Kamis, 24 Maret 2016

ANAK MANDIRI ADALAH DAMBAAN SETIAP ORANG TUA



   
Menumbuhkan karakter mandiri  pada anak tidak dapat dilakukan secara instan, tentunya  dibutuhkan proses latihan yang panjang dan memerlukan pengorbanan dari orang tua. Kemandirian dapat dilatih sejak dini dari hal-hal yang  paling  mudah. Peran orangtua dan  lingkungan  merupakan suatu hal  yang  penting,   mengingat bahwa kemandirian pada anak tidak bisa terjadi dengan sendirinya. Namun   perlu dilatih orangtua.    



Latihan dapat dilkukan pada saat anak mulai mengerti  dan bisa berjalan, karena memudahkan dalam meakukannya. Mulailah dengan hal-hal kecil, dengan mengajarinya mengambil mainananya sendiri & merapihkan kembali setelah selesai bermain.  Dalam mengajari dilakukan sesuai tingkatan usia. Misalnya ajari untuk belajar makan sendiri, membuka baju sendiri dan lainnya dan tetap  dalam pengawasan Anda. Sebagai orang tua Anda harus mau berkorban dan sabar dalam melatihhnya. Memang semua dilakukan tidak sempurna, tapi  seiring bertambahnya usia akan baik hasilnya. Hal yang terpenting beri anak kesempatan untuk melakukannya semua aktivitasnya sendiri, sehingga ras percaya diri anak juga akan tumbuh.   

Setelah anak mulai masuk sekolah tentu orangtua dapat mengajari untuk merapihkan  buku pelajarannya, menyiapkan seragam sekolah dan menyimpan sepatu sekolah pada  tempatnya. Ingat ya bu, perasaan kasian Anda pada saat melatih akan  mebuahkan kegagalan, yang utama biarkan anak berusaha untuk melakukan sendiri aktivitas yang dibutuhkan sesuai usianya. Sementara orangtua terus melatih  dengan sabar. Untuk tingkat usia remaja orangtua mulai dapat memberikan tanggungjawab melaksanakan tugas rumah tangga. Misal, menyapu, mengepel dan mencuci piring minimal piring bekas yang dipergunakannya.

Masa Dewasa
Ketika anak duduk dibangku SMA Anda sudah dapat melatihnya dengan berbagai pekerjaan rumah tangga, bahkan dapat mulai melatih mengatur uang sakunya. Pada usia ini anak dianggap sudah cukup dewasa dan dapat diajak berdiskusi dalam masalah sehari-hari. Akan lebih baik anak dilibatkan dalam memecahkan masalah di rumah, agar anak terbiasa dan mulai mengetahui permasalah dalam menjalankan hidup.

Pada tingkat sosial ekonomi menengah keatas, kebiasaan para orangtua memanjakan anak dengan fasilitas dan tenaga yang mengerjakan urusan rumah tangga, sehingga anak menjadi manja dan tidak mau berusaha untuk meraih sesuatu. Pada ekonomi menengah kebawah banyak orangtua dalam keterbatasannya, membuat anak mau berusaha untuk mendapatkan sesuatu.Semua ini memang tidak mudah, tetapi bukan tidak mungkin. Pengalaman saya sebagai orangtua yang bekerja dapat menerapkan semua kemandirian pada anak sesuai dengan usianya cukup berhasil. Bahkan anak saya yang kecil pada saat usianya lima tahun, meminta untuk tidak perlu lagi menggunakan PRT. Sementara anak yang besar sejak kelas empat  sekolah dasar sudah meminta uang saku diberikan setiap minggu. Hal ini membuat saya langsung mengajari cara mengelola uang sakunya. Saya membiasa anak-anak menabung sejak mulai duduk di taman kanak-kanak dengan menggunakan celengan di rumah dan setiap bulan dibuka untuk dipindahkan ke bank yang saya buat atas nama mereka masing-masing. Untuk memotivasi anak-anak rajin menabung dari uang sakunya, saya membuat aturan. Siapa saja yang uang sakunya dalam seminggu masih sisa, saya memberikan tambahan 10% dari sisa tersebut. Pada saat anak-anak telah lulus SMA dan memiliki KTP, buku tabungan, kartu ATM saya serahkan untuk dikelola masing-masing anak. Anak-anak senang menerima, apalagi melihat tabungan mereka yang mencapai jutaan. Namun setelah itu, buku tabungan dan kartu ATM anak-anak serahkan ke saya untuk  disimpan. Namun kebiasaan menabung dan mengatur uang sudah dimengerti anak-anak. 

Semua pekerjaan rumah dikerjakan bersama dan dibagi,  anak-anak menyiapkan perlengkapan sekolah, baju, botol minum dan bekal sendiri. Saya urusan dapur, suami urusan cucian dan anak-anak mencuci piring dan menyapu & mengepel lantai rumah. Setelah dewasa urusan rumah tangga dibagi rata.  Saat anak pertama saya mulai memasuki dunia kerja, pekerjaan rumah tangga tetap mendapat bagian untuk dikerjakan.

Untuk mendidiknya benar-benar mandiri dalam mengatur ekonomi dan pekerjaan rumah tangga, saya mengaturnya lebih kepada menyiapkan diri anak hidup mandiri dengan penghasilannya sendiri. Langkah awal saya mengajaknya membicarakan penghasilannya, untuk apa saja digunakan dan bagaimana mengaturnya. Pertama untuk ikut asuransi masa tua, membeli kebutuhan sendiri, seperti biaya membeli pakaian, uang transport dan keperluan pribadinya (sabun, shampo, parfum dll) dan menabung bahkan camilan saya minta untuk bayar sendiri. Kadang suami mengatakan saya "sadis" tapi itu semua untuk kebaikannya. Sementara makan sehari-harikan masih saya tanggung. Orangtua memang harus tega melakukannya untuk kebaikan masa depan anak. Malah anak saya ada menyisihkan uang saku untuk adiknya yang masih kuliah dan memberi uang tambahan belanja untuk saya. Namun uang pemberiannya saya simpan, apabila suatu saat dia butuh sesuatu saya pergunakan uang pemberian tersebut.

Harapan saya dengan kemandirian anak-anak mereka dapat saya tinggal kapanpun, mereka sudah siap. Umur manusiakan hanya Allah yang mengetahui. Disamping itu uang penghasilannya digunakan dengan bijak dan bermanfaat. Orangtua mana sih yang tidak mendambakan anaknya dapat mandiri?




 

1 komentar:

  1. Agar anak menjadi mandiri harus sering diajak komunikasi sama orang tua, baik untuk bermain, belajar. Sedikit demi sedikit selalu diberi pengarahan.

    BalasHapus