SERBA SERBI TOUR JKT-SOC-YOG
Dari obrolan di wag & dimantabkan di Lembang, dilanjut dengan membuat list yang berminat ikut serta. Sesuai dengan list pendaftaran yang diisi sebanyak 14 peserta, yang berangkat tinggal 9 orang, yang lain batal karena sesuatu hal. Ketua rombongan tanpa membuang waktu, karena sesuai tanggal yang ditentukan tersisa 2 minggu lagi, mulai memburu tiket kereta.
Rempongnya memesan tiket via online karena dibatasi waktu, belum lagi memasukan data NIK yang tulisannya cuilik-cuilik, pastinya butuh konsetrasi tingkat dewa. Maklum yang pesankan gadis masih 27 tahun woooow…ternyata kebalik nulisnya, harusnya 72 tahun. Maaf ya…hihihihi.
Itu
belum seberapa, tetiba ada gangguan HP yang dipakai berdering. Seketika
bingung, karena lupa apa yang sudah ditulis dan waktu terbatas, sementara yang
telpon nanya macam-macam. Bikin gemas dan konsentrasi buyar, jadi aja bikin
dari awal lagi, karena tenggat waktu abis padahal baru dapat 4 tiket. Dengan meredakan
esmosi dan mencari konsentrasi lagi, agar fokus datang kembali.
Alhamdulillah…akhirnya 8 tiket selesai dipesan, kereta Manahan JKT-SOC,
departure pk. 10.50 WIB dan tiba jam 06.30 WIB.Ini wajah Buketu yg luar biasa
Aaahh…..tarikan napas lega keluar dari bibir Bu Ketua, sambil menyandarkan tubuh kesandaran kursi. Alhamdulillah….tapi ada permintaan 1 orang tiket pulang bukan ke Jakarta, tapi ke bandung. Sepertinya itu ga terlalu sulit dan bisa selesai, tapi beberapa hari menjelang keberangkatan. Ada peserta LMC, satu orang. Mba Liana yang baru kembali dari Sidney, siap ikut serta. Bu Ketua rombongan mulai berburu tiket kembali dengan pesan, “minta tempat duduk yang berderet dengan kita” Alhamdulillah…dapat, hanya seorang harus duduk sendiri, karena jumlah kita ganji. Itu masalah kecil buat Buketu.
Waktu berjalan dengan cepat dan mendekati waktu keberangkatan, Buketu mulai woro-woro, “Kita ketemu di Gambir jam 21.30 wib dengan memakai baju warna ngejreng dan jadwal tour terlampir.” Tulisnya di wag HH alias Healing Happy. Melihat semangat Mba Imung yang rajin bolak-balik memposting ittenary, lama-lama ga tega aku. Aku lapor Buketu akan membantu membuat, ngeprint dan foto copy jadwal tersebut, agar tidak lupa dan bolak balik tanya. Buketu setuju, aku pun mulai menyiapkannya dan akan dibagikan pada saat bertemu di gambir.
“Semua
siap besok berangkat ya, kita ketemu di Gambir dan bagi yang datang lebih dulu,
silakan,” pesan Buketu di wag HH. Peserta siap-siap packing, tapi tentu sudah
pada packing dan siap berangkat. Waktu
yang dinanti pun tiba, di wag sudah ada yang posting foto sudah ngopi di Starback,
satu persatu peserta datang dan akhirnya lengkap. Aku cukup kaget liat pada
bawa koper bak lemari kecil, sementara aku cuma bawa backpack. Starback Gambir
Bukan mau sok-sokan tapi kebiasaan kalau ngebolang bareng Bu Luhut Panjaitan, maklum pesertanya sudah pada S3 (sangat sepuh sekali). Dengan membawa backpack aku bisa membantu mereka, maklum aku paling muda di rombongan itu dan mereka enteng banget manggil “NING” jika butuh bantuan…hehehe. Tapi aku seneng-seneng aja, kasian dan ga tega liat ajudan Bu Luhut kalau sendirian ngurus tuh rombongan, Jadi aku dan Guide Travel yang juga perempuan, kita kerja sama ngurus tuh rombongan.
Singkat
kata kita sudah ada di dalam gerbong kereta, yang setiap kursi sudah diletakan
selimut untuk mengusir dinginnya AC.
Koper-koper dengan bantuan porter telah tersimpan diatas setiap tempat
duduk masing-masing. Mari berdoa, semoga
selamat sampai tujuan dan perjalanan pun dimulai. Berhubung itu sudah tengah
malam, ga begitu lama kicauan emak-emak sudah ga terdengar lagi. Mereka sudah
tertidur pulas dan kicauan mulai terdengar
pada jam 4 pagi, ada yang salat dan bersiap dengan barang bawaannya
untuk memudahkan saat turun. Kereta Manahan Solo
Jam 06.30 pagi kereta telah berjalan perlahan memasuki Stasiun Solobalapan, Alhamdulillah tiba dengan selamat. Buketu sibuk menelpon penjemput dan yang lain heboh kita akan makan dan belanja di Pasar Gede Solo. Mobil penjemput sudah siap dan mulai bergerak menuju Pasar Gede, yang lokasinya ga jauh dari stasiun.
Rombongan mulai merambah Pasar Gede, decakan terus berlanjut, karena melihat apa yang diliatnya. Kita makan nasi rames & nasi pecal legendaris dengan es dawet yang membasahi kerongkongan dengan nyaman. Semua seharga Rp.10.000-15.000,- dan memborong jamu seduh untuk diabetes, asam urat dll, juga beli minuman yang mantab: wedang uwuh seharga Rp. 30.000 berisi 10 bungkus alias untuk 10 kali minum. Saat akan pulang, Buketu menyuruh kita naik ke mobil duluan, sementara dia berlari ke suatu tempat untuk membeli kembang tahu yang disiram dengan air jahe manis. Aku sempat terkejut saat bayar parkir, karena kita parkir dipinggir jalan dan diminta bayar Rp.20.000. Aku sempat tanya sama sopir, “serius dua puluh ribu Pak?”
“Iya bu.” Woow…..!!!!!...ga papa sih tapi kaget aja.
Sampailah kita di rumah singgah, di Perumahan Citra Buana sebagai tempat kita bermalam, sebuah rumah yang nyaman, bersih dan lengkap fasilitasnya. Terima kasih Mba Herning untuk penginapan gretong ini!. Ternyata makanan bertaburan diatas meja, aku geleng-geleng kepala & berpikir habis kah nanti? Hehehe… Kita lalu mandi dan bersiap akan jalan-jalan untuk berfoto ria di Solo Heritage atau Rasa Madu Heritage, tempat bekas pabrik gula yang berdiri pada tahun 1920. Kini disulap menjadi tempat wisata atau tepatnya spot foto yang lumayan menarik. Setelah puas berfoto ria, kita lanjut ke boyolali menengok rumah Buketu di Griya Bumi Boyolali. Istirahat sejenak dan salat, tapi tak terasa perut sudah bernyanyi minta diisi. Kita meluncur ke RM Hj. Fatimah dengan menu soto dan teman-temannya, berupa gorengan juga persatean.
Sesampai di sana mata tertuju pada lemari etalase yang penuh dengan aneka gorengan. Semua ngiler melihatnya, semua mengambil dan kita makan dengan tenang. Tapi begitu saatnya membayar, aku, Mba Herning dan Mba Imung kaget, bak tersengat listrik. Harga yang harus dibayar untuk 10 orang termasuk supir dibawah Rp. 400.000 aja. Luar biasa murah dan enak, setelah perut kenyang mata mulai terasa berat tapi rejeki berikutnya datang. Niat mau ngupi-ngupi malah ditawari seorang fans berat Buketu ngupi di rumahnya. Waaah…..mantaaab betul, kita cao kesana, Musium Dullah. Di sana disambut hangat oleh sang fans, mata kembali terang setelah menyesap kopi dan teh bersama risol dan dim sum udang yang nyami. Rumah yang begitu rindang dengan pepohonan dan kita ngobrol didepan teras yang nyaman. Ngobrol masa lalu yang asyik sambil haha..hihi, tapi ga seru kalau kita ga masuk ke musiumnya.
Musium yang terletak bersebelahan dengan rumahnya, begitu luas dan terawatt dengan baik. Musium dengan luas 3000 M2 dengan koleksi lukisan lebih dari 3000 lukisan, yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Fuad Hasan, pada tanggal 1 Agusutus 1988, namun sayang kini sudah tidak dibuka lagi untuk umum. Koleksi lukisan bukan hanya karya Pak Dullah, tapi juga ada hasil karya murid-muridnya. Juga ada koreksi gerabah dan patung-patung, menurut info sang anak masih ada lukisan yang disimpan di Surabaya (di rumah anaknya).
Hari mulai sore dan waktunya untuk pulang, tapi emang kabin mah ga afdol kalau ga barking…wkwkw… Suguhan risol dan dim sum sudah siap dibungkus, tinggal ditenteng aja dan yang lebih parah kita ditawarin makan malam. Tentu aja rejeki pantang ditolak kan….makan malam akan dikirim ke rumah singgah di Citra Buana. Kita pun pamit pulang dan lanjut ke Masjid Al Zayed Solo yang megah, kini sudah ada metal detector dipintu masuk dan pengunjung wajib menutup aurat. Terakhir aku kesana 3 tahun lalu, belum ada aturan tersebut. Setelah cekrak-cekrek di depan masjid, kita pulang untuk istirahat di rumah singgah Citra Buana. Tak butuh waktu lama, kiriman makan malam dari fans berat Buketu datang dan banyaknya luar biasa. Ada nasi liwet solo dengan lauk pauk dan 2 bungkus sate lengkap dengan lontongnya. “Ini mah bisa sampe buat sarapan besok,” kata Buketu. Hehehe….. Malam itu kita makan malam bersama dan istirahat untuk memulihkan tenaga buat aktivitas besok, ke Yogya.
Pagi ini matahari cerah menyinari bumi dengan sempurna, di rumah singgah semua sibuk menyiapkan diri untuk keberangkatan ke Yogya. Ada yang mandi dan sarapan telah siap setelah dipanasi oleh Buketu. Tiba-tiba ada yang mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi, ada yang terkunci atau ga bisa buka kunci. Buketu dan Mba Imung mencoba membantu membuka dari luar, tapi ga berhasil. Yang didalam juga terus berusaha membuka kunci, putar kuncinya kekiri dan cekrek kunci berhasil dibuka. Hehehe….next yang mandi ga usah dikunci, ditutup aja dan letakan sandal diluar, menandakan ada orang dikamar mandi tersebut.
Jam tujuh kita akan ke Stasiun Solobalapan dengan taksi online. Kita naik commuter line/ KCI menuju yogya. “Jangan lupa siapkan e-money, flazz untuk naik KCI dan siapa yang ga punya?” kata Buketu. Alhamdulillah semua punya dan kita berangkat ke stasiun, satu persatu taksi tiba di stasiun. Kita saling tunggu & akhirnya semua lengkap tapi ada yang ribut, karena ga tau kalau naik KCI sama dengan naik busway tinggal ngetap. Info dari petugas jadwal KCI jam 9.15, tapi ada juga yang bilang jam 8.16. Kita berasa terombang-ambing dalam ketidakpastian.
Buketu ga tahan melihat kondisi ini, dia masuk ke kantor staf kereta dan menanyakan kepastian jam keberangkatan KCI dan minta bantuan agar rombongan dapat masuk ke kereta dengan mudah, karena membawa koper. Namun omongannya tidak ditanggapi petugas, akhirnya tanduknya keluar. Menyampaikan siapa dirinya, bukan untuk minta fasilitas tapi minta bantuan petugas untuk membuka jalan masuk ke kereta untuk emak-emak lansia dengan koper ditangan. Ternyata mereka kaget melihat tanduk Buketu dan siap mengirim petugas untuk membantu, jadwal kereta jam 9.15 di peron 4.
Ada aja yang bilang, “emang ga cari info jadwal KCI dulu ya?” Walah… aku dan Buketu berpikir jadwal KCI sama dengan di Jakarta, yang datang setiap 15 menit sekali. Ternyata disana keberangkatan setiap 1 jam sekali. Ya sudahlah, kan ga semua pengurus sempurna, dimaklumi aja ya. Akhirnya seorang petugas menghampiri untuk membantu kita naik ke kereta, siap berdiri dilokasi pintu kereta dan dibantu naik bahkan mencarikan tempat duduk. Alhamdulillah aman dan info berikutnya, “kita ga turun di Yogya tapi di Maguwo agar lebih dekat ke muntilan. Untuk keluar nanti, jangan lupa ngetap lagi ya,” woro-woro Buketu.
Saat keluar penjemput sudah siap dilokasi, karena lebih dekat menuju rumah Pak Kotjo di muntilan. Mobil Hi ace putih telah siap membawa kita ke muntilan dan berangkat setelah semua naik. Perjalanan menuju muntilan begitu penuh harapan, bertemu Pak Kotjo dengan suguhan yang dijanjikan. Membuat rasa lelah memompakan semangat yang menggebu untuk segera tiba ditujuan. Apalagi selama perjalanan Pak Kotjo telpon, seakan ga sabar menanti kedatangan kita. Akhirnya rumah besar dengan pagar hitam mulai terlihat, kita memasuki halaman yang luas dengan beberapa pohon alpukat, ada pohon manggah dan pepaya. Tuan rumah telah menunggu dan kehebohan pun mulai terdengar, hidangan lengkap tertata dimeja panjang. Sementara kacang rebus dan lemper tersaji di meja tamu, disudut lain terlihat es kelapa bertumpuk.
Perut makin kencang berbunyi membuat kita tanpa lama langsung mengambil piring dan mengambil makanan yang tersaji. Botok daun talas, opor ayam, semur jengkol, semur telur, krecek dan gudeg mengoda untuk disendok. Semua makan dengan lahap, tapi keramainya tetap berlangsung. “Kacang rebusnya terasa manis, lempernya juga enak banget” saut yang lain. Setelah makan selesai, Buketu meramu kelapa muda. Dimasukan ke termos, es batu dan sirup tersedia. Setelah itu giliran es kelapa mulai diserbu. Setelah salat dzuhur. Obrolan masih terus berlangsung. “Nanti makanan semua dibawa pulang untuk makan malam,” ucap Pak Kotjo. Buketu mengangguk setuju.
Ayo kita siap-siap berangkat ke tour VW Vacation Borobudur, waktu sudah siang. Pak Kotjo juga ikut serta dan kita sampai di lokasi. Kita menyewa 3 mobil VW berwarna merah, biru dan kuning. Sementara Pak Kotjo tidak ikut tour VW, menunggu selama 2 jam perjalanan kita. Kita dapat spot foto di lereng menoreh, tapi UMKM yang kita kunjungi terasa kurang menarik dan kita kembali ke tempat VW. Lalu kembali ke rumah Pak Kotjo, untuk mengantarnya pulang dan barking makanan untuk makan malam di hotel nanti. Akhirnya kita berpamitan pulang dan berharap dapat kembali lagi dilain waktu nanti.
Kita mulai melaju menuju yogya dengan tujuan Whiz Hotel di jl. Dagen, malioboro. Saat check in sudah pada ga sabar untuk keluar, melihat jajaran toko oleh-oleh, resto aneka makanan di depan hotel. Setelah kita mendapat kamar dan hal aneh terjadi yang bikin mau ketawa tapi gimana ya…wkwkw. Ada yang bingung karena ga menemukan kamar mandi di kamar, setelah dia cari. Hehehe….padahal begitu kita masuk kamar, dikanan kiri terdapat kamar mandi dan toilet yang terpisah. Apakah sudah selesai kejadian itu? ternyata belum. Kini heboh bilang kalau hotel ga menyediakan handuk, tanpa memeriksa dulu ke kamar mandi. Handuk teronggok dirak atas didalam kamar mandi….hehehe….
Beberapa ngumpul di kamar ku, membuka barkingan dari rumah Pak Kotjo dan kita makan malam dengan menu yang sama dengan tadi siang. Kita makan sambil ngobrol dan tak terasa lumayan abis banyak. Sisa makanan masih banyak, sayang jika dibuang. Akhirnya Buketu berikan ke Satpam hotel. Alhamdulillah…perut kenyang dan tidur pulas sampai besok pagi.
Jam tujuh pagi kita turun untuk sarapan dan dalam perjalanan turun didalam lift, Buketu cerita kalau sejak subuh ada yang sakit. Mba Liana diare dan sudah 10X ke toilet. Buketu mengeluarkan jurus saktinya untuk mencari seorang dokter di pagi buta, Alhamdulillah berhasil. Seorang dokter dan perawat datang memeriksa yang sakit, sementara kepanikan menghinggapi seorang teman saat melihat tenaga medis datang. Sampe salah lihat juga, dokter yang datang itu seorang perempuan, tapi dalam pandangannya adalah laki-laki. Lah…masa laki-laki pakai hijap….hehehe
Saat sarapan Mba Liana sudah sehat dan ikut sarapan bersama. Hotel ini ternyata penuh, terlihat saat sarapan begitu penuh. Untuk mencari tempat duduk jadi agak susah. Menu yang disajikan cukup beragam dan enak, setelah kenyang kita akan jalan menelusuri malioboro dan ngubek-ngubek pasar bringharjo. Aku kaget liat beca di yogya, karena liat beca dengan menggunakan motor itu di medan yang disebut dengan “bentor.” Di yogya aku ga tau apa namanya. Kita berpencar untuk ngubek-ngubek pasar bringharjo dan ketemu lagi didepan pasar. Aku dapat baju batik buat cucu, masing-masing dapat empat. Utinya kalap liat baju anak-anak dengan model lucu-lucu. Pesanan abon dan bakpia buat anak juga udah memenuhi tas yang aku beli dadakan, karena backpack ga muat lagi.
Sayang rasanya melewati malioboro tanpa berfoto ria, lanjut ngupi-ngupi ditemani singkong dan pisang goreng di Hamzah Batik. Setelah habis ngupi kita balik ke hotel untuk siap-siap pulang. Teman sekamarku sejak pagi sudah pamit, karena dijemput teman dan langsung pulang ke Bandung. Saat akan masuk kamar, kartu pembuka ga bekerja. Jadi aku terkunci diluar, sampai petugas hotel datang membantu.
Aku segera berkemas, membereskan barang bawaan dan salat. Semua selesai dan turun untuk check out, tapi masih menunggu seorang lagi yang belum turun. Saat turun tanpa membawa kartu pembuka pintu kamar dan terlihat bingung saat ditanya karena akan digunakan untuk check out. Waduuuh!!!.... masa sih.. kita kan kalau mau keluar rumah, pintunya dikunci dan kunci dibawa. Lah ini sama aja pergi ga kunci pintu dan kunci ditinggal didalam rumah gitu? Aku ga abis pikir soal ini….maaf ya.
Kita menggunakan taksi online untuk sampai ke Stasiun Tugu dan makan siang, karena akan makan di stasiun. Namun rombongan pertama ga kita temukan di sana, Buketu sibuk menelpon dan aku mencoba menyisir ruang tunggu membantu mencarinya. Sayang aku ga berhasil menemukannya, rombongan kita sudah duduk di jalur 5 menunggu kereta Taksaka untuk kembali ke Jakarta. Horee……akhirnya rombongan pertama ditemukan, lalu kita makan siang disalah satu cafĂ© stasiun.
Announcement boarding untuk kereta Taksaka terdengar, kita naik ke gerbong dan mencari kursi no. 11 dan 12 ABCD. Sepanjang jalan ada yang pesan makan siang, ada yang tidur dan ada juga yang asik ngobrol sampai berbalik kebelakang kursi. Ngeliatnya cuma bisa bilang…paraaaah..!!..wkwkwk. Sampai terdengar kabin kereta mengumandangkan pengumuman, agar penumpang mengurangi volume suara bicaranya. Akhirnya jam 21.20 kereta taksaka tiba di gambir, terima kasih untuk kebersamaan ini dan see you next tour all.