Kebahagiaan adalah berbagi |
Assalamualaikum
Mengarungi
biduk rumah tangga selama
34 tahun, memang bukan hal mudah. Kadang ada riak menghadang, bahkan
ombak dan badai pun menerjang tapi aku
dan suami alhamdulilah dapat menjaga biduk kecil kami tetap aman. Riak itu bisa datang dari keluarga kedua
belah pihak, misalnya adik/kakak, sepupu atau keluarga lainnya. Sementara ombak
yang menghatam itu akan memporak porandakan biduk kecil ini, andai ego dan emosi tak terkendali. Ombak yang
datang berasal dari pihak luar dan
biasanya karena kesalahpahaman atau lebih mengedepankan ketidakpercayaan.
Alhamdulillah semua badai itu bisa kita lalui sampai saat ini.
Keluarga kecilku |
Selama itu tentu bukan hanya riak, ombak dan badai yang selalu kita alami,
kebahagiannya jauh lebih banyak yang kami
alami. Bagaimana kita membangun keluarga kecil ini dari awal dan momen bahagia
pertama saat aku dinyatakan positif hamil, setelah menunggu selama tiga tahun.
Namun sayang, Allah berkehendak lain, kebahagian menerima anugrah terindah
tersebut harus pupus. Hanya satu minggu aku merasakan kebersamaan dengan si kecil dan secepat itu harus pergi,
karena kelainan jantung. Ini lah saat aku berada dititik paling terpuruk,
bahkan suami sampai stress sehingga
jantungnya bermasalah. Seiring berjalannya waktu, kita dapat melalui ini
semua dengan baik.
Melahirkan melalui secsio pada
tahun delapan puluhan, belum semodern sekarang tentunya. Aku harus menunggu selama dua tahun untuk
boleh hamil kembali sambil memulihkan kondisi. Untuk melupakan kejadian
tersebut, aku masuk kantor sebelum masa cuti melahirkan selesai. Bahkan aku
mengambil kuliah lagi dan akhirnya momen
bahagia itu datang kembali saat aku
melahirkan si kakak di tahun 1989 dengan selamat dan sehat, walau tetap
melalui secsio. Hal itu dilakukan karena kondisi rahimku yang menempel di dinding
perut. Aah… aku gak peduli yang
penting anak lahir dengan selamat.
Si kakak & Ade |
Waktu berlalu begitu indah dalam
kebersamaan bersama si kakak yang tumbuh sehat dan lucu. Dan setelah kakak
berusia empat tahun, aku hamil
sudah 4 empat bulan. Maklum aku
gak mens setiap bulan, jadwalku hanya
3-4 x dalam setahun & aku juga gak pernah ikut KB. Namun janin itu terkena tosoplasma dan aku
perdarahan hebat, akhirnya janin harus
direlakan keluar dalam usia 20 minggu. Masih di tahun yang sama, aku diberi
kepercayaan hamil kembali, tapi berbagai masalah harus aku lewati. Ternyata rahimku sudah dalam kondisi gak
bagus, hanya tinggal 30 % kata dokter. Perlu hati-hati dan perlu penanganan khusus, apalagi usiaku sudah hamper 35 tahun. Seminggu 2x harus
suntik penguat & bolak balik harus dirawat, puncaknya saat kandungan
berusia 7 bulan. Bed rest total dan gak boleh banyak gerak, gak boleh nonton TV
dan gak boleh baca apapun. Kebayangkan, hanya tergolek di tempat tidur &
hanya boleh berbalik ke kiri dan kanan sekali dalam sehari. Gak boleh turun
dari tempat tidur, kecuali ke kamar
mandi. Itu pun jaraka tempat tidur & kamar mandi tidak boleh lebih dari 5 langkah saja.
Aku diperbolehkan pulang setelah sebulan di rawat, tapi tetap
hanya boleh telentang aja di tempat tidur & itu pun tidak berlangsung lama. Aku
harus dilarikan ke rumah sakit, karena perutku kontraksi hebat dan dokter menyuruh suamiku untuk segera ke rumah
sakit. Hari itu juga si baby harus dilahirkan, setelah menyelesaikan infus
untuk memperkuat paru-parunya. Masalah baru timbul saat aku berada di meja
operasi, ternyata biusnya tidak membuat
aku tertidur. Akhirnya harus ditambah
dosisnya, setelah berhasil dan baby
telah dilahirnya dia tidak menangis. Di tepuk-tepuk pantatnya oleh dokter anak,
tangis itu juga tidak muncul. Namun tangisnya
pecah, saat kakinya direndam di air es. Daaan yang membuat aku sangat bahagia,
setelah diberitahu kalau anaknya
Itu seorang perempuan.
Lengkap sudah yang kumiliki,
si kakak laki-laki dan si ade perempuan. Subhanallah…nikmat mana lagi yang bisa
aku dustai ya Rabb. Namun perjuangan itu belum berakhir, si ade gak mau menyusu
dan kuning. Akhirnya ASI diberikan
dengan cara disonde lewat hidung, menurut dokter karena fungsi organ tubuhnya
belum siap. Semua ini tentu akan ada
ujungnya, aku diperbolehkan pulang tapi
si ade belum. Aku bertahan akan tetap di
rumah sakit sampai si ade bisa aku boyong pulang, dengan kondisi sehat wal
afiat. Mutiara hati kami ini, kini telah dewasa. Si kakak telah menikah,
sementara si ade sudah bekerja.
Pernikahan kakak |
Kini masa pensiun aku nikmati dengan penuh rasa syukur,
walau semua tidak berjalan sesuai yang telah direncana. Namun manusia hanya bisa
berencana, semua keputusan ada ditangan
Allah. Allah tidak memberi apa yang
kita minta, tapi memberi yang
dibutuhkan dan tentu terbaik bagi
kita.
Mengisi masa tua dengan
memperbanyak ibadah dan Alhamdulillah tepat
saat pensiun tiba kami dapat dengan tenang
menjalani rukun islam ke lima
bersama-sama. Ini lah momen bahagia yang sangat luar biasa bagi kami, apalagi waktu menunggu antrian keberangkatan yang tidak sampai tiga tahun. Kami sengaja memilih
yang regular, agar dapat puas
menjalankan ibadah dengan waktu yang panjang. Subhanallah……nikmat Mu yang mana lagi yang
dapat kami dustai.
Bersama Juraganku |
Kelonggaran waktu saat ini aku
manfaatkan untuk lebih meningkatkan
ibadah, karena usia makin
berkurang. Sementara persiapan untuk
pulang menuju keabadian, tidak ada
kepastian kapan datangnya. Kebahagiaan lain kini saat berbagi dengan sesama.
Ternyata berbagi bukan hanya memberikan sesuatu/materi, tapi menebarkan
kebaikan, ilmu dan senyum saja sudah lebih dari cukup membuat orang lain
bahagia. Berbagi kebahagiaan kepada
orang lain merupakan kebahagiaan yang hakiki bagiku diusia senja.
Awalnya aku hanya ikut kegiatan
ini dari jauh, dengan cara menitipkan kepada seseorang yang rutin mengadakan sedekah nasi. Aku suka
banget dengan kegiatan ini dan berpikir untuk mencoba membuat sendiri, apalagi waktu ku banyak senggang. Ternyata
melakukan sendiri dengan berkeliling ke tempat-tempat tertentu
dan bertemu orang-orang yang
begitu bahagian menerima rejeki tersebut, membuat aku meleleh.
Duuh…Gusti, lindungilah mereka
dan limpahkan rejekinya. Tatapan bahagia mereka, membuat kebahagian
tersendiri padaku. Yaa…Rabb….tuntuntalh aku selalu untuk selalu
berbagi kepada saudara-saudara yang membutuhkan. Kebahagiaan itu akan menghampiri, saat kita mensyukuri nikmat yang Allah berikan.
Menjalanin rukun islam ke 5 |
#ALUMNI_SEKOLAH PEREMPUAN
Sejenak membaca perlahan, ah Bunda Srie senang rasanya bisa membaca flashback kisah masa lalunya Bunda. Perjalanan yang penuh cerita, apalagi pengalaman lainnya keluar negeri beluk ditulis, makin seru. Sehat terus yaa Bunda, supaya saya bisa banyak belajar menjadi Ibu yang bijak saat anak beranjak usia.
BalasHapusAlhamdulillah...itu harapan saya mba Dira, melalui goresan dpt bermanfaat bagi banyak.orang. suwun ya udah mampir
HapusAlhamdulillah ya Mbak Srie..keluarga sehat semua..anak-anak sudah dewasa. Tinggal menyukuri apa yang dianugerahkanNya dengan banyak berbagi pada sesama. Barakallah untuk Mbak Srie sekeluarga..
BalasHapusSay panggil Mbak aja yaaa..karena kakak tertua saya sepertinya sepantar Mbak Srie :D
Alhamdulillah Mba Dian, aamiin yra. Makasih doanya. Silakan Mba Dian, klo digroup JA mereka buasa memanggil saya dg Mak bun...hehehe
HapusAlhamdulillah nikmat itu terus mengalir
BalasHapusIn shaa Allah Mba, bwgitu juga doa saya pd kel Mba. Suwun udah mampir
HapusAmiin, alhamdulillah selalu dalam lindungan dan barakahNya. Amiin
BalasHapusAamiin yra. Makasih doanya Mba
HapusSehat terus ya MakBun... senang rasanya membaca kisah hidup yang inspiratif seperti ini. Go higher, Makkk 😊😊
BalasHapusAamiin yra. Suwun doanya Mba Bety
Hapus