Kamis, 09 Januari 2014

MASJID ISTIQLAL CERMIN KERUKUNAN UMAT

Ada  ratusan serpihan  kenanganku yang tercecer  di Masjid  Istiqlal. Masjid  terbesar  dan termegah di Asia Tenggara,  yang  letaknya berhadapan  dengan gereja Kathedral. Disebelah  kanan gereja adalah  lokasi komplek tempat tinggal keluargaku dulu.  Gereja Kathedral  sejak aku  kecil sampai sekarang  tidak ada perubahan  pada  gereja tersebut.   

Pelataran  masjid istiqlal adalah salah satu saksi bisu masa kecilku, di mana aku bermain petak umpet, berlarian  untuk sholat dan juga tempat aku mengaji setiap sore hari. Pada waktu itu kondisinya masih dalam taraf pembangunan, bahkan adik-adikku  berkolah TK disana.  Di masjid ini  kalau pagi  ramai dengan anak-anak sekolah taman kanak-kanak Wijaya Kusuma namanya dan ada juga pengajian ibu-ibu. Sore hari diramaikan oleh anak-anak yang berlarian untuk merebutan mendapatkan kursi paling depan untuk mengaji, agar mendapatkan antrian mengaji lebih dulu. Ustadz Ridwan Lubis dengan sabar akan  mengajar kami satu persatu, hingga sholat magrib menjelang.

Kami  berebut   keluar kelas untuk masuk ke masjid  dan  mencari    tempat di baris belakang..hehehehe… di saf paling belakang, setelah meletakkan  tas  kami akan berebutan untuk mengambil air wudhu.  Pada saat  sholat kegaduhan dibelakang  terus saja berlangsung, suara hahaha…hihihi kami anak-anak  yang sholat sambil bercanda.   Tapi masjid akan  sunyi pada saat sholat, apabila penjaga masjid ada. Penjaga itu seorang bapak yang berkulit  hitam, dengan memakai kopiah dan maaf jalannya agak pincang dengan sebuah rotan tergengam ditangannya serta selalu  menggunakan kemeja warna putih atau biru. Pak Karim  namanya.  Apabila  kami  melihatnya datang,  bergerakpun takut rasanya, karena Pak Karim tidak segan-segan untuk  memukul anak-anak yang sholatnya bercanda dengan rotan yang dipegangnya.

Selepas sholat isya,  anak-anak remaja dan dewasa akan berkumpul di depan pemancar radio  yang ada di lingkungan masjid.  Sementara kami, anak-anak akan menyebrang jalan untuk menangkap jangkrik yang bertebaran dibawah lampu jalan  yang terletak  diberang masjid dan tepat di depan pintu gerbang komplek tempat tinggalku.
 
Setelah aku duduk di bangku SMP, kegiatan itu terus saja berlangsung dan apabila  tiba Hari Raya Idul Fitri,  para laki-laki dewasa akan menjadi juru parkir  para jamaah yang akan sholat. Lahan parkir  yang digunakan adalah halaman komplek  tempat tinggal kami dan halaman gereja cathedral,   pada saat  natal,   lahan parkir yang digunakan selain halaman komplek  juga halaman masjid istiqlal.  Indahnya perbedaan.

Serpihan-serpihan itu mencoba menyatu untuk membentuk kenangan lama yang melintas kembali dikala aku dan suami mampir untuk sholat dzuhur  di masjid istiqlal, yang kini makin megah dan  indah.   Aku seakan tidak mengenalnya sekarang, bahkan  dikala  selesai berwudhu, aku bingung dimana kini tempat sholatnya sampai harus bertanya kepada pengunjung lain.  Keluargaku pindah dari komplek tempat kami tinggal pada tahun 1977  ke selatan Jakarta dan baru tahun 2013  aku menginjakkan kaki kembali di Masjid Istiqlal.

Masjid Istiqlal dalam sejarah
Masjid Istiqlal  yang ide awalnya dicetuskan  oleh beberapa ulama, seperti : KH. Wahid Hasyim, Menteri Agama RI 1, H. Agus Salim, Anwar Tjokroaminoto, Ir Sofwan dan 200 orang tokoh Islam pimpinan KH. Taufiqurrahman, yang awalnya dengan mendirikan Yayasan Masjid Istiqlal pada tahun 1953.

Pada tanggal 7 Desember 1954   yayasan Masjid Istiqlal yang diketuai oleh H. Tjokroaminoto diresmikan yang didukung oleh Presiden Soekarno.  Nama Istiqlal diambil dari bahasa Arab yang berarti “Merdeka,”  nama tersebut merupakan  ungkapan   rasa syukur bangsa Indonesia atas kemerdekaan yang diberikan oleh Allah SAW. Kemudian   membentuk Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal (PPMI).

Penentuan lokasi masjid ditetapkan oleh Bung Karno di atas bekas benteng Belanda Frederick Hendrik dengan Taman Wilhelmina yang dibangun oleh Gubernur Jenderal Van Den Bosch pada tahun 1834 yang terletak di antara Jalan Perwira, Jalan Lapangan Banteng, Jalan Kathedral dan Jalan Veteran.  Penentuan lokasi ini sempat menimbulkan perdebatan antara Bung Karno dan Bung Hatta yang akhirnya disepakati    di bangun di lahan bekas benteng Belanda, karena di seberangnya telah berdiri gereja Kathedral dengan tujuan untuk memperlihatkan kerukunan dan keharmonisan kehidupan beragama di Indonesia.

Langkah awal untuk perencanaan pembangunan adalah  menyiapkan rancangan gambar atau arsitekturnya, maka pada tahun 1955 Panitia Pembangunan Masjid Istiqlal menggelar   sayembara rancangan gambar atau arsitektur masjid Istiqlal yang jurinya diketuai oleh Presiden Soekarno.  Keluar sebagai pemenang pada sayembara tersebut adalah Frederich Silaban dengan judul “Ketuhanan.” Frederich Silaban adalah seorang arsitek beragama Kristen kelahiran Bonandolok Sumatera, 16 Desember 1912.  Beliau juga yang  merancang kompleks Gelanggang Olahraga Senayan.

Realisasi pembangunan masjid Istiqlal  yang  pemancangan tiang pertamanya dilakukan  oleh Presiden pertama RI, Ir. Soekarno dilaksanakan pada   24 Agustus 1961.   Situasi  politik dalam negeri yang cukup memanas, pembangunan masjid istiqlal jadi tersendat-sendat, apalagi pembangunan ini berbarengan dengan pembangunan   Gelora Senayan dan Monumen Nasional.   Pada tahun 1965-1966  pembangunan Masjid Istiqlal terhenti sama sekali. 

Setelah itu   Himpunan Seniman Budayawan Islam bersama  sejumlah tokoh, ulama dan pejabat negara tergugah untuk melanjutkan pembangunan Masjid Istiqlal, yang  dipelopori oleh Menteri Agama KH. M. Dahlan  melakukan  penggalangan dana   untuk membangun   fisik masjid dan kepengurusan Bung Karno digantikan oleh     KH. Idham Chalied yang bertindak sebagai koordinator panitia nasional Masjid Istiqlal.   Lewat kepengurusan yang baru ini, masjid dengan arsitektur bergaya modern itu selesai yang semula direncanakan   pembangunannya akan memakan waktu selama 45 tahun, akhirnya “bangunan utama” dapat selesai dalam waktu 6 tahun.

 Masjid Istiqlal mulai dipergunakan pada tanggal 31 Agustus 1967 yang ditandai dengan berkumandangnya adzan Maghrib yang pertama. Secara keseluruhan pembangunan masjid Istiqlal diselesaikan selama   17 tahun yang diresmikan    oleh presiden Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar