Senin, 20 Agustus 2018

SEPENGGAL KISAHKU





Setelah mengubek-ngubek kenangan lama dari memoriku  yang sudah mulai lapuk dimakan usia. Aku berusaha focus untuk mengingat kembali perjalanan hidup. Alhamdulilah akhirnya pelan-pelan memori tersebut keluar dari persembunyiannya dan dapat tersajikan.  Berharap sepenggal kisah ini dapat bermanfaat, silakan ambil sisi positifnya dan buang jauh-jauh negatifnya.  

Perkenalan pertamaku dengan asap rokok, saat  kelas lima SD, ketika  Bapak mulai merokok di rumah.  Yaa bapak memang perokok, tapi tidak terlalu sering. Karena aku  merasa mual dan sesak  napas bila ikut menghirup asap rokok, kondisi tersebut membuat aku tidak menyukai rokok. Sementara Bapak jarang merokok bila di rumah,  karena diprotes anak-anaknya. 

Ketika  duduk di bangku sekolah menengah pertama, aku mulai bereaksi apabila ada teman yang merokok. Memang  teman-teman merokok secara sembunyi-sembunyi, tapi yang bikin kesal mereka biasanya merokok di kantin sekolah yang  tempatnya  jauh dari pengawasan guru. Di kantin itu pula aku sering  ngumpul dan ngobrol dengan teman-teman. Aku selalu  mengusir  teman yang merokok dekat dengan tempat dudukku.  Mereka  tidak berani protes, karena aku mengancamnya akan memberi tahu guru hehehe.


Kebencianku pada rokok mulai serius ketika di SMA, pada level ini  murid yang merokok di sekolah makin banyak. Sebal rasanya melihat lingkungan  sekolah makin dipenuhi  asap rokok,   membuat  gerak  ku semakin sempit.  Apalagi di kantin sekolah, kepulan asap dari bibir-bibir yang terbakar  memenuhi ruang kantin yang kecil semakin membuat dada sesak. Bukan hanya murid  laki-laki saja yang  merokok, ada beberapa  murid perempuan. Aku sendiri tidak pernah mau tau apa alasan mereka merokok, dari  gelagatnya   ada juga  yang hanya sekedar pengen di anggap sebagai anak  gaul. Beberapa teman sekelasku malah mengatakan kalau rokok  sudah menjadi kebutuhan bagi dirinya. Hal itu dibuktikan dengan kuku jari telunjuk dan ibu jarinya, berwarna kuning dan bibirnya menghitam. 

Aku mulai  kesal, entah kepada teman-teman atau  guru-guru yang tidak mengawasi murid-muridnya  terutama pada jam istirahat. Akhirnya  aku mulai tegas, karena aku juga berhak  untuk bisa menikmati udara bersih dilingkungan sekolah. Sejak saat itu kalau ada teman yang merokok, aku langsung  memintanya untuk menjauh  atau aku yang mengalah menjauhi mereka. Tapi  lama- kelamaan teman-teman menghormati  ketidaksukaanku pada rokok, dengan suka rela dia akan mematikan rokok atau membuangnya apabila dekat atau ada aku di dekat mereka.  Waaah…akhirnya satu sekolah mengetahui bagaimana aku menjadi musuh nomor satu pada rokok dan alhamdulilah teman-teman bisa memaklumi.  

Ketika memasuki dunia kerja tidak ada satu teman pun yang percaya kalau aku tidak merokok, kecuali teman-teman satu angkatan yang telah bersama-sama menempuh pendidikan selama 6 bulan.  Bahkan aku selalu dijadikan  korban kejailan mereka, karena aku paling marah kalau kena asap rokok. Sementara banyak teman yang tidak merokok tidak masalah jika ada teman lain yang merokok, tapi buat aku nanti dulu.  Mereka memang tidak merokok di dekat ku, tapi ketika hendak mengeluarkan asap rokok dari mulutnya, dibuanglah asap itu dimukaku. Menyebalkan!  Hal itu membuat aku terbatuk-batuk, mata berair dan memerah.  Yang membuat aku makin kesal, mereka akan tertawa puas telah berhasil ngerjain aku. 

Di dunia kerjaku yang bertaburan rokok gratis menambah siksaan berat bagiku. Jika  mereka yang posisinya diatasku, yaaa…aku harus tau diri untuk menghindar apabila mereka merokok. Tapi  tidak aman bagi  yang posisinya dibawah alias yuniorku….hehehe….. kalau sekali-kali merokok aku masih bisa terima. Hanya ada yang merokoknya seperti kereta api.. oalaah….mohon maaf, rokoknya aku patah-patahin atau aku buang. Apalagi bila dia tidur sekamar denganku, silakan keluar kamar kalau hendak merokok.  Aku tau mereka kesal, tapi  ga berani melawan senior kan…. Hihihihi.  Seiring berjalannya waktu, teman-teman akhirnya  banyak yang memaklumi akan ketidaksukaanku pada rokok. 

Menurut  pendapatku merokok itu  ga ada untungnya sama sekali, ga percaya?   Mari kita  buktikan,  secara  logika saja  merokok itu  sama dengan membakar uang  dengan sadar. Tidak membuat bikin kenyang, malah banyak mudaratnya. Walau teman yang perokok  mengatakan merokok itu mengasikkan, bisa menghilangkan stress. Yaaaa…itu hak mereka untuk berpendapat demikian.  Memang pada masa itu larangan merokok belum ada,  orang dapat bebas merokok dimana saja dan kapan saja sesuka mereka.   Repot memang berurusan dengan para ahli hisap, alias perokok….hahahaha.

Bayangngkan, bagi kita yang bukan perokok tapi ikut menghisap asap rokok, akibatnya jauh lebih berbahaya ketimbang  si perokok  itu sendiri.  Karena  asap rokok itu langsung masuk ke paru-paru melalui hidung.   Sebenarnya mengapa rokok bisa begitu berbahaya bagi kesehatan?  

Racun yang terkandung  di dalam asap  rokok, seperti  Nikotin mengandung candu yang membuat seseorang menjadi ketagihan,  Tar  merupakan bahan dasar pembuat  aspal yang dapat menempel pada paru-paru dan bisa menimbulkan iritasi bahkan kanker,  Karbon Monoksida adalah gas yang bisa menimbulkan penyakit jantung karena gas ini bisa mengikat oksigen dalam tubuh, racun berikutnya

Zat Karsinogen merupakan permicu pertumbuhan sel kanker dalam tubuh dan Zat Iritan yang mengotori saluran udara dan kantung udara dalam paru-paru penyebab batuk. Tahukah kalian kalau dalam sebatang rokok mengandung 4000 zat kimia,  69 diantaranya merupakan zat karsinogenik (dapat menimbulkan kanker). Zat-zat berbahaya yang terkandung didalam rokok antara lain : tar, karbon monoksida(CO), sianida, arsen, formalin, nitrosamine   hidrogen sianida (HCN),  amonia dan  polonium dll. 

Berbagai  penyakit  dapat ditimbulkan dari rokok, dan  akan terlihat setelah beberapa tahun ke depan. Mau mengetahui penyakit apa saja, silakan tanya ke Oom Google ya. Melihat bahaya yang ditimbulkan rokok ini, maka pemerintah perlu mengeluarkan Perda Larangan Merokok pada tahun 2005, alhamdulilah sekarang di tempat umum para perokok disediakan tempat khusus untuk merokok. Tapi merunut ku merokok tetap saja merupakan tindakan bodoh…ups…maaf, karena sudah tau bahayanya tapi tetap dilakukan.

Aku salah satu orang yang percaya kalau cinta itu buta, benar-benar  buta. Bagaimana tidak buta, sudah jelas-jelas aku benci 1000%  dengan rokok, tapi malah kepincut dengan laki-laki  yang dibibirnya selalu terselip sebatang rokok. Dia selalu berpakaian rapih, dengan rambut  gondrongnya yang hampir menyentuh bahu. Beralis tebal, berkumis tipis  yang bertengger diatas bibir  tipisnya. Tangannya selalu mengenggam  sebungkus rokok, lengkap dengan korek api zipponya. Aku mengenalnya melalui bantuan kakak laki-lakiku, yang kebetulan satu kantor dengannya. Perkenalan itu terjadi di saat dia berkunjung ke rumahku dan terasa ada kilatan aneh yang keluar dari hatiku, ketika pertama kali bertemu. 

Kata pepatah jawa “Witing tresno, jalaran saking kulino” benar-benar aku alami. Seringnya dia datang ke rumah, bahkan kadang menginap di rumah, membuat intensitas pertemuan kami jadi sering. Ternyata dia adalah sahabat kakak laki-lakiku dan rumahnya tidak terlalu jauh dari rumahku. Bahkan kami sering pergi bersama, baik hanya sekedar makan atau nonton bioskop. 

Kakak laki-lakiku yang cuma semata wayang ini memang paling dekat denganku, dan aku kalau pergi kemana saja bersamanya. Kalau hari libur biasanya aku ngobrol bersama teman-teman kakak. Maklum di rumah memang tempat ngumpulnya teman-teman kakak, baik teman di rumah maupun teman kantornya. Hehehehe….. dan aku satu-satunya perempuan dikumpulan segerombolan laki-laki ini. 

Sesekali  aku mengobrol berdua dengannya, semakin  sering bertemu hatiku kadang kebat-kebit dan sering salah tingkah gitu. Tapi gengsi ah kalau si dia sampai mengetahui, tapi dari gelagatnya aku bisa membaca kalau dia juga suka denganku. Coba bayangin, aku lupa mempersoalkan kebiasaannya merokok. Kalau sedang ngumpul dan merokok, biasanya aku masuk ke dalam meninggalkan mereka. Lama-lama kakakku bilang ke teman-temannya kalau aku tidak suka dengan rokok.  Mereka memaklumi, kalau sedang ngumpul denganku, mereka tahan tidak merokok.

Pendek cerita dia mengutaran perasaannya padaku di suatu malam,  ketika kita sedang ngobrol berdua. Gilanya lagi aku mengiyakan tanpa berfikir lagi, apalagi mengingatnya sebagai perokok. Hadeuuh….. cinta…ooo…cinta. Perjalanan cinta  ini tertutup untuk umum, jadi hanya kami berdua yang mengetahui jalinan kasih ini. Tentunya akan kami buka apabila waktunya sudah tepat. Anehnya setelah berbulan-bulan kami menjalin hubungan, aku masih tetap bungkam dengan persoalan rokok ini. Mungkin karena dia hanya memakan permen kalau sedang  bersamaku, jadi bikin aku tambah lupa. 

Setelah kami rasa hubungan ini telah memiliki tujuan yang jelas dan disepati bersama, kami berniat memberitahu kedekatan ini kepada kakak. Setelah menemukan waktu yang tepat, majulah dia menemui kakakku untuk mengabarkan berita ini. Dia dan kakak berbicara di kamar kakak yang letaknya bersebrangan dengan kamarku.  Dengan hati dag dig dug aku menunggu di kamar, tapi tiba-tiba terdengar suara pintu dibanting, aku mencoba mengintip dari balik jendela. Terlihat kakak marah besar dan mengusir dia keluar dari rumah. Aku mematikan lampu kamar, tapi pasang kuping lebar-lebar agar mengetahui kejadian berikutnya.

Benar saja terdengar kakak sedang bicara dengan bapak dan ibu yang mengatakan tidak mengijinkan aku berhubungan dengan dia. Celakannya lagi kakak dan ibu berdiri paling depan yang menentang hubunganku dengan dia, sementara yang lain hanya ikut-ikutan. Kenapa jadi kacau begini, aku mencoba menenangkan diri, tapi bisa dipastikan malam ini mata tidak akan bisa terpejam.  Andai saja  waktu itu sudah ada hp dan bb, pasti kami bisa chatting minimal sms-an untuk bertukar kisah dan mengatur langkah selanjutnya.  

Larangan ini aku anggap sebagai ujian yang harus diselesaikan dengan hati dan kepala dingin. Aku berembuk dengan dia untuk membicarakan langkah apa yang harus dilakukan dalam menyelesaikan ujian ini. Aku menawarkan tiga opsi, pertama kami harus mencari tau apa masalah yang membuat hubungan ini dilarang. Kedua, aku minta dia untuk mulai memikirkan bagaimana  caranya berhenti merokok dan ketiga, apa langkah yang akan kami ambil untuk menyelesaikan masalah ini. 

Proses penyelesaian dengan keluarga terus berjalan, aku mulai menata dia untuk mulai mengurangi rokok yang awalnya 3 bungkus lebih sehari harus dikurangi sebatang setiap minggu. Pada awalnya memang diabaikan tapi aku tidak gampang menyerah, walau jarang bertemu ada temannya yang menolong aku untuk memantaunya dan  rutin memberi  laporan perkembangannya.

Aku sangat paham mengubah kebiasaan yang sudah bertahun-tahun dilakukan, tidak semudah membalik telapak tangan tentunya. Ketika bertemu aku ingatkan lagi permintaanku untuk berhenti merokok, aku tidak memberikan alasan akan bahayanya merokok, karena terlalu klise menurutku. Aku juga yakin, seyakin-yakinnya pasti dia sudah mengetahuinya. Selalu aku tekankan padanya untuk menguatkan niat   dan pikirkan kesehatan diri sendiri ke depan. 

Perubahan untuk mengurangi rokok memang lambat, tapi aku tetap semangat dan yakin bisa membuatnya berhenti merokok. Salah satu sebab sulitnya berhenti, karena dia sendiri merasa belum terlalu mendesak untuk berhenti, ditambah pengaruh dari teman-temannya, apalagi melihat hubungan kami yang ditentang keluargaku.  Mungkin merokok salah satu penghilang stresnya. Yaaa….mungkin itu tantangan ku untuk bisa membantunya melepaskan diri dari jerat rokok.

Seiring berjalannya waktu dia sudah dapat mengurangi sebungus rokok dalam waktu enam bulan, tapi masih dua bungkus lagi yang perlu didelete. Aku memang sangat jarang bertemu dia, karena aku sering dinas keluar kota. Untuk komunikasi kami mempunyai teman yang dapat menjadi kurir atau tempat menyampaikan pesan dari aku ke dia dan sebaliknya.  Kami bertemu hanya sekali dalam sebulan, itu pun mencari tempat yang jauh dari jangkauan kakak dan keluargaku. 

Kami bisa merajut asa, mengatur langkah apa saja agar  dapat membuat keluargku merestui hubungan ini. Kami sepakat untuk menunjukkan perubahan dan keseriusan hubungan ini kepada keluargaku. Walaupun kami tau jodoh itu hanya Allah yang menentukan, tapi kami tetap berusaha dan berdoa agar diberikan jalan yang terbaik. Hal ini rupanya membuat dia termotivasi untuk mulai serius mengurangi rokoknya. Aku mengompori keinginannya dengan mengatakan,”Dana pembeli rokok lebih baik di simpan, kalau nanti keluargaku merestui, lumayankan dana tersebut dapat kita pergunakan untuk tambahan biaya nikah.”

“Benar juga ya, tapi untuk pengganti rokok apa ya?” jawabnya dengan tanya lagi.
 Sejak itu aku melihat dia kemana-mana membawa kotak permen strepsil, bukan bungkus rokok lagi. Alhamdulilah, tapi aku belum bisa merasa senang dulu, karena temanku bilang dia masih suka merokok walau tidak sesering dulu. Bahkan aku beberapa kali pernah memergokinya sedang merokok bersama teman-temannya.  Hal ini terus terjadi tapi aku tidak menyerah, karena siapa tau dia benar-benar jodoh yang Allah kirim untukku. 
Saat tunangan

 Alhamdulilah akhirnya keluargaku melihat keseriusan kami berdua yang selama ini mereka pantau, memberikan restu atas hubungan ini.  Syaratnya segera bertunangan dan menikah, wooow… Aku berembuk dengan dia  dan tidak berapa lama dia sendiri datang meminta langsung ke orang tuaku untuk sekalian menentukan tanggal pertunangan. Pendek cerita pertunangan berjalan lancar dan kebahagiaan meyelimuti kami berdua.  

Sejak pertunangan kami, aku belum pernah bertemu orangtuanya. Di Jakarta dia tinggal bersama kakak tertuanya dan merekalah yang melamarku, karena bapak & ibunya sakit di kampung. Tapi pantauanku tentang niatnya berhenti merokok semakin gencar dan ketat aku pantau, namun masih aja ada laporan kalau dia masih merokok.

 Hubungan ini terus berjalan menuju titik yang jelas, aku coba mulai merancang rencana untuk kepelaminan. Aku juga minta si dia pulang kampung menemui orangtuanya, untuk bicarakan hal ini. Sebelum dia mengutarakan maksudnya, ternyata orangtuanya telah menyiapkan calon…hehehe. Namun tidak memaksa, akhirnya maksud kedatangannya terrsampaikan dan orangtuanya tidak keberatan sama sekali. Alhamdulillah….dan meminta membawaku ke sana, karena mereka tidak memungkinkan ke Jakarta.

Sebenarnya yang berisik itu ibu, katanya aku sudah ketuaan. Malu kamu jadi perawan tua..hahhaa..itu memang terjadi di masa itu, padahal aku baru juga 25 tahun. Akhirnya ditentukanlah tanggal dan tempat untuk pernikahanku.  Namun seminggu lagi pelaksanaan akad nikah dan undangan juga sudahh disebar, aku mendapati dia masih merokok. Rasanya kesabaranku sudah habis untuk hal ini.
Entah kekuatan dari mana dan ketidaksukaanku pada rokok, akhirnya dengan berbagai pertimbangan.

 Aku langsung memberikan pilihan, “kamu pilih menikah denganku  atau tetap rokok ?”

Namun sebelumnya aku sudah menceritakan hal ini kepada ibu dan beliau keberatan, dengan alasan takut dia membatalkan pernikahan ini. Tapi aku tidak peduli dan berharap  dia memberi keputusan yang benar sesuai kata hatinya. Bayangka saja kalau seseorang sudah tidak bisa memikirkan kesehatan dirinya, bagaimana mau memikirkan kesehatan aku atau anak-anaknya nanti. Dan juga menguji seberapa besar cintanya padaku? Cie..cie..cie…
 
Nikah kita
Ternyata dia masih waras  dan menjawab, “Aku memilih nikah denganmu dan meninggalkan rokok untuk selamanya”  

 Ibuku langsung bernapas lega dan sudah 35 tahun dia hidup tanpa rokok bersamaku. Alhamdulillah sehat sampai saat ini.  Kalau aku ingat-ingat, dulu berani juga aku seperti itu, tapi keyakinanku bahwa jodoh itu sudah Allah tetapkan. Kalau memang jodoh, ya pasti bersandinglah…hehehe 

keluarga kecilku



24 komentar:

  1. Aq termasuk orang yang alergi sama asap rokok, jadinya suami atau orang-orang terdekat mau tidak mau harus rela tidak merokok di dekatku. Alhamdulillah, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waah...saya mah, mau deket atau jauh.tetep ga boleh menrokok..hahaha

      Hapus
  2. Balasan
    1. Betul Mba...& Allah sudah menggariskan sejak.kita.lahir
      Makasih sudah mampir

      Hapus
  3. Alhamdulillah ya Mbak, akhirnya si Babang lebih memilih Mbak Srie dan memilih untuk hidup sehat selamanya..:)

    Entah mengapa, masih banyak orang yang merokok. Padahal jelas-jelas tak ada manfaatnya, malah membahayakan hidup sendiri, orang di sekitar juga membuat kantong tak berisi..hhhh, enggak habis pikir

    BalasHapus
  4. Papaku perokok mba. Akhirnya anak-anaknya jadi punya sesak nafas dan rokik itu pula yang merenggut papaku. Makanya rokok itu berbahaya sekali. Membunuh dengan perlahan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama Mba, tp akhirnya berhenti tp penyakit akibat rokok.sdh kadumg.menggerogoti..

      Hapus
  5. Suamiku masih merokok, kadang saya merasa bersalah pada anak-anak, tapi saya nggak bisa main tegas sama suami. Pilihan saya ya terus mengingatkan saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh gitu...iya saya sendiri jg saat itu berani banget, tp.mungkin itu jalannya Mva..heheh

      Hapus
  6. Rokok itu haraaaam hehe. Tapi emang bener sih mba kadang perokok itu nyebelin gak liat tempat asal ngerokok aja, padahal kita yg ngirup kan gak nyaman. Hiks.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, krn filternya mengandung babi. Tapi ya mereka ga.peduli pd diri, keluarga &.lingkungannya.

      Hapus
  7. Ayah saya perokok berat, dan terkena pjk karena rokok. Alhamdulillah, suami bukan perokok, walau kadang suka ikut-ikutan kalau sedang kumpul di pos ronda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh gitu, semoga bisa.melepaskan diri dr rokok ayahnya. Hehee..itu yg sering menjadi alasan para suami klo lg ngumpul..hehe

      Hapus
  8. Alhamdulillah mbak suami saya tidak merokok, bahkan sangat benci dengan rokok, jadi rumah kami bebas dari asap rokok

    BalasHapus
    Balasan
    1. Muantaab...saya juga rumah bebas asap rokok..merugikan kok rokok itu, mau diliat dr segi manapun

      Hapus
  9. Sama Bun, aku juga paling benci ama rokok. Suami dulu pecandu rokok, sampe akhirnya tobat pas kuliah. Untungnya waktu kenal aku udah nggak ngerokok. Kalo nggak, pasti langsung kutolak hahahaha

    BalasHapus
  10. Rokok. Jadi ingat suami pas getol merokok, sehari bisa habis 3 bungkus. Tapi itu dulu. Saya tak melarang berhenti cuma mengingatkan merokok tdk baik untuk kesehatan. Saat jatuh sakit dan dokter mwnganjurkan untuk berhenti merokok suami mematuhinya. Dan rokok sudah tak msuk dalam daftar belanja suami sejak 18 tahun lalu...😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah...memang ga mudah berhenti merokok tp saya salut sama orang yg busa & berani membebaskan diri dari rokok.

      Hapus
  11. Syarat utama yang saya ajukan kepada Ayangbebku dulu adalah NO SMOKING, alhamdulillah beliau memang bukan perokok, maka jadilah kami bersama hingga kini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Muantaaab...itu yg saya coba lakukan saat mau nikah, alhamdulillah berhasil..hehehe

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
    3. Muantaaab Mba..
      Hal.itu yg dulu saya lakukan sebelum.menikah,.alhamdulillah berhasil.

      Hapus
  12. Aku termasuk alergi termasuk asap rokok. Belakangan suami pun mulai alergi. Padahal suami juga anti rokok sama sepertiku. Sama sekali gak pernah merokok. Tapi memang gak bisa dihindari sih ya, dalam pergaulan, pasti ketemu lah sama temen2 yg merokok. Mudahan aja semua disadarkan dan bisa berhenti merokok pada akhirnya.

    BalasHapus