yaitu :
a. Memiliki
rasa tanggung jawab
b. Mempunyai
inisiatif
c. Percaya
diri
d. Berani
bersaing
Karakteristik
tersebut dibutuhkan dalam meniti hidup yang penuh dengan segala perjuangan
untuk dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan setiap orang. Utamanya perlu
dipersiapkan orang tua agar anak mandiri, yaitu :
Mandiri secara
Mental
Seorang anak yang
telah mandiri, biasanya masih tinggal bersama orang tua, namun tugasnya mulai
berkurang karena anak sudah dapat melakukan keperluannya sendiri. Seperti
mengurus pakaian dan kebutuhan lainnya sendiri. Tidak perlu lagi harus
dibangunkan setiap pagi dan sudah dapat mengatur jadwal hidupnya sendiri. Tentunya orang tua
tidak lagi pengurus pakaian yang akan dikenakan atau mengurus pakaian kotornya,
apalagi menjadi penjaga pintu baginya, karena pulang larut malam atau malah
pulang pagi hari. Jadi apa yang dilakukannya sudah menjadi tanggung jawabnya
dan mempunyai inisiatif untuk mulai meringankan tugas orang tuanya, dengan
membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga.
Mandiri secara
Ekonomi,
Seorang anak
yang telah mandiri secara ekonomi sebaiknya mulai menata kehidupan masa
depannya. Orang tua dituntut untuk dapat membantu anak-anaknya merencanakan
kehidupan yang diinginkan dan menjadi tujuan. Beritahu anak untuk mulai memenuhi
semua kebutuhan pribadinya sendiri, seperti perlengkapan mandi, make up, pakaian dan
lainnya.
Diharapkan apa yang telah
diajarkan dan dilatih orangtua agar anak mandiri secara utuh, sejak balita
sampai dewasa membawa anak dapat menatap masa depannya dengan baik. Berani
berjuang, tidak cengeng dalam menatapi hidupnya yang masih panjang.
Setuju Mbak..Jika diajarkan kemandirian sejak dini maka anak akan lebih percaya diri menghadapi kehidupannya nanti:)
BalasHapusBener bingit Mba Dian. Saya udah membuktikannya. Suwun udah sudi mampir
BalasHapus