Sebagai ibu rumah tangga yang
bekerja diluar rumah, memang tidak mudah untuk
dapat berperan penuh sebagai ibu rumah tangga dalam mengurus rumah
tangga dan anak-anak. Kita dituntut harus benar-benar cermat dalam membagi waktu kalau ga mau keteteran. Kunci utamanya
adalah disiplin, harus cekatan dan ga ada kamus menunda pekerjaan, apalagi
bilang lelah. Itu inti utama saya ketika suami mengatakan
boleh tetap bekerja setelah menikah.
Urusan anak menjadi
merupakan prioritas paling utama buat
saya. Memang ada pengasuh yang membantu
menjaga anak-anak saat saya di kantor, tapi saya tidak mau anak-anak bergantung
penuh ke pengasuhnya. Semua makanan dan keperluan anak-anak saya dan suami yang
menysiapkan sebelum kami berangkat ke kantor. Sepulang kantor saya langsung
mengambil alih anak-anak dari pengasuhnya. Untuk mencari pengasuhpun ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi. Minimal harus lulus sekolah dasar, bisa
mengasuh anak dan sabar.
Semua itu saya lakukan agar
pengasuhnya tidak sembarangan dalam memberikan jawaban atas pertanyaannya, jika
saya tidak di rumah. Saya hanya ingin
anak-anak mendapat pendidikan pertamanya dari orangtuanya sendiri. Ibu
adalah madrasah bagi anak-anaknya saya pegang betul aturan itu.
Kita ketahui bersama anak-anak terlahir bagai flashdish kosong yang siap diisi dengan
segala adab yang dibutuhkan untuk bekalnya dalam mengarungi hidup di dunia dan
selamat di akhirat. Untuk itu saya menetapkan kalau anak-anak mulai masuk PAUD
sampai SMP, wajib di sekolah yang mengajarkan pendidikan agamanya lebih banyak
dan lingkungan yang mempunyai hubungan komunikasi yang baik antara guru, anak
dan orang tua. Hal ini mempunyai tujuan agar akhlak anak terbentuk
dengan baik sesuai adab yang berlaku sejak dini. Singkat kata mempersiapkan
anak untuk berakhlak baik dalam berhubungan dengan Sang Pencipta (Habluminallah) dan sesama
manusia (hablumminannas),harus dipupuk sejak dini. Namun hai itu bukan perkara
mudah tentunya, tapi saya mempunyai
keyakinan apabila sejak kecil kita latih lama-lama akan terbiasa. Untuk itu dalam memberikan
pengajaran, saya bukan hanya menggunakan teori
melalui omongan tapi lengkap dengan
contoh yang saya dan suami lakukan.
Biasanya anak-anak akan lebih mudah dan cepat mengerti bila kita memberikan
contoh dari pada hanya melaluui omongan saja. Saya ingin anak-anak sedini mungkin mengenal
pendidikan akhlak dari lingkungan rumah, karena
setiap manusia lahir sudah dibekali naluri dan hastrat
oleh Allah. Kedua hal ini yang mendorong lahirnya tingkah laku dan
tingah laku ini yang mesti saya arahkan.
Disamping itu, anak-anak tentunya mewariskan
sifat-sifat tertentu dari kedua orangtuanya, juga adat dan kebiasaan yang
berulang ulang yang terjadi dilingkungan, tentunya akan ikut berperan dalam
pembentukan akhlak anak. Jika lingkungan tempat tinggal kita bersikap baik maka anak pun akan cenderung
bersikap baik. Sebaliknya jika lingkungannya buruk maka anak akan cenderung
bersikap buruk.
Beruntungnya
saat anak-anak kecil, tehnologi belum secanggih sekarang. Jadi saya lumayan mudah dalam menerapkan
pendidikan akhlak pada anak-anak. Dengan kebiasaan yang baik dalam lingkungan keluarga yang baik dan pendidikan agama yang dimulai sejak dini,
saya berharap akhlak anak-anak yang
ditanami dengan nilai-nilai agama dan
norma norma yang berlaku, dapat terbentuk dengan baik. Alhamdulillah
seirig berjalannya waktu, anak-anak masih dalam koridor yang sesuai
dengan norma dan akhlak yang terbentuk sangat menggembirakan kami orangtuanya.
Namun tidak ada yang sempurna di dunia ini selain Allah, namanya anak-anak
selalu ada kenakalan yang dibuat dalam bergaul, tapi Alhamdulillah masih tergolong normal dan masih bisa diperbaiki. Anak-anak kini sudah menginjak dewasa, sudah
mengerti mana yang patut dilakukan dan tidak.
Apalagi di era digital seperti
sekarang ini, tentu tugas orangtua bukan semakin mudah dalam mendidik anak-anak, agar berakhlak baik
#sekolah_perempuan#
Tidak ada komentar:
Posting Komentar