Menanti kehadiran seorang anak
bagi pasangan suami istri,
merupakan sesuatu yang membahagiakan. Anak merupakan anugrah
dan rejeki dari Allah. Kita hanya dapat berusaha
dan menunggu, berharap diberi
kepercayaan oleh-Nya. Aku memang berharap tidak terlalu cepat diberikan
keturunan setelah menikah. Namun bila di
kasih cepat, aku akan sangat bersyukur.
Ternyata penantian memiliki momongan,
menjadi sebuah penantian panjang. Apakah ini
jawaban doaku atau malah karma untukku?
Hampir tiga tahun penantian itu, akhirnya aku dinyatakan positif setelah
pulang dari dinas selama dua minggu.
Awalnya seorang teman yang dinas
bersama mengatakan, “Kamu hamil deh” Aku
hanya tertawa dan menjawab “Ngga tau, emang ada yang berubah ya?” tanyaku.
Teman tersebut membeberkan
keanehan yang terjadi dengan aku selama tugas.
Katanya, aku sekarang senang makan biasanya paling susah kalau di suruh makan.
Badanku juga terlihat lebih berisi dan dari datang minta rujak terus deh. “Memang
kapan terakhir kamu datang mens?”
Aku kalau ditanya masalah mens,
bingung mau jawabnya gimana dan malas juga jelasinnya. Karena aku mens itu setahun
hanya 3 atau 4 kali aja. Itu sudah cukup bagus, sebelum nikah aku hanya mens 2
kali setahun…..hehehe. Aku sih santai
aja, Ibu yang rempong setelah mengetahui siklusku. Akhirnya Ibu membawaku
berkonsultasi ke dokter kandungan dan setelah diperiksa berkali-kali, semua
dinyatakan normal dan baik-baik saja.
Sepulang dinas, aku penasaran dan
langsung mampir ke dokter kandungan. Alhamdulillah, ternyata benar aku telah mengandung 16 minggu. Suami kaget setelah aku
beritahu dan terpancar dari wajahnya.
Aku tidak mengalami morning sickness, tapi malah ngga bisa berhenti
makan. Berat badan naik 4 kg dan nafsu
makanku meningkat tajam. Kalau aku tidak mengunyah, kepala rasanya pusing gitu.
ini dengan BB 77kg |
Kondisi ini membuat aku sangat
bahagia karena hamil dan senang karena suka makan. Aku ngga peduli dengan berat badanku. Aku
yang awalnya kurus, berubah menjadi berisi. Aku senang dengan kondisi ini,
maklum kalau ngga hamil susaaaah untuk naiki BB. Kehamilan ini berjalan lancar,
tapi pada saat memasuki bulan ke tujuh tekanan darahku melonjak tinggi. Padahal
aku ngga punya riwayat penyakit darah tinggi dan dokter memberikan beberapa
larangan yang tidak boleh aku konsumsi.
Pada saat berkumpul keluarga di
rumah kakak, air ketubanku pecah dan aku langsung dibawa ke rumah sakit. Dan
ternyata harus mendapat penanganan khusus di ruang ICU, bayi belum dapat
dilahirkan karena tekanan darah masih terlalu tinggi. Aku tergolek selama tiga
hari sambil menunggu tekanan darah turun, dan
aku dinyatakan kena pra ekslamsia. Tapi dihari ke empat dengan cepat aku
dilarikan ke ruang operasi untuk dilakukan
operasi Caesar, karena tekanan darahku dalam kondisi normal.
Lahirlah anak pertamaku melalui
ceasar, karena memang air ketuban sudah pecah sejak 4 hari lalu. Bayi laki-laki
dengan berat hanya 1,9 kg dengan panjang
48 cm. Untuk recovery aku masih di masukan ke ruang ICU kembali dan belum bisa
bertemu anakku karena dia di masukan di dalam incubator. Setelah memasuki hari kedua, aku diambil darah
sehari dua kali. Ternyata begitu pula dengan anakku, tapi semua menutup rapat
kondisi bayiku setiap aku tanya. Akhirnya aku dipindah ke ruang perawatan biasa
dan itulah saat aku meminta untuk dapat mengunjungi ruang
baby. Ternyata anakku di ruang NICU dengan jarum infus menancap di kepala dan kakinya, dengan mata tertutup kain kasa.
Hatiku berkecamuk tak tentu melihat
kondisnya seperti itu, tapi kenapa selama ini aku ngga pernah diberitahu. Aku
hanya diminta untuk memompa ASI untuk anakku minum. Aku perhatikan dan berputar
mengelilingi box nya yang terdapat di tengah ruangan, saat aku disisi kiri,
kepalanya menoleh ke arahku dan kepalanya mengikuti langkahku mengelilinginya. Duh..Gusti,
tolong sehatkan anakku. Tiba-tiba seorang perawat berkata, “wah…tau ya kalau
ada mamanya, biasanya tidak ada gerakan”
Aku langsung menghampiri perawat tersebut, “Anak saya kenapa Mba?” belum
mendapat jawaban, dokter yang mendampingi membawa kukeluar untuk kembali ke kamar perawatan.
Saat pemakaman |
Itulah hari terakhir aku melihat
buah hatiku, tepat jam 22.00 wib dia pergi untuk selama-lamanya. Usianya belum genap tujuh hari. Aku ngga diberitahu
kabar duka ini, tapi aku merasa ada yang aneh. Karena seharian itu, tidak ada
seorangpun yang datang menjengukku. Begitu juga dengan suamiku, yang biasanya
setelah subuh langsung masuk ke kamar. Ini ngga nongol, hampir magrib dia baru
datang. Seperti biasa aku menanyakan keadaan anak kami dan dia hanya menjawab
anaknya baik-baik saja.
Keesokan hari, kakak iparku yang
kebetulan bidan di rumah sakit tersebut, pagi-pagi datang sambil menangis. Aku
bingung melihatnya dan belum sempat aku bertanya, dia langsung bilang kalau
anakku sudah meninggal kemarin. Dokter kandungan yang melarang untuk
memberitahu, karena dikhawatirkan dengan
kesehatanku yang baru operasi. Aku
menangis menyesali kenapa tidak diberi waktu untuk melihatnya terakhir kali. Tidak lama datang seorang dokter, ternyata
itu dokter anak yang menangani anakku.
Aku terus saja menangis,
sementara dokter menjelaskan bahwa anakku mengalami kelainan jantung. Salah
satu katub jantung tidak dapat menutup, dalam
posisi terbuka. Sehingga darah kotor dan darah bersih tercampur. Andai anak ini
dapat selamat, dia tidak boleh banyak menangis dan pada usia tujuh tahun, 12
tahun harus melakukan bypass jantung. Aku langsung terdiam dan dengan cepat
mencerna penjelasan dokter.
Kesedihan ini harus segera
kuhentikan. Aku Harus berpikir rasional dengan kondisi yang tidak memungkinkan,
tentu andai ini tetap bertahan banyak
yang harus dilaluinya bypass jantung dan lain-lain. Aku mengambil segi
positifnya dari Kejadian ini dan berusaha ikhlas melepas kepergian anakku, yang telah di tunggu selama 3 tahun.
Aku hanya ingin cepat pulang agar
dapat mengunjungi tempat peristirahatannya. Saat tiba waktunya diperbolehkan pulang, aku
meminta untuk langsung mampir ke makam
anakku. Aku harus hati-hati melangkah
karena tempat pemakaman basah setelah
diguyur hujan, dan jalanan sangat licin. Sementara aku jalan harus pelan-pelan,
karena jahitan bekas operasi masih terasa sakit.
Akhirnya aku sampai di makam
anakku, tapi setelah melihat makam
tersebut semua menjadi gelap dan aku ngga tau lagi apa yang terjadi. Saat sadar
aku telah berada di rumah dan mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi. Di makam tadi aku melihat tanah makam amblas
karena hujan dan sepertinya aku melihat anakku terbaring di sana, jiwaku seakan ikut
bersamanya. Itulah kejadian yang justru membuat aku sangat sedih dan
sock. Dalam tidur aku sering menangis, sehingga setiap tidur selalu ada yang
menjagaku. Kesedihan sesungguhnya ternyata baru dimulai sejak aku melihat kondisi
makam.
Kejadian lain yang diluar nalar
aku alami, tapi kejadian itulah yang membuat aku bahagia. Setiap malam dalam
tidurku, aku dibangunkan seorang perempuan yang
hanya terlihat dari dada ke bawah dan berpakaian serba putih. Dia
memberikan anakku dan menyuruh untuk disusui, awalnya aku ragu tapi perempuan
itu menyakinkan aku, kalau itu adalah anakku. Pertama aku perhatikan wajah bayi
yang diberikan dan memang itu anakku. Aku terima dan tanpa sadar aku mengambil
posisi seperti orang mau menyusui.
Tapi kalau suamiku bangun dan
melihat, dia langsung menyadarkanku. Sekeja itu bayi yang sedang aku susui lenyap
dan aku hanya bisa menangis. Ha ini terjadi setiap malam selama 40 hari dan
setelah itu, aku merasa anakku selalu hadir
di dekatku. Namun tepat ditanggal kelahirannya setahun kemudian, aku bermimpi
anakku datang. Dia sudah besar dan telah bisa berjalan dan berkata, “Aku mau
pamit, mama jangan sedih ya.” Ucapnya sambil mencium dan
memelukku.
Itulah kata perpisahannya dan
terakhir aku melihat anak pertamaku,
yang telah dinanti selama 3 tahun dan harus kuikhlaskan untuk kembali kepelukan
Sang Pencipta. Selamat jalan sayang,
tunggu Mama bila saatnya tiba.
#KaryaCinta
#AlumniSekolahPerempuan
Melelehhhh... hiks hiks. Pengalaman hidup MakBun ternyata sangat dalam. Sehat-sehat terus ya.. Maksay...
BalasHapusAamiin yra. Pengalaman itu yg membuat aku bisa berdiri tegak sampai sekarang Mba Bety.makasih sdh mampir ya.
HapusAl fatihah untuk putranya,semoga Mbak Ningsih selalu kuat. Insya Allah, si kecil sudah damai dan bahagia :)
BalasHapusAamiin yra. Makasih Mba Damar, itu sudah 31 th yg lalu & alhamdulillah Allah memberikan ganti. Makasih sdh mampir
HapusPeyuuuk maksay... Sabar dan kuat ya mak insya Allah si kecil menjadi syafaat untuk kedua orangtuanya di akhirat kelak.
BalasHapusAamiin yra. Pengalaman itu membuat aku bisa tegar sampai saat ini & Allah telah memberikan gantinya. Makasih sdh mampir ya Mba Dwi
HapusAnak kita sedang bermain bersama di surga, Mbak..
BalasHapusInsya Allah kita diberi kesempatan untuk berkumpul bersama ketika saatnya tiba. Aamiin:)
Aamiin yra. In shaa Allah Mba Dian, anak.pertama & ketiga telah bahagia dipelukan Sang Ilahi.
HapusYa Alloh, mbak 😭😭😭, sediih
BalasHapusAlhamdulillah sudah ada gantinya sepasang & sepasang juga telah dipeluk.Ilahi. makasih sdh mampir Mba Emmy
HapusDuuh..jad baper bacanya, Mbak. Semoga ananda bisa menjadi syafaat bagi orang tuanya di akhirat kelak. Aamiin
BalasHapusItu 31 th yg lalu Mba Nurul. Aamiin yra, in shaa Allah.
HapusMakasih sdh mampir.
Hiks sedih bacanya bunda, sampai meneteskan air mata :(
BalasHapusInnalillahi wa inna ilaihi rojiun.
BalasHapusBunda Srie...
Pagi-pagi saya udah mewek, huhuhu sedih banget Bundaaaa. Saya keguguran aja sedih, Bunda apalagi gak sempat bertemu dan gak tahu apa-apa. Masyallah indah Bunda menuliskannya.
Iya Mba Dira, maaf sdh bikin mewek...alhamdulillah sdh ada penggantinya sepasang.
Hapus