Rabu, 22 Oktober 2014

MENDISIPLINKAN ANAK-ANAK UNTUK MENABUNG


Jaman sekarang seribu satu macan bentuk jajanan anak-anak dengan kemasan yang menarik,   tentunya membuat anak mana yang tidak tergiur melihatnya. Berbagai tingkah anak membujuk orang tua agar membelikannya pun tampil. Dari mulai meminta dengan baik-baik, merengek, menangis sampai ngambek guling-guling di lantai. Iya kan Bu?  

Menghadapi anak-anak merajuk seperti itu, para ibu juga  memberikan reaksi yang beragam. Dari yang memberikan pengertian boleh tidaknya  membeli, sampai  yang mulai bicara dengan nada tinggi sampai yang keluar tanduk dan marah. Bahkan ada yang sampai main tangan karena sudah kehabisan akal menangani anaknya yang menangis sambil berteriak-teriak. 

Bu ibu...anak adalah  sebuah hardish kosong yang siap  di isi program apa sesuai kehendak orang tuanya. Memang tidak mudah mengisinya, tapi semua tetap harus dilakukan karena waktu terus berjalan. Semakin besar anak, akan semakin sulit mengisi sesuuai yang orangtua inginkan. Apalagi lingkungan mempunyai kontribusi yang sangat besar menyumbang tingkah laku anak ya Bu.

Disinilah seorang ibu harus pandai dan kreatif  dalam mendidik anak-anaknya. Mencari cara bagaimana anak mengerti apa yang diajarkan para orangtua, sehingga tidak terjadi anak ngambek dan menangis berguling-guling karena keinginannya tidak dikabulkan.

Waktu anak-anak saya masih kecil, saya disamping memberikan pengertian juga contoh kongkrit apa yang saya maksud. Anak-anak kan peniru nomor wahid, jadi apa yang kita contohkan akan jauh lebih cepat mereka serap. Seperti kalau anak meminta mainan, saya akan mengatakan harganya sekian dan itu mahal. Mama ga punya uang sebanyak itu, sambil mengambil uang yang tentunya tidak cukup untuk membeli mainan tersebut. Kamu harus menabung dulu untuk dapat membeli mainan itu. Saya membelikan mereka celengan dan memberikan contoh cara memasukannya. Setelah penuh kita membukanya bersama dan saya bawa anak-anak untuk membeli mainan yang diinginkan, apabila uang tabungannya kurang, saya yang menutupinya. Seringnya dicontohkan seperti itu, alhamdulilah, setiap meminta sesuatu anak-anak selalu bertanya apabila menginginkan sesuatu. Kalau tidak mahal, saya biasanya akan membelikannya, tapi apabila mahal saya akan mengatakan kalau uang saya tidak cukup untuk membelinya sekarang. Dengan sendirinya anak-anak akan bilang,"aku nabung dulu aja ya Ma."

Setelah  terbiasa dengan menabung seperti itu, tentunya akan menjadi kebiasaan baik buat anak-anak. Hal ini akan memudahkan orangtua untuk membiasakan anak-anak menabung sejak kecil. Tentu setiap keluarga mempunyai cara masing-masing dalam mengajarkan anak-anaknya untuk menabung.

Saya mempunyai rencana untuk memberikan hadiah kepada anak-anak pada saat ulang tahun ke 17, berupa tanggung jawab terhadap dirinya sendiri, karena mulai memasuki   usia dewasa. Hadiah kongkritnya, yaitu SIM kendaraan, KTP,  ATM dan buku tabungan atas namanya sendiri. 

Tabungan tersebut bukan berasal dari uang saya sebenarnya, tapi uang mereka sendiri. Saya hanya memberikan diawal-awal menabung saja. Langkah saya mewujudkan  tabungan tersebut adalah, sejak anak mulai masuk TK, saya membuatkan  rekening tabungan atas nama mereka tapi  masih dibawah tanggung jawab saya. Sebulan sekali saya mengisinya, sementara si anak saya belikan celengan. Anak-anak setiap hari memang saya beri uang, tapi saya sampaikan, bahwa uang tersebut untuk di tabung. Untuk di sekolah kan sudah dibawakan bekal, sesuai yang anak minta. Dan saya membiasakan membuat camilan atau makanan di rumah, sehingga anak-anak sangat jarang jajan di luar. 

                                                    
Setelah penuh, celengan kita buka bersama dan uangnya saya masukan ke tabungan mereka di bank. Saya perlihatkan buku tabungan mereka masing-masing. Terus seperti itu saya lakukan, bahkan uang yang ditabung bisa dari berbagai sumber. Misalnya diberikan oleh Nenek/Kakek/Om/Tante atau lainnya.

Pada saat anak-anak telah duduk dibangku SD, jumlah menabung harus lebih besar dari uang yang digunakan untuak jajan. Saya juga sudah tidak membantu mengisi tabungannya lagi. Tapi namanya saja anak-anak, pasti  ada saja alasan untuk tidak menabung atau berkurang nilai uang yang akan ditabung. Saat itulah saatnya saya mencari solusi untuk menyiasatinya. Misalnya, siapa yang uang untuk menabungnya lebih besar akan mama tambahin, biar tabungannya jadi cepat banyak.

Ketika anak kelas 4 SD, saya merasa anak sudah lebih mengerti jika diberitahu. Saya memberikan anak uang jajan seminggu sekali, mereka harus mengelola uang sakunya sendiri setelah saya ajari bagaimana mengelolanya. Saya juga memberikan motivasi, seperti : "kalau Kakak atau Ade uang jajannya lebih selama seminggu, akan mama tambah 10% untuk di tabung.  Uang tabungan yang ada dibuku ini, nanti buat Kakak dan Ade sendiri kalau kalian sudah lulus SMA."
 "Ooooo......" jawab mereka berbarengan, tanda mengerti.

Selama itu saya selalu memotivasi anak-anak agar  makin besar menabungnya. Saya selalu ngompori positif seperti ini, "Dee,....tabungan Kakak sekarang lebih banyak loh dari Ade." atau sebaliknya, waaah pasta manjur.  Cara lain, kalau libur sekolah, anak-anak saya bawa bank untuk menabung sendiri. Anak-anak senang ikut mengantri menuju ke counter, biasanya petugas front liner bank itu suka tanya-tanya. Tambah senang lah mereka menjawab pertanyaan itu. Seperti ada kebanggaan tersendiri mempunyai tabungan atas namanya sendiri dari menyisihkan uang jajannya setiap hari.

Semakin besar tentu uang jajan makin besar pula. Sekarang mamanya yang kalang kabut...hehehe...karena bayar kelebihan uang jajan yang 10% semakin besar pula. Anak-anak saya, sampai SMA tetap membawa bekal ke sekolah, paling hanya uang transport aja yang berkurang. Malah seringnya minta jemput sepulang saya dari kantor.   

Pada saat ulang tahun ke-17, saya menghadiahkan SIM motor berikut motornya, KTP dan buku serta ATM tabungan mereka yang telah saya balik nama atas nama mereka penuh. Saya hanya berpesan, "pergunakan uang ini dengan baik dan tetaplah menabung."  Yang mengejutkan saya dari kedua anak saya, ketika saya berikan ATM & buku tabungannya. Mereka mengembalikannya ke saya dan bilang, "Mama aja yang pegang, kalau aku perlu baru aku minta." 
Si Kakak setelah bekerja baru dia minta buku & ATM nya, sementara si Ade ATM dia bawa karena kuliah di luar kota, buku tabungannya masih di saya.
Saya masih iseng saat ini, sering kali menanyakan ke si Kakak apakah masih menabung. "Masiiiiih Mama......." jawabnya sambil cengar ngecir deh.
Intinya, apapun yang kita ajarkan dan biasakan sejak kecil, Insya Allah akan diingat sampai dewasa. Tanpa disadari  dan paksaan kita telah mengajari anak-anak untuk disiplin dalam menabung.Semoga bermanfaat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar