Seorang teman sejawat suami berkunjung ke rumah pada suatu siang dan mengobrol panjang lebar sambil melepas kangen, yang diselingi dengan tawa mengingat kejadian-kejadian lalu. Dalam obrolan panjang, terselip disampaikan teman tersebut kabar teman-teman suami yang pensiun bersamaan dengan suami.
Sedih saya Pak melihat teman-teman yang pensiun bareng bapak. Setiap bulan ada beberapa orang yang datang setiap saat gajian. mereka meminta sedikit bantuan dari kami yang masih aktif, karena sudah tidak ada penghasilan lagi.
Setelah masa pensiun memang kita kita tidak stres lagi, tidak dikerja waktu, tidak ada bos lagi dan tidak juga memiliki uang yang rutin setiap bulan diterima. terutama bagi pensiun sekaligus.
Kita memang sering mendengar masa pensiun adalah masa suram bagi sebagian orang yang tidak memiliki penghasilan setiap bulan lagi, tapi uang pensiun diberikan/ dibayarkan sekaligus. Bagi sebagain orang menerima uang banyak diakhir masa bakti, seringkali dianggap mendapat rejeki nomplok, sehingga tidak terkontrol penggunaannya. Apalagi perusahaan di indonesia sangat jarang memberikan penyuluhan memanfaatkan uang pensiun kepada pegawainya yang akan memasuki masa pensiun. Apalagi di negara kita masa pensiun kadang tidak dipersiapkan dengan matang, karena merasa ada anak-anak yang akan merawat dan menanggung hidupnya di masa tua. Padahal justru dimasa tua dibutuhkan dana ekstra untuk kesehatan yang tentunya akan membebani setiap pegawai yang tidak mendapat pensiunan bulanan dan tidak juga mendapatkan jaminan kesehatan. Alhamduulilah seandainya ada anak yang dapat mencukupi masa pensiun orangtuanya, bagaimana kalau tidak?
Merenda Hari Esok
Manusia itu hanya dapat berencana, tapi Allah yang menentukan hasilnya. Dalam merenda hari esok, saya telah merencanakan dengan sangat matang. Walau kami agak terlambat memiliki anak, tapi masih bisa disiasati agar anak-anak dapat menyelesaikan pendidikannya. Asuransi pendidikan telah dipersiapkan, dan setelah dihitung anak pertama selesai kuliah tepat bapaknya memasuki masa pensiun dan si bungsung menyelesaikan kuliahnya, saya memasuki masa pensiun. Saya pensiun akan mendapatkan uang pensiun setiap bulannya, sementara suami uang pensiun dibayarkan sekaligus. Kami memang tiak punya jiwa bisnis, walau saya telah berusaha mencoba merintis beberapa usaha, tapi alhamdulillah semua kandas...hehehe....
Ternyata rencana masa depan yang telah kami rencanakan dengan sangat baik, tapi Allah berkata lain. Perusahaan tempat saya bekerja kondisinya tidak bagus dan melakukan pengurangan pegawai, setelah berpikir, berembug dan mencari info tentang kondisi perusahaan saya memutuskan mengajukan diri ikut pensiun dini. Uang yang didapat disimpan untuk biaya pendidikan anak-anak, asuransi pendidikan anak pertama dapat saya gunakan untuk membeli rumah KPR dan kekurangannya saya cicil selama tiga tahun.
Semua masih dapat berjalan mulus dan uang pensiun suami saya sulap menjadi beberapa kontrakan, yang hasilnya untuk biaya hidup sehari-hari. Rumah dari hasil asuransi anak pertama juga saya kontrakkan untuk tambah-tambah biaya hidup sehari-hari. Alhamdulillah.....Allah mengundang kami mengunjungi Baitullah hanya waiting list 2 tahun, sudah dapat berangkat ibadah haji.
Kami memang tidak menyiapkan rencana lain, sehingga harus gerak cepat mengatur ulang sesuai kebutuhan. Uang pensiun saya habis untuk biaya pendidikan si kecil yang kuliah diluar kota. Saya juga tidak memikirkan kalau kuliah diluar kota itu biayanya ruaaaar biasa besar. Biaya hidup jauh lebih besar dari biaya sementeranya.
Namun yang perlu diingat Allah pasti memberikan rejeki kepada semua umatnya dengan caranya sendiri, Alhamdulillah semua masih berjalan dalam kendali sampai si kecil selesai kuliah. Jadi sebagus apapun rencana masa depan Anda, ingatlah bahwa tetap ditangan Allah keputusan akhirnya & terima hal itu dengan bijak dan penuh rasa syukur. Rendalah masa dengan Anda dengan baik dan siapkan plan A, B & C, agar ada pilihan lain. Sebaiknya lima atau sepuluh tahun sebelum masa pensiun, Anda telah merintis usaha yang dapat dijadikan sandaran dihari esok.
Membicarakan masalah masa pensiun, memang tidak semua orang mempersiapkan dengan matang terutama di indonesia. Padahal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar