Menutup
Tahun 2014 kita dikejutkan dengan hilangnya pesawat Airasia dengan rute
Surabaya-Singapura. Semua tercengah, panic, sedih dan bingung karena tidak ada
kejelasan, apalagi kontak ke pilot pesawat. Normalnya, jika terjadi sesuatu ELT
pesawat akan memancarkan sinyal pemberitahuan ketika terjadi impact untuk memberitahu posisi keberadaan pesawat.
Sayangnya pesawat Airasia QZ8501 tetap membisu. Entah ELT yang tidak berfungsi
atau alat penerima sinyal yang dimiliki
di darat tidak bekerja. Wallahualam.
Inilah pesawat Airasia yang hilang PK-AXC dengan nomor penerbangan QZ8501
Berita
simpang siur bersliweran di media elektronik yang secara marathon memberitakan hilangnya Pesawat Airasia QZ8501
tujuan Surabaya-Singapura. Basarnas secepatnya bergerak mencari keberadaan
pesawat tersebut, sementara para wartawan juga tidak mau kalah, wara wiri
mencari informasi sekecil apapun dan mendatangkan nara sumber mulai dari
praktisi, pemerhati penerbangan, awak
pesawat sampai yang rasanya ga relevan menurut saya. Tidak sedikit
masyarakat mantan awak pesawat dan
tehnisi merasa gerah dengan penjelasan yang kadang tidak sesuai dengan apa yang
seharusnya. Namun itu hak media untuk memberikan informasi kepada masyarakat,
tapi sebaiknya lebih selektif dalam
mencari nara sumber.
Hebatnya
lagi pemerintah saat ini cepat bergerak dengan turun langsung mencari pesawat
tersebut. Semua angkatan dari TNI, Basarnas, pejabat pemerintah, bahu membahu
untuk mencari keberadaan pesawat Aisrasia 8501 dibawah komando presiden dan
wapres. Selama ini hampir tidak pernah pemerintah, apalagi sampai presiden ikut
turun dalam suatu kecelakaan pesawat di tanah air. Angkat topi saya untuk
pemerintahan sekarang. Sementara perusahaan Airasia sendiri tidak terdengar
gaungnya dalam mengurus kejadian ini, karena seperti langsung di take over
pemerintah. Beruntungannya Airasia!.
Contoh: Letak Kode Registrasi Pesawat Garuda PK-GPJ
Sebagai
perusahaan penerbangan berjadwal airasia
dan perusahaan penerbangan lainnya tentu memiliki jadwal yang rutin dan
teratur. Setiap perusahaan penerbangan
di Indonesia mempunyai call sign sesuai yang ditetapkan Kementerian
Perhubungan. Contohnya: Untuk Merpati dipanggil dengan Garuda : MZ730, GA604,
Airasia: QZ8501 dan sebagainya. GA604
mempunyai arti, GA merupakan call
sign untuk semua pesawat garuda. Sementara nomer 604 merupakan nomor penerbangan untuk rute Jakarta-Makasar. Begitu
juga untuk semua perusahaan penerbangan lainnya, call sign berfungsi sebagai nama
panggil dalam berkomunikasi dengan ATC/Menara pengontrol dan dikenal oleh
penumpang sebagai nomor penerbangan yang biasa tertulis di tiket.
Untuk
mengantarkan penumpang ke tempat tujuan yang telah disiapkan call signnya, yang
utama tentu harus ada pesawatnya bukan?.
Contoh: letak Kode Registrasi di sayap pesawat bagian bawah
Setiap
perusahaan penerbangan biasanya memiliki beberapa type/jenis pesawat dan untuk
setiap tujuan akan ditentukan type/jenis
pesawat yang digunakan. Hal ini disebabkan beberapa ketentuan, mungkin
landasan udara di bandara kota tujuan hanya bisa didarati oleh jenis pesawat
tertentu, atau penumpang tidak terlalu banyak, jadi cukup menggunakan
pesawat berbadan sedang dan lain
sebagainya.
Contoh lain Kode Registrasi Pesawat
Untuk mengenali type/jenis pesawat, maka setiap
pesawat memiliki identitas yang dikenal
dengan “Kode Registrasi.” Kode Registrasi
terdiri
dari dua bagian, pertama kode awalan yang umumnya berupa 2 huruf atau angka,
ada juga dengan 1-3 huruf/angka. Kode Registrasi tersebut diatur dan
dikeluarkan oleh ICAO (Internasional
Civil Aviation Organization) yang merupakan sebuah organisasi penerbangan sipil
dan berdudukan di Kanada. Kita dapat
mengetahui asal Negara sebuah pesawat dengan melihat kode registrasinya dan kode itu dikenal secara internasional sebagai Tanda
Kebangsaan. Untuk Indonesia menggunakan kode PK singkatan dari Pays
Kolonie (bahasa Belanda yang berarti negeri jajahan atau wilayah
kolonial). Sementara N merupakan kode
registrasi Amerika, Australia “VH” Brunai Darussalam “V8” Jerman “D”
sementara “TC” untuk Turkey dan masih
banyak lagi tentunya. Kode yang telah diatur
ini, dipastikan tidak akan ada duplikasi
antar Negara.
Kode awalan (PK) akan diikuti
oleh kode selanjutnya yang umumnya terdiri dari 3 atau lebih huruf atau
angka. Kode terakhir ini digunakan
untuk masing-masing jenis pesawat, yang ditetapkan oleh lembaga yang mengurusi penerbangan sipil di tiap negara. Di Indonesia kode terakhir ini diatur
oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara di bawah Kementrian Perhubungan.
Contohnya PK-GLT untuk pesawat milik Garuda dan PK-AXC pesawat milik
Airasia. Huruf akhiran yang paling depan
(G atau A) biasanya merupakan huruf depan nama perusahaan penerbangan tersebut.
Contohnya:
PK : Kode registrasi untuk pesawat
terbang Indonesia
G : Kependekan dari Garuda
L : pada umumnya kode type/jenis pesawat
T : nomor atau abjad yang merupakan nomor
urut pesawat yang dimiliki
Kode registrasi dapat Anda temui di
bagian luar belakang dekat ekor atau di atas dan bawah sayap pesawat terbang. Umumnya
di tulis dengan ukuran yang besar dan menggunakan huruf capital. Contoh kode registrasi : PK-GRG, PK-MBC,
PK-AXC dan lainnya.
Contoh E-tiket yang mencantumkan nomor penerbangan Garuda GA0551
Kenapa
saya menulis judul tulisan ini dengan “Airasia QZ8501 atau Airasia
PK-AXC ?”
Menilik
dari kejadian hilangnya pesawat Airasia QZ8501 dengan rute Surabaya-Singapura,
saya tergelitik untuk sama-sama mengoreksi
sebutan mana yang sebaiknya dikatakan atau diberitakan untuk kejadian
pada pesawat airasia tersebut. Sesuai
dengan yang telah dijabarkan dan foto yang ditampilkan diatas.
Sebagai
perusahaan penerbangan berjadwal di Indonesia, Airasia yang call signnya adalah
QZ dan diikuti dengan beberapa angka. Itulah yang disebut dengan nomor penerbangan : Airasia QZ8501 menerbangkan
rute Surabaya-Singapure atau QZ8063 untuk rute Jakarta-Medan. Setiap hari penerbangkan rute tersebut dengan call
sign yang sama, pada jam yang sama sesuai jadwalnya akan beroperasi
mengantarkan para penumpang ke tujuannya. Namun yang berbeda adalah pesawatnya.
Mungkin type/jenis pesawatnya sama tapi
beda kode registrasinya. Contoh: Airasia QZ8501 menggunakan pesawat
dengan kode registrasi PK-AXC (pesawat yang hilang pada tanggal 28 Desember
2014).
Sementara
pesawat dengan nomor penerbangan/ call sign Airasia QZ8501 PK-AXC yang hilang
sedang dilakukan evakuasi. Call sign tersebut tetap digunakan setiap hari sesuai
jadwal untuk menjalani rute
Surabaya-singapura, tapi dengan pesawat yang lain yang berkode registrasi
PK-ABD, misalnya. Karena setiap awak pesawat/ petugas harus mengetahui kode registrasi pesawat yang akan mereka gunakan, sementara penumpang tidak pernah diberitahu, selain jenis pesawatnya oleh awak kabin pada saat memberi pengumuman.
Contoh : Kode registrasi pesawat milik Negara Rusia.
JADI YANG HILANG BUKAN AIRASIA QZ8501,
TAPI PESAWAT AIRASIA PK-AXC YANG MELAYANI RUTE SURABAYA-SINGAPURA PADA TANGGAL 28
DESEMBER 2014.
Aneh rasanya melihat seorang tehnisi
senior mengoreksi penyebutan tersebut, tapi tidak di respon presenternya. Namun
yang lebih mengherankan lagi semua praktisi, pemerhati dan awak pesawat juga ikut menyebutkan yang sama,
bahkan lebih gilanya lagi dari pihak Airasia sendiri tidak pernah meralatnya.
Bagaimana dengan Anda menyebutnya : AIRASIA
QZ8501 ATAU AIRASIA PK-AXC ? Rute Surabaya-Singapura.