Bagaimana kita di masa depan? jawabannya masih misteri, walau apapun yang telah Eamk rencanakan. Tanya kenapa? Karena hanya Allah segala penentu rencana kita.
Menyiapkan masa depan bagi sebuah
rumah tangga merupakan suatu keharusan.
Diawali dengan membangun rumah tangga dari nol dan berusaha menata kemandirian
dan bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Syukur-syukur masih bisa menabung, karena akan hadir anak-anak yang akan menjadi
tanggungjawab orangtua.
Setiap orangtua berusaha
bagaimana memenuhi semua kebutuhan rumah tangga dan bisa menabung buat masa
depan anak-anaknya. Semua untuk anak, itulah tekad setiap orangtua. Begitu
sayangnya setiap orangtua kepada anak, sampai lupa memikirkan dirinya
sendiri. Memang menyiapkan masa depan anak-anak adalah
tannggungjawab orangtua, sampai anak-anak bisa mandiri. Namun
orangtua juga harus
mempersiapkan masa tuanya.
Apakah ibu & bapak mau hidup
menumpang dengan anak di masa tua nanti?
Saya yakin semua orangtua akan koor menjawab, TIDAK!. tidak ada yang mau menumpang dengan anak di
masa tua, kecuali terpaksa. Terpaksa itu berbagai macam alasannya, seperti tidak
memiliki penghasilan lagi, sakit dan lainnya. Untuk itu Maaaak….persiapkan juga
masa depan buat diri sendiri. Syukur-syukur bagi yang mempunyai uang pensiun
sampai akhir hayat, walau tidak seberapa namun cukup untuk menyambung napas.
Tapi kalau tidak ada mau dari mana biaya hidup kita sehari-hari? Minta dari
anak, ya kalau hidup anak mencukupi,
kalau tidak. Tidak sedikit orangtua yang
tetap bekerja diusia senja, untuk sekedar menyambung hidup. Lalu bagaimana kalau sakit? Apakah Emak punya
asuransi kesehatan?. Itu kalau anak-anak sudah selesai pendidikannya
& telah menikah, kalau masih kuliah bahkan ada yang masih sekolah. Tentu
orangtua tetap harus bekerja, bukan?.
Untuk menjawab semua itu,
sebaiknya Emak juga mempersiapkan diri untuk masa tua dengan cara:
1. Menabung, menyisihkan berapa persen untuk
kehidupan masa tua atau ikut program pensiun. Ada beberapa bank yang memberikan
fasilitas ini, terutama bagi pasangan
yang tidak memiliki uang pensiun bulanan setelah waktu purna bakti terjadi.
Namun yang punya pun dapat mengikuti program ini. Besar kecil iuran setiap
bulannya tergantung dari usia dan keinginan masing-masing peserta, nanti bank
akan membantu mencarikan yang paling sesuai dengan kantong & kebutuhan
Emak.
2.
Emak juga bisa ikut asuransi masa tua, program
ini bisa bayar bulanan sampai 5-10 tahun, setelah itu biarkan uang Emak
berkembang sampai saatnya jatuh tempo untuk dicairkan. Jangan lupa Emak juga
bisa mengikuti asuransi pendidikan bagi anak-anak, yang besarannya bisa
disesuaikan dengan kemampuan.
3. Menyimpan logam mulia, bisa perupa perhiasan
maupun emas batangan. Jangan takut dulu ya, emas batangan ini ada yang beratnya
hanya 1 gr kok. Kalau perhiasan jika disimpan dalam jangka waktu lama, cukup
menguntungkan. Namun bila dalam waktu dekat, sebaiknya menyimpan emas batangan,
karena harga jualnya tidak terlalu rugi.
4. Buka usaha atau bisnis kecil-kecilan. Untuk
usaha sebaiknya dijalani lima tahun sebelum waktu pensiun tiba, akan lebih baik
kalau dirintis sejak muda. Sehingga waktu tiba masa pensiun, bisnis ini sudah
berjalan mulus dan menghasilkan.
Kita tidak pernah tau sampai
kapan usia kita. Rencana memang telah disiapkan, tapi jangan lupa kita hanya
dapat berencana. Penentu rencana Emak hanya Allah. Apakah rencana kita akan
berjalan sesuai rencana kita, atau tiba-tiba perusahaan tempat kita bekerja
tutup dan terkena PHK. Belum rencana anak-anak, apakah mereka tepat
menyelesaikan pendidikannya atau molor waktunya. Jadi buat rencana A,B atau C untuk mengcover bila rencana A, gagal dan
seterusnya.
Emak boleh biilang, “rejeki Allah
yang atur” tapi perlu diingat, bahwa rejeki itu tetap harus dicari dan
diusahakan. Andai Emak mengandalkan
bantuan dari anak, Alhamdulillah kalau anak-anak mengerti dan mau mengurus
orangtuanya saat mereka telah mandiri. Yang perlu diingat Mak, mungkin anak
kita melakukan itu tapi bagaimana dengan menantu kita. Apakah rela berbagai
dengan mertuanya? Hal ini perlu dipikirkan juga. Walau kita telah mendidik
anak-anak dengan baik, tapi pasangannya akan menarik lebih kuat anak-anak
kita. Hal ini bukan untuk
menakut-nakuti, tapi Emak tetap perlu memikirkan sampai ke sana.Kita sebagai
orangtua tentu saja tidak mau berkonfrontasi dengan anak-anak. Jadi sebaiknya
siapkan itu dengan baik.
Semua ini pernah saya alami,
rencana A gagal karena perusahaan bangkrut walau suami masih tetap bekerja.
Sementara anak-anak masih kuliah semua, Alhamdulillah uang pesangon dapat saya
simpan untuk keperluan anak-anak & saya dapat kerja kembali. Namun saya
harus berhenti kerja karena kesehatan dan setelah suami pensiun putus, uangnya
saya jadikan usaha kontrakan. Hal ini saya lakukan agar setiap bulan ada uang
masuk untuk biaya hidup sehari-hari.
Lalu siapa yang menolong pada
saat butuh uang untk biaya kuliah anak-anak? Simpanan perhiasan saya, yang membuat
terkejut. Bayangkan perhiasan yang saya
beli seharga Rp300.000,- saat saya butuh ternyata laku Rp9 juta. Akhirnya, bila perlu untuk bayar
kos anak perhiasan tersebut saya lego satu-per satu.
Saya juga punya beberapa asuransi
dan saat jatuh tempo, bertepatan waktunya dengan kebutuhan yang harus dipenuhi.
Sampai saat si kakak mengatakan ingin menikah, asuransi tersebut cair disaat
saya butuhkan. Walau biaya pernikahan semua ditanggung si kk dan pasangannya,
saya hanya mengeluarkan untuk biaya pengajian dan lainnya.
Malah asuransi pendidikan si kakak bisa saya
belikan sebuah rumah untuknya. Itu merupakan suatu keuntungan luar biasa.
Ceritanya saya ikut asuransi pendidikan si kakak dalam bentuk dollar, tapi saat
itu terjadi reformasi(kerusuhan thn 1998) yang harga kurs melambung
sampaiRp15.500/dollar. Sementara saya harus membayar US$ 600 pada saat dollar
begitu tinggi, tentu ga sanggup saya bayar & akhirnya minta dicairkanl
saja. Hasilnya taraaa…..kebeli sebuah
rumah dengan luas tanah 152M2.
Jatuh bangun di masa tua adalah
hal yang paling menyedihkan dan menyakitkan. Apalagi jika kita sampai sakit, Alhamdulillah
saya dapat melalui itu berkat sebuah
hobby & kemampuan manajerial yang cukup
handal, bisa memberikan lembaran rupiah. Tapi apakah Emak akan seperti itu?
Dulu ibu saya membuat aturan,
bahhwa setiap anak yang telah menikah harus hidup terpisah. Kalau belum punya
rumah, ibu akan mengotrakan sebuah rumah. Bukan kejam, tapi agar kalian
merasakan bagaimana mengurus suami/ istri dan rumah tangga. Becermin dari hal
itu, aku sampai berniatkalau sudah bekerja akan membeli rumah. Supaya tidak
merepotkan ibu untuk mengotrakkan rumah, Alhamdulillah niat itu terwujud, walau
beli dengan cara dicicil. Untuk itu anak-anak ku didik untuk bisa memiliki
rumah sebelum menikah, walau anak laki-lakiku aku siapkan rumah hasil dari
asuransi pendidikannya yang tidak ku pakai. Pada kenyataannya, dia dapat
membeli rumah sebelum akad nikah berlangsung. Pendidikan yang diajakan ibu, aku
pergunakan untuk mendidik anak-anakku. Didik dan latihlah anak-anak untuk hidup
mandiri dini mungkin, tapi ingat mencontohkan hidup mandiri jauh lebih mudah
terekam dari pada hanya berteori.
Selamat berjuang Mak…semoga tulisan ini bermanfaat dan bisa menginspirasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar