dokpri |
Konon ada negeri diatas awan di Indonesia, yang terletak di barat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Negeri tersebut berada diketinggian 2.094 m dpl memiliki udara yang sejuk dengan suhu berkisar antara 6 sampai 20 derajat celcius. Negeri Tersebut bernama Dieng yang menurut sejarah adalah tempat tinggal para dewa dan dewi. Kata dieng sendiri diambil dari bahasa Kawi yang merupakan gabungan dua kata, yaitu “di” yang memiliki arti tempat atau gunung. Sementara “hyang” berarti Dewa, Dihyang atau Dieng yang bermakna tempat para Dewa dan Dewi tinggal.
Dataran tinggi Dieng secara administratif terletak di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Dieng merupakan kawasan vulkanik aktif yang dapat dikatakan sebagai gunung api raksasa dan memiliki beberapa puncak dan kepunden kawah. Hal tersebut menjadi fenomena alam yang sangat menarik untuk dipelajari dan dikunjungi.
DATARAN TINGGI DIENG
Alhamdulillah pada tahun 2018 aku kembali berkunjung ke Dieng bersama teman-teman yang telah berusia diatas lima puluh tahun. Sebelumnya pernah ke sana bersama suami, pada saat bulan madu tahun 1984. Namun hanya ke kawah sinila dan sekitarnya dan belum sebagus sekarang. Dataran Tinggi Dieng merupakan kawasan pegunungan yang terdapat di Jawa Tengah.
Kawasan ini tidak pernah sepi pengunjung, untuk menikmati berbagai keindahan alam ciptaan Allah yang menyajikan panorama lengkap yang mempesona, mulai dari pegunungan, bukit, perkebunan, kawah, telaga, dan candi. Disamping keelokan alamnya, dieng juga kental dengan spiritual karena terdapat candi-candi kuno agama hindu.
TELAGA WARNA DAN GUA
dokpri |
Perjalanan dari Purwokerto ke Dieng yang ditempuh kurang dari tiga jam tidak membuat rombongan ibu-ibu kelelahan. Mereka sudah tidak sabar, sehingga langsung berebutan keluar setelah pintu mobil terbuka di depan pintu masuk wisata telaga warna. Kami disambut oleh Staff Kanwil Kementerian Pariwisata jawa tengah, yang akan memandu perjalanan menyusuri telaga warna, telaga pengilon dan gua-gua disekitarnya.
Sambil merapatkan jaket, kita mulai menyusuri jalan menuju ke telaga warna. Dari pintu masuk kita diarahkan untuk mengambil jalan yang paling kiri, setelah berjalan kurang lebih dua ratus meter Telaga Warna sudah terbentang di depan mata. Ibu-ibu mengabadikan diri di papan petunjuk lokasi telaga warna dan lingkungannya.
Telaga warna ini bukan telaga biasa, karena memiliki keunikan tersendiri yaitu warna airnya yang bisa berubah-ubah seperti hijau, merah, lembayung dan biru. Fenoma ini terjadi karena airnya mengandung sulfur yang cukup tinggi. Sehingga bila terkena sinar matahari air telaga akan berubah warnanya. Kandungan sulfur tersebut juga yang menyebabkan telaga ini tidak dapat dihuni mahluk air apapun.
Didepan telaga warna/ dokpri |
Pemandangan di sekitar telaga begitu sempurna, karena dikelilingi lembah dan perbukitan hijau nan asri, dengan pepohonan rindang yang menyejukkan mata para pengunjung. Walau jalan yang dilalui untuk menuju ke Telaga Warna ini tidak besar dan masih jalan tanah, namun wisata ini merupakan salah satu destinasi favorit para wisatawan di dieng.
Telaga Warna dr ketinggian/ dokpri |
Selain Telaga warna juga terdapat Telaga Pengilon yang letaknya bersebelahan, memiliki keunikan warna air telaganya bening seperti tidak tercampur belerang. Karena warna airnya yang bening, sehingga dapat dipakai untuk berkaca, maka telaga tersebut dinamakan Telaga Pengilon. Tidak jauh dari telaga tersebut, terdapat beberapa gua yang bisa kita kunjungi yaitu goa semar, goa sumur eyang kumalasari, gua pengantin dan juga gua jaran. Masing-masing gua mempunyai keunikan tersendiri, seperti gua semar yang mempunyai kolam yang kecil di dalam gua dan air tersebut di percaya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan juga dapat membuat awet muda. Di depan gua semar terdapat patung semar yang membawa kendi.
GUA SEMAR
Prasasti Legenda Gua Semar/ Dokpri |
Setelah puas menikmati keindahan telaga warna, kita melanjutkan perjalanan ke atas lagi untuk melihat gua yang ada di kawasan telaga warna dan telaga pengilon. Jalan yang kita lalui untuk menuju ke Gua Semar, masih berupa jalan tanah dan menaik. Namun ibu-ibu dengan semangat mengekor pemandu kita, sambil sesekali jeprat-jepret berfoto ria dibeberapa view yang menarik.
Gua Semar ini berlokasi di kawasan perbukitan antara Telaga Warna dan Telaga Pengilon, yang merupakan tempat pertapaan para raja Jawa dan pemimpin negara di masa lampau. Gua Semar terletak paling atas diantara gua-gua lain. Dari luar terlihat mulut gua yang ditutup oleh pintu dan pagar besi. Sesuai informasi ukuran luas ruangan gua Semar sekitar 4 meter persegi.
Menurut mitos yang berkembang, Gua Semar ini dijaga oleh Eyang Semar dan namanya diabadikan pada gua tersebut. Gua ini dianggap keramat dan digunakan untuk bersemedi dan menurut sejarah pernah digunakan sebagai tempat pertapaan para raja Jawa dan beberapa pemimpin negara, salah satunya yaitu Presiden Soeharto pada tahun 1974.
GUA SUMUR
dokpri |
Kita melanjutkan perjalanan mengikuti jalan setapak yang mulai agak menurun untuk menuju Gua Sumur (Eyang Kumolosari). Di kanan pintu gua, ada sebuah patung berwarna kuning keemasan. Di gua ini terdapat kolam kecil bertuah, airnya dimanfaatkan untuk upacara Muspe dan Mabakti oleh umat Hindu dari Bali. Air kolam tersebut dikenal dengan nama Tirta Prawitasari dan dijaga oleh Eyang Kumolosari, dipercaya bisa menyembuhkan penyakit dan membuat kulit menjadi halus.
GUA JARAN
Pintu Gua Jaran /dokpri |
Gua berikutnya bernama Gua Jaran, kita berjalan agak menurun kembali untuk sampai ke gua ini. Gua ini merupakan tempat pertapaan Resi Kendaliseto dan Jaran dalam bahasa indonesia, artinya kuda. Konon kisahnya, saat hujan deras ada seekor kuda beristirahat disana. Namun saat keluar, kuda tersebut berbadan dua. Kejadian tersebut memicu masyarakat, mempercayai jika ada pasangan yang sulit memperoleh keturunan, maka si istri bisa bersemedi di gua ini untuk memohon keturunan.
BATU SEMAR DAN BATU TULIS
Batu Semar & Batu Tulis/dokpri |
Batu besar ini terletak di antara Gua Semar dan Gua Jaran, yang berdiri kokoh dan tertutup lumut dan tanaman liar diseluruh permukaannya. Di depan batu besar tersebut, terdapat patung berwarna kuning keemasan, juga terdapat arca Gajahmada dan sebuah batu bertuliskan Legenda Batu Tulis. Jika diperhatikan dari kejauhan, batu tersebut menyerupai semar, salah satu tokoh pewayangan. Maka batu tersebut disebut Batu Semar, pada masa lalu tempat ini digunakan untuk bermeditasi bagi masyarakat hindu. Di hari hari tertentu, ada sesaji yang diletakkan di depan Batu Tulis.
Area Batu Tulis ini merupakan salah satu tempat prosesi acara ruwatan cukuran anak gimbal Dieng. Dalam ruwatan tersebut, mereka didoakan agar sukses dan mendapat kemudahan dalam belajar. Konon katanya bila orang tua berdoa memohon kepada Yang Kuasa dibatu ini, agar anaknya bisa membaca, maka akan dikabulkan.
PERTAPAAN MANDALA SARI
Pertapaan Mandala Sari/dokpri |
Dari gua jaran kita agak naik keatassedikit menapaki tangga kecil melingkar untuk menuju Pertapaan Mandala Sari. Di depan pertapaan ini terdapat patung semar berwarna kuning keemasan, karena pintu tempat ini tertutup kita tidak dapat melihat ruangan dalam. Pertapaan ini masih digunakan sampai saat ini. Dari pertapaan ini, kita turun dengan menapaki jalan setapak kembali untuk dapat sampai kembali di pintu masuk wisata ini untuk beristirahat sejenak.
DIENG PLATEU THEATER
Dieng Theater/dokpri |
Kebiasaan ibu-ibu, begitu sampai yang dicari lagi-lagi toilet…hehehe. Dan disambung dengan nongkrong di warung mencicipi kentang goreng dieng yang lezat, sambil menghimpun tenaga untuk mendaki dataran tinggi dieng menuju Jembatan Merah Putih.
Tidak jauh dari tempat kita nongkrong, ada Dieng Plateu Theater. Konsepnya seperti bioskop komersil pada umumnya, menayangkan film dokumenter Seputar Dataran Tinggi Dieng dengan judul “Bumi Kayangan Dieng”. Diharapkan dapat menambah wawasan pengunjung awal mulanya terbentuknya dataran tinggi Dieng, berbagai objek wisatanya dan budaya penduduk setempat. Theater ini diresmikan oleh Presiden SBY, berkapasitas 60 orang dan pertunjukan film tersebut berdurasi 25 menit dengan harga tiket Rp. 4.000/orang.
JEMBATAN MERAH PUTIH
Jembatan Merah Putih/dokpri |
Kita melanjutkan perjalanan menuju dataran tinggi, setelah dibagikan tongkat yang terbuat dari. Diharapkan tongkat tersebut dapat membantu kita untuk menapaki anak tangga yang menjulang sampai di atas dataran tinggi. 3 orang ibu mengundurkan diri, tidak ikut rombongan ke atas. Mereka mengukur kemampuan diri, dari pada nanti merepotkan yang lain.
Kita mulai meniti anak tangga yang cukup curam, bahkan kadang hanya jalan setapak berupa tanah keras. Di pemberhentian pertama ada warung kecil, sekedar untuk beristirahat sambil minum. Sumpah perjalanan ini sangat menantang dan menguras tenaga, maklum yang jalan oma-oma. Pelan tapi pasti kita akhirnya sampai di dataran cukup luas, sejauh mata memandang indahnya telaga warna dan telaga pengilon dari ketinggian. Di depan terdapat menara untuk berfoto dengan harga Rp. 5000/orang.
Sebagian ibu ingin merasakan sensasi berjalan di Jembatan Merah putih. Ternyata jembatan tersebut merupakan wahana baru di lingkungan dieng, dan popular. Jembatan dengan panjang 26 meter ini, memanjang dari timur ke barat untuk menghubungkan dua buah bukit sekitar 50 meter di atas Batu Ratapan Angin.
Telaga Warna & Telaga Pengilon dr ketinggian/dokpri |
Disamping dapat menikmati pemandangan area dataran tinggi dieng, naik jembatan gantung merah putih ini akan menimbulkan sensasi buaian yang mendebarkan. Namun jangan khawatir , setiap pengunjung diberikan alat pengaman berupa helm dan tali pengaman. Selain itu, ada Tim Rescue yang memandu saat naik ke jembatan tersebut. Hanya dengan uang receh Rp 5.000,-/orang, kita bisa memacu adrenalin.
Nama tersebut diberikan sebagai simbol kekayaan alam Indonesia sehingga tumbuh rasa cinta terhadap tanah air Indonesia. Selain itu, jembatan yang selesai pembuatannya pada tahun 2016 ini juga sebagai apresiasi kepada Komunitas Panjat Tebing Tim Vertikal Rescue yang menyelenggarakan Sekolah Panjat Tebing Merah Putih. Dan merupakan penggagas pembuatan jembatan ini.
CANDI ARJUNA
Candi Arjuna/dokpri |
Tak terasa waktu sudah rmenunjukan, jam dua belas siang dan saatnya mengisi perut. Kita makan siang sambil menikmati wedang uwuh, yang bisa membuat tubuh menjadi hangat. Selesai makan siang, langsung salat dan dilanjut mengunjungi Candi Arjuna. Kita cukup berjalan kaki dari lokasi tempat makan siang ke komplek candi arjuna. Ada sebagain candi yang rusak dan sedang berusaha untuk dipugar. Komplek candi ini selain candi arjuna, juga terdapat Candi Semar, Candi Srikandi, Candi Puntadewa, dan Candi Sembadra.
Kompleks Candi arjuna ini, diperkirakan dibangun pada awal abad 9 M dengan ciri khas pintunya menghadap ke barat dan atapnya meruncing ke atas. Candi ini dikelilingi oleh bukit yang asri dan indah, sejauh mata memandang. Dipelataran candi ini lah, biasa diadakan acara Dieng Culture Festival dan Jazz Atas Awan. Hanya itu wisata negeri diatas awan yang bisa kita jelajahi kali ini, In shaa Allah lain waktu bisa kembali lagi.
referensi
#IDN Time
#Wikipedia
#guide tour
#mytrip
Tidak ada komentar:
Posting Komentar