Setelah
mengubek-ngubek kenangan lama dari memoriku
yang sudah mulai lapuk dimakan usia. Aku berusaha focus untuk mengingat
kembali perjalanan hidup. Alhamdulilah akhirnya pelan-pelan memori tersebut
keluar dari persembunyiannya dan dapat tersajikan. Berharap sepenggal kisah ini dapat
bermanfaat, silakan ambil sisi positifnya dan buang jauh-jauh negatifnya.
Perkenalan
pertamaku dengan asap rokok, saat kelas
lima SD, ketika Bapak mulai merokok di
rumah. Yaa bapak memang perokok, tapi
tidak terlalu sering. Karena aku merasa
mual dan sesak napas bila ikut menghirup
asap rokok, kondisi tersebut membuat aku tidak menyukai rokok. Sementara Bapak
jarang merokok bila di rumah, karena
diprotes anak-anaknya.
Ketika
duduk di bangku sekolah menengah
pertama, aku mulai bereaksi apabila ada teman yang merokok. Memang teman-teman merokok secara sembunyi-sembunyi,
tapi yang bikin kesal mereka biasanya merokok di kantin sekolah yang tempatnya
jauh dari pengawasan guru. Di kantin itu pula aku sering ngumpul dan ngobrol dengan teman-teman. Aku selalu
mengusir
teman yang merokok dekat dengan tempat dudukku. Mereka tidak berani protes, karena aku mengancamnya
akan memberi tahu guru hehehe.
Kebencianku
pada rokok mulai serius ketika di SMA, pada level ini murid yang merokok di sekolah makin banyak. Sebal
rasanya melihat lingkungan sekolah makin
dipenuhi asap rokok, membuat
gerak ku semakin sempit. Apalagi di kantin sekolah, kepulan asap dari
bibir-bibir yang terbakar memenuhi ruang
kantin yang kecil semakin membuat dada sesak. Bukan hanya murid laki-laki saja yang merokok, ada beberapa murid perempuan. Aku sendiri tidak pernah mau
tau apa alasan mereka merokok, dari
gelagatnya ada juga yang hanya sekedar pengen di anggap sebagai anak gaul. Beberapa teman sekelasku malah
mengatakan kalau rokok sudah menjadi
kebutuhan bagi dirinya. Hal
itu dibuktikan dengan kuku jari telunjuk dan ibu jarinya, berwarna kuning dan
bibirnya menghitam.
Aku
mulai kesal, entah kepada teman-teman
atau guru-guru yang tidak mengawasi
murid-muridnya terutama pada jam
istirahat. Akhirnya aku mulai tegas,
karena aku juga berhak untuk bisa
menikmati udara bersih dilingkungan sekolah. Sejak saat itu kalau ada teman
yang merokok, aku langsung memintanya
untuk menjauh atau aku yang mengalah
menjauhi mereka. Tapi lama- kelamaan
teman-teman menghormati ketidaksukaanku
pada rokok, dengan suka rela dia akan mematikan rokok atau membuangnya apabila
dekat atau ada aku di dekat mereka.
Waaah…akhirnya satu sekolah mengetahui bagaimana aku menjadi musuh nomor
satu pada rokok dan alhamdulilah teman-teman bisa memaklumi.
Ketika
memasuki dunia kerja tidak ada satu teman pun yang percaya kalau aku tidak
merokok, kecuali teman-teman satu angkatan yang telah bersama-sama menempuh
pendidikan selama 6 bulan. Bahkan aku
selalu dijadikan korban kejailan mereka,
karena aku paling marah kalau kena asap rokok. Sementara banyak teman yang
tidak merokok tidak masalah jika ada teman lain yang merokok, tapi buat aku nanti
dulu. Mereka memang tidak merokok di
dekat ku, tapi ketika hendak mengeluarkan asap rokok dari mulutnya, dibuanglah
asap itu dimukaku. Menyebalkan! Hal itu
membuat aku terbatuk-batuk, mata berair dan memerah. Yang membuat aku makin kesal, mereka akan tertawa
puas telah berhasil ngerjain aku.
Di
dunia kerjaku yang bertaburan rokok gratis menambah siksaan berat bagiku.
Jika mereka yang posisinya diatasku,
yaaa…aku harus tau diri untuk menghindar apabila mereka merokok. Tapi tidak aman bagi yang posisinya dibawah alias yuniorku….hehehe…..
kalau sekali-kali merokok aku masih bisa terima. Hanya ada yang merokoknya
seperti kereta api.. oalaah….mohon maaf, rokoknya aku patah-patahin atau aku
buang. Apalagi bila dia tidur sekamar denganku, silakan keluar kamar kalau
hendak merokok. Aku tau mereka kesal,
tapi ga berani melawan senior kan….
Hihihihi. Seiring berjalannya waktu,
teman-teman akhirnya banyak yang
memaklumi akan ketidaksukaanku pada rokok.
Menurut pendapatku merokok itu ga ada untungnya sama sekali, ga
percaya? Mari kita buktikan,
secara logika saja merokok itu
sama dengan membakar uang dengan
sadar. Tidak membuat bikin kenyang, malah banyak mudaratnya. Walau teman yang
perokok mengatakan merokok itu
mengasikkan, bisa menghilangkan stress. Yaaaa…itu hak mereka untuk berpendapat
demikian. Memang pada masa itu larangan
merokok belum ada, orang dapat bebas
merokok dimana saja dan kapan saja sesuka mereka. Repot memang berurusan dengan para ahli
hisap, alias perokok….hahahaha.
Bayangngkan, bagi kita yang bukan
perokok tapi ikut menghisap asap rokok, akibatnya jauh lebih berbahaya
ketimbang si perokok itu sendiri.
Karena asap rokok itu langsung
masuk ke paru-paru melalui hidung. Sebenarnya mengapa rokok bisa begitu berbahaya bagi
kesehatan?
Racun
yang terkandung di dalam asap rokok, seperti
Nikotin mengandung
candu yang membuat seseorang menjadi ketagihan, Tar merupakan bahan dasar pembuat aspal yang dapat menempel pada paru-paru dan
bisa menimbulkan iritasi bahkan kanker, Karbon
Monoksida adalah gas
yang bisa menimbulkan penyakit jantung karena gas ini bisa mengikat oksigen
dalam tubuh, racun berikutnya
Zat
Karsinogen merupakan permicu pertumbuhan sel kanker dalam tubuh dan Zat
Iritan yang mengotori saluran udara dan kantung udara dalam
paru-paru penyebab batuk. Tahukah kalian kalau dalam sebatang rokok mengandung
4000 zat kimia, 69 diantaranya merupakan
zat karsinogenik (dapat menimbulkan kanker). Zat-zat berbahaya yang terkandung
didalam rokok antara lain : tar, karbon monoksida(CO), sianida, arsen,
formalin, nitrosamine hidrogen sianida
(HCN), amonia dan polonium dll.
Berbagai penyakit dapat ditimbulkan dari rokok, dan akan terlihat setelah beberapa tahun ke depan.
Mau mengetahui penyakit apa saja, silakan tanya ke Oom Google ya. Melihat
bahaya yang ditimbulkan rokok ini, maka pemerintah perlu mengeluarkan Perda
Larangan Merokok pada tahun 2005, alhamdulilah sekarang di tempat umum para
perokok disediakan tempat khusus untuk merokok. Tapi merunut ku merokok tetap
saja merupakan tindakan bodoh…ups…maaf, karena sudah tau bahayanya tapi tetap
dilakukan.
Aku salah satu orang
yang percaya kalau cinta itu buta, benar-benar buta. Bagaimana tidak buta, sudah jelas-jelas
aku benci 1000% dengan rokok, tapi malah kepincut dengan laki-laki yang
dibibirnya selalu terselip sebatang rokok. Dia selalu berpakaian rapih, dengan
rambut gondrongnya yang hampir menyentuh
bahu. Beralis tebal, berkumis tipis yang
bertengger diatas bibir tipisnya. Tangannya
selalu mengenggam sebungkus rokok, lengkap
dengan korek api zipponya. Aku mengenalnya melalui bantuan kakak laki-lakiku,
yang kebetulan satu kantor dengannya. Perkenalan itu terjadi di saat dia
berkunjung ke rumahku dan terasa ada kilatan aneh yang keluar dari hatiku,
ketika pertama kali bertemu.
Kata
pepatah jawa “Witing tresno, jalaran saking kulino” benar-benar aku alami.
Seringnya dia datang ke rumah, bahkan kadang menginap di rumah, membuat
intensitas pertemuan kami jadi sering. Ternyata dia adalah sahabat kakak
laki-lakiku dan rumahnya tidak terlalu jauh dari rumahku. Bahkan kami sering
pergi bersama, baik hanya sekedar makan atau nonton bioskop.
Kakak
laki-lakiku yang cuma semata wayang ini memang paling dekat denganku, dan aku
kalau pergi kemana saja bersamanya. Kalau hari libur biasanya aku ngobrol
bersama teman-teman kakak. Maklum di rumah memang tempat ngumpulnya teman-teman
kakak, baik teman di rumah maupun teman kantornya. Hehehehe….. dan aku
satu-satunya perempuan dikumpulan segerombolan laki-laki ini.
Sesekali aku mengobrol berdua dengannya, semakin sering bertemu hatiku kadang kebat-kebit dan
sering salah tingkah gitu. Tapi gengsi ah kalau si dia sampai mengetahui, tapi
dari gelagatnya aku bisa membaca kalau dia juga suka denganku. Coba bayangin,
aku lupa mempersoalkan kebiasaannya merokok. Kalau sedang ngumpul dan merokok,
biasanya aku masuk ke dalam meninggalkan mereka. Lama-lama kakakku bilang ke
teman-temannya kalau aku tidak suka dengan rokok. Mereka memaklumi, kalau sedang ngumpul
denganku, mereka tahan tidak merokok.
Pendek
cerita dia mengutaran perasaannya padaku di suatu malam, ketika kita sedang ngobrol berdua. Gilanya
lagi aku mengiyakan tanpa berfikir lagi, apalagi mengingatnya sebagai perokok.
Hadeuuh….. cinta…ooo…cinta. Perjalanan cinta
ini tertutup untuk umum, jadi hanya kami berdua yang mengetahui jalinan
kasih ini. Tentunya akan kami buka apabila waktunya sudah tepat. Anehnya
setelah berbulan-bulan kami menjalin hubungan, aku masih tetap bungkam dengan
persoalan rokok ini. Mungkin karena dia hanya memakan permen kalau sedang bersamaku, jadi bikin aku tambah lupa.
Setelah
kami rasa hubungan ini telah memiliki tujuan yang jelas dan disepati bersama,
kami berniat memberitahu kedekatan ini kepada kakak. Setelah menemukan waktu
yang tepat, majulah dia menemui kakakku untuk mengabarkan berita ini. Dia dan
kakak berbicara di kamar kakak yang letaknya bersebrangan dengan kamarku. Dengan hati dag dig dug aku menunggu di
kamar, tapi tiba-tiba terdengar suara pintu dibanting, aku mencoba mengintip
dari balik jendela. Terlihat kakak marah besar dan mengusir dia keluar dari
rumah. Aku mematikan lampu kamar, tapi pasang kuping lebar-lebar agar
mengetahui kejadian berikutnya.
Benar
saja terdengar kakak sedang bicara dengan bapak dan ibu yang mengatakan tidak
mengijinkan aku berhubungan dengan dia. Celakannya lagi kakak dan ibu berdiri
paling depan yang menentang hubunganku dengan dia, sementara yang lain hanya
ikut-ikutan. Kenapa jadi kacau begini, aku mencoba menenangkan diri, tapi bisa
dipastikan malam ini mata tidak akan bisa terpejam. Andai saja waktu itu sudah ada hp dan bb, pasti kami bisa
chatting minimal sms-an untuk bertukar kisah dan mengatur langkah selanjutnya.
Larangan
ini aku anggap sebagai ujian yang harus diselesaikan dengan hati dan kepala
dingin. Aku berembuk dengan dia untuk membicarakan langkah apa yang harus
dilakukan dalam menyelesaikan ujian ini. Aku menawarkan tiga opsi, pertama kami
harus mencari tau apa masalah yang membuat hubungan ini dilarang. Kedua, aku
minta dia untuk mulai memikirkan bagaimana
caranya berhenti merokok dan ketiga, apa langkah yang akan kami ambil
untuk menyelesaikan masalah ini.
Proses
penyelesaian dengan keluarga terus berjalan, aku mulai menata dia untuk mulai
mengurangi rokok yang awalnya 3 bungkus lebih sehari harus dikurangi sebatang
setiap minggu. Pada awalnya memang diabaikan tapi aku tidak gampang menyerah,
walau jarang bertemu ada temannya yang menolong aku untuk memantaunya dan rutin memberi
laporan perkembangannya.
Aku
sangat paham mengubah kebiasaan yang sudah bertahun-tahun dilakukan, tidak
semudah membalik telapak tangan tentunya. Ketika bertemu aku ingatkan lagi
permintaanku untuk berhenti merokok, aku tidak memberikan alasan akan bahayanya
merokok, karena terlalu klise menurutku. Aku juga yakin, seyakin-yakinnya pasti
dia sudah mengetahuinya. Selalu aku tekankan padanya untuk menguatkan niat dan
pikirkan kesehatan diri sendiri ke depan.
Perubahan
untuk mengurangi rokok memang lambat, tapi aku tetap semangat dan yakin bisa membuatnya
berhenti merokok. Salah satu sebab sulitnya berhenti, karena dia sendiri merasa
belum terlalu mendesak untuk berhenti, ditambah pengaruh dari teman-temannya, apalagi
melihat hubungan kami yang ditentang keluargaku. Mungkin merokok salah satu penghilang
stresnya. Yaaa….mungkin itu tantangan ku untuk bisa membantunya melepaskan diri
dari jerat rokok.
Seiring
berjalannya waktu dia sudah dapat mengurangi sebungus rokok dalam waktu enam bulan,
tapi masih dua bungkus lagi yang perlu didelete. Aku memang sangat jarang
bertemu dia, karena aku sering dinas keluar kota. Untuk komunikasi kami
mempunyai teman yang dapat menjadi kurir atau tempat menyampaikan pesan dari
aku ke dia dan sebaliknya. Kami bertemu
hanya sekali dalam sebulan, itu pun mencari tempat yang jauh dari jangkauan
kakak dan keluargaku.
Kami
bisa merajut asa, mengatur langkah apa saja agar dapat membuat keluargku merestui hubungan
ini. Kami sepakat untuk menunjukkan perubahan dan keseriusan hubungan ini
kepada keluargaku. Walaupun kami tau jodoh itu hanya Allah yang menentukan,
tapi kami tetap berusaha dan berdoa agar diberikan jalan yang terbaik. Hal ini
rupanya membuat dia termotivasi untuk mulai serius mengurangi rokoknya. Aku
mengompori keinginannya dengan mengatakan,”Dana pembeli rokok lebih baik di
simpan, kalau nanti keluargaku merestui, lumayankan dana tersebut dapat kita
pergunakan untuk tambahan biaya nikah.”
“Benar
juga ya, tapi untuk pengganti rokok apa ya?” jawabnya dengan tanya lagi.
Sejak
itu aku melihat dia kemana-mana membawa kotak permen strepsil, bukan bungkus
rokok lagi. Alhamdulilah, tapi aku belum bisa merasa senang dulu, karena
temanku bilang dia masih suka merokok walau tidak sesering dulu. Bahkan aku
beberapa kali pernah memergokinya sedang merokok bersama teman-temannya. Hal ini terus terjadi tapi aku tidak menyerah,
karena siapa tau dia benar-benar jodoh yang Allah kirim untukku.
Saat tunangan |
Alhamdulilah akhirnya keluargaku melihat
keseriusan kami berdua yang selama ini mereka pantau, memberikan restu atas
hubungan ini. Syaratnya segera bertunangan
dan menikah, wooow… Aku berembuk dengan dia
dan tidak berapa lama dia sendiri datang meminta langsung ke orang tuaku
untuk sekalian menentukan tanggal pertunangan. Pendek cerita pertunangan
berjalan lancar dan kebahagiaan meyelimuti kami berdua.
Sejak
pertunangan kami, aku belum pernah bertemu orangtuanya. Di Jakarta dia tinggal
bersama kakak tertuanya dan merekalah yang melamarku, karena bapak & ibunya
sakit di kampung. Tapi pantauanku tentang niatnya berhenti merokok semakin
gencar dan ketat aku pantau, namun masih aja ada laporan kalau dia masih
merokok.
Hubungan ini terus berjalan menuju titik yang
jelas, aku coba mulai merancang rencana untuk kepelaminan. Aku juga minta si
dia pulang kampung menemui orangtuanya, untuk bicarakan hal ini. Sebelum dia
mengutarakan maksudnya, ternyata orangtuanya telah menyiapkan calon…hehehe.
Namun tidak memaksa, akhirnya maksud kedatangannya terrsampaikan dan
orangtuanya tidak keberatan sama sekali. Alhamdulillah….dan meminta membawaku
ke sana, karena mereka tidak memungkinkan ke Jakarta.
Sebenarnya
yang berisik itu ibu, katanya aku sudah ketuaan. Malu kamu jadi perawan
tua..hahhaa..itu memang terjadi di masa itu, padahal aku baru juga 25 tahun.
Akhirnya ditentukanlah tanggal dan tempat untuk pernikahanku. Namun seminggu lagi pelaksanaan akad nikah
dan undangan juga sudahh disebar, aku mendapati dia masih merokok. Rasanya
kesabaranku sudah habis untuk hal ini.
Entah
kekuatan dari mana dan ketidaksukaanku pada rokok, akhirnya dengan berbagai pertimbangan.
Aku langsung memberikan pilihan, “kamu
pilih menikah denganku atau tetap rokok
?”
Namun
sebelumnya aku sudah menceritakan hal ini kepada ibu dan beliau keberatan,
dengan alasan takut dia membatalkan pernikahan ini. Tapi aku tidak peduli dan
berharap dia memberi keputusan yang
benar sesuai kata hatinya. Bayangka saja kalau seseorang sudah tidak bisa
memikirkan kesehatan dirinya, bagaimana mau memikirkan kesehatan aku atau
anak-anaknya nanti. Dan juga menguji seberapa besar cintanya padaku?
Cie..cie..cie…
Ternyata dia masih waras dan menjawab, “Aku memilih nikah denganmu dan
meninggalkan rokok untuk selamanya”
Ibuku
langsung bernapas lega dan sudah 35 tahun dia hidup tanpa rokok bersamaku.
Alhamdulillah sehat sampai saat ini. Kalau
aku ingat-ingat, dulu berani juga aku seperti itu, tapi keyakinanku bahwa jodoh
itu sudah Allah tetapkan. Kalau memang jodoh, ya pasti bersandinglah…hehehe
keluarga kecilku |
Aq termasuk orang yang alergi sama asap rokok, jadinya suami atau orang-orang terdekat mau tidak mau harus rela tidak merokok di dekatku. Alhamdulillah, hehehe
BalasHapusWaah...saya mah, mau deket atau jauh.tetep ga boleh menrokok..hahaha
HapusJodoh tidak akan kemana ya mba.
BalasHapusBetul Mba...& Allah sudah menggariskan sejak.kita.lahir
HapusMakasih sudah mampir
Alhamdulillah ya Mbak, akhirnya si Babang lebih memilih Mbak Srie dan memilih untuk hidup sehat selamanya..:)
BalasHapusEntah mengapa, masih banyak orang yang merokok. Padahal jelas-jelas tak ada manfaatnya, malah membahayakan hidup sendiri, orang di sekitar juga membuat kantong tak berisi..hhhh, enggak habis pikir
Papaku perokok mba. Akhirnya anak-anaknya jadi punya sesak nafas dan rokik itu pula yang merenggut papaku. Makanya rokok itu berbahaya sekali. Membunuh dengan perlahan
BalasHapusSama Mba, tp akhirnya berhenti tp penyakit akibat rokok.sdh kadumg.menggerogoti..
HapusSuamiku masih merokok, kadang saya merasa bersalah pada anak-anak, tapi saya nggak bisa main tegas sama suami. Pilihan saya ya terus mengingatkan saja.
BalasHapusOh gitu...iya saya sendiri jg saat itu berani banget, tp.mungkin itu jalannya Mva..heheh
HapusRokok itu haraaaam hehe. Tapi emang bener sih mba kadang perokok itu nyebelin gak liat tempat asal ngerokok aja, padahal kita yg ngirup kan gak nyaman. Hiks.
BalasHapusBetul, krn filternya mengandung babi. Tapi ya mereka ga.peduli pd diri, keluarga &.lingkungannya.
HapusAyah saya perokok berat, dan terkena pjk karena rokok. Alhamdulillah, suami bukan perokok, walau kadang suka ikut-ikutan kalau sedang kumpul di pos ronda.
BalasHapusOh gitu, semoga bisa.melepaskan diri dr rokok ayahnya. Hehee..itu yg sering menjadi alasan para suami klo lg ngumpul..hehe
HapusAlhamdulillah mbak suami saya tidak merokok, bahkan sangat benci dengan rokok, jadi rumah kami bebas dari asap rokok
BalasHapusMuantaab...saya juga rumah bebas asap rokok..merugikan kok rokok itu, mau diliat dr segi manapun
HapusSama Bun, aku juga paling benci ama rokok. Suami dulu pecandu rokok, sampe akhirnya tobat pas kuliah. Untungnya waktu kenal aku udah nggak ngerokok. Kalo nggak, pasti langsung kutolak hahahaha
BalasHapusHahaha...toz dulu klo begitu..
HapusRokok. Jadi ingat suami pas getol merokok, sehari bisa habis 3 bungkus. Tapi itu dulu. Saya tak melarang berhenti cuma mengingatkan merokok tdk baik untuk kesehatan. Saat jatuh sakit dan dokter mwnganjurkan untuk berhenti merokok suami mematuhinya. Dan rokok sudah tak msuk dalam daftar belanja suami sejak 18 tahun lalu...😊
BalasHapusAlhamdulillah...memang ga mudah berhenti merokok tp saya salut sama orang yg busa & berani membebaskan diri dari rokok.
HapusSyarat utama yang saya ajukan kepada Ayangbebku dulu adalah NO SMOKING, alhamdulillah beliau memang bukan perokok, maka jadilah kami bersama hingga kini.
BalasHapusMuantaaab...itu yg saya coba lakukan saat mau nikah, alhamdulillah berhasil..hehehe
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusMuantaaab Mba..
HapusHal.itu yg dulu saya lakukan sebelum.menikah,.alhamdulillah berhasil.
Aku termasuk alergi termasuk asap rokok. Belakangan suami pun mulai alergi. Padahal suami juga anti rokok sama sepertiku. Sama sekali gak pernah merokok. Tapi memang gak bisa dihindari sih ya, dalam pergaulan, pasti ketemu lah sama temen2 yg merokok. Mudahan aja semua disadarkan dan bisa berhenti merokok pada akhirnya.
BalasHapus